Sabtu, 29 Agustus 2020

Senja Istimewa

 Senja Istimewa (1)

By Tek Nun


Senja bukanlah akhir dari sebuah hari, namun bisa saja awal dari lahirnya sebuah inspirasi.


Senja kali ini bukan senja biasa, namun senja istimewa yang membuat jiwa kian bahagia. 


"Ehemmm, cie cie," ucap Cicak dengan naluri keponya.


Tek Nun tak merespon reaksi Cicak yang terkesan menggoda. Walau dalam hatinya, "emang gue pikirin. Iri aja ndiri," ucap Tek Nun dengan jiwa bapernya.


Ia terus fokus terhadap materi yang baru saja dipaparkan sang guru. Ilmu baru sekaligus ilmu tingkat tinggi.


"Ilmu tingkat tinggi? Ilmu apaan itu, Tek Nun? Lagi belajar manjat tiang listrik ya?" Tanya Cicak kembali dengan jiwa keponya.


"Tiang listrik? Kalah tinggi itu mah?"


"Kalah tinggi? Atau manjat jam gadang?"


Lewaaattt...


Tek Nun kembali fokus ke kelasnya. Cicak yang masih melongo ditinggalkan begitu saja. 


"Kita punya tubuh fisik dan nonfisik. Tubuh fisik namanya jasad. Tubuh nonfisik namanya ruh. Dan setrum atau actionnya namanya jiwa," ucap sang guru pelan.


Tek Nun memahami kata demi kata. Dibacanya secara berulang-ulang. Agar bisa memahami ucapan sang guru. Kemudian mencatat kembali apa yang diucapkan gurunya,

Jasad

Ruh

Jiwa


Sambil membaca ia coba memahami dengan pelan. Ia resapi sampai ke3 kata tersebut hafal di luar kepalanya. 


"Dan jiwa itu sendiri adalah aksi atau energi gerak terbaik yang menjembatani ruh dan jasad."


Satu kalimat kembali meluncur dari mulut sang guru. Dan levelnya naik satu oktaf. Tek Nun berusaha tenang dan mencoba mengunyahnya perlahan. 


"Ngunyahnya 33x, Tek Nun. Biar gampang nelannya," ucap Cicak dari kejauhan.


"Resek amat, Lo. Bisa diam ngg?" Akhirnya Tek Nun mengeluarkan satu persatu kesalahannya.


"Jiwa beda dengan ruh. Ini harus clear agar nyanyian jiwa Anda bisa dijadikan teks ajaib," ucap Coach kembali meyakinkan.


Tek Nun mulai kewalahan. Terlihat dari kerutan di dahinya. Awalnya satu kerutan sekarang sudah bertambah menjadi 3 kerutan.


"Dan jiwa beda dengan kalbu. Jiwa bisa bernyanyi ruh tidak. Camkan ini," sambung sang guru.


Merasa adrenalinnya kian terpacu, Tek Nun butuh pasokan energi baru. Ia raih air minum yang ada dalam gelas tupperware warna hijau kemudian meminumnya beberapa teguk. 


"Udah paham belum, Tek Nun? Jangan hanya mangguk- mangguk doang?" Sebuah suara memecah konsentarsinya.


"Iya, ini lagi berusaha memahami."


"Gimana cara memahaminya?"


"Dengan membaca secara berulang-ulang sampai 3x, atau bahkan sampai 33x."


Sambil terus memahami, Tek Nun kembali mencatat butiran berlian di senja istimewa kali ini.


Kalbu

Jiwa

Roh

Jasad


Keempat kata di atas memiliki pemahaman yang berbeda. Kalbu itu filter antara pikiran, perasaan, dan nafsu. Lebih tepatnya kalbu itu penyaring menuju kedamaian jiwa. 


Nah, untuk bisa mencapai kedamaian yang diinginkan, kita harus mengetahui 3 pengelompokkan kalbu.


Anda ingin tau?


Bersambung!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar