Senin, 30 Desember 2019

Panci Kebahagiaan


"Ini bukuku, mana bukumu?"  ucap uni Tria Cahaya sambil mengangkat cover bukunya.

Suaranya terdengar menggema di semua kelas. Kelas reguler, kelas premium dan kelas Internasional dipenuhi suara kebahagiaan.

Aku yang masih menikmati liburan terus memantau dari jarak jauh. Embun paginya menyentuh bagian dalam rasaku. Warna hijau dan percikan embun di cover bukunya begitu menyejukkan. Namun, membakar semangat panci bahagiaku.

"Panci bahagia? Maksud, Uni?" Tanya goreng ubi di atas piring.

"Iya. Panci kebahagiaan. Kau lihat betapa pencuri embun pagi uni Tria Cahaya mampu menyedot perhatian seluruh gen JW. Tampak panci bahagianya hampir penuh. Dan siap melimpah ke mana-mana."

"Ayo siap-siap, Uni. Siapkan juga panci kosong biar kalau melimpah langsung siap siaga."

"Asiaaaaaap." Jawabku dengan semangat 45.

Cuaca dingin sore ini tak mampu mendinginkan suasana hatiku. Aura pencuri embun pagi seakan mendesakku untuk terus menemukan beberapa bukti pembunuh tak berwajah.

"Pembunuh tak berwajah apa kabarnya?" Tanya pisau di atas meja.

"Insyaallah baik. Ia sedang mencari beberapa barang bukti lagi."

"Kenapa lama banget?"

Aku tak mau menjawab. Ntar dibilang ternak alasan. Padahal emang demikian adanya. Ideku sekarang lagi ambiyar bersama panci gosong.

Panci gosongku kini telah merambah kemana-mana. Walau telah gosong auranya masih tetap tampak kuning keemasan. Warna yang semua orang ingin memiliki.

Tak asa yang sehitam gosong panci. Namun, hitam bukan sembarang hitam. Hitamkan tekad untuk menjadi penulis laris.

Cie
Cie

"Penulis laris ni ye...," jagung rebus kembali melempar godaan.

"Iya dong. Gen JW gitu."

Tak satu jalan ke Roma. Tak ada istilah tak punya ide. Bagi gen Jw apapun bisa menjadi jembatan menjadi sukses.

Lihat sajat tulisan para gen JW. Pencuri jadilah Pencuri Embun Pagi. Pembunuh disulap menjadi Pembunuh Tak Berwajah. Gila menjadi Aku Mencoba Gila. Markonah, sebuah nama kampung yang diramu menjadi nama internasional. Markonah Elizabet. Dan juga bara yang berubah menjadi Bara Kasih.

"Panas eyyy," sorak seekor nyamuk.

"Bara bukan sembarang bara. Tapi bara yang terkasih.

Cuit
Cuit

Bagaimana sobat? Masih ngg yakin kalau panci kesuksesan mampu mengubah nasibmu?

#JW60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Minggu, 29 Desember 2019

Panci Kematian





Kita terlahir dengan satu cara. Namun, kematian menjemput dengan berbagai cara. Sudahkah kita siap?

Sajadah warna biru dan sandal menjadi barang bukti kepergian sahabatku. Subuh kelam yang mencekam merupakan hari terakhir bagi dia. Lantunan ayat suci yang diperdengarkan dari mesjid terdekat pertanda akan dijemputnya titipanNya.

Subuh kali ini dinginnya begitu menggigit. Rintik hujan belum mempakkan kebosanannya. Sedari senja hingga subuh ini masih saja setia membasahi bumi.

Paksu yang mau berangkat ke pasar terpaksa menerobos rintik hujan dengan pakaian lengkap mantel.

Setelah paksu hilang dari pandangan, aku mulai melanjutkan peperangan. Baju anti gores siap dikenakan. Dan sehelai kain lap menggantung di bahu.

"Aku duluan," teriak sapu ijuk dari belakang pintu.

"Kamu ntar aja. Aku duluan," sorak piring kotor dari dapur.

"Aku aja, Uni. Aku udah semalam berendam," sorak pakaian dalam ember.

Aku
Aku
Aku

Semua pada ribut. Aku harus segera ambil keputusan. Sebelum genderang perang ditabuh oleh seisi rumah.

"Tenang sobat. Semua akan dapat bagian. Kalian adalah bagian terpenting dalam hidupku." Ucapku sedikit ngerayu.

Notifikasi gawai terdengar sahut menyahut. Sambil mengambil sapu aku usap gawai dengan lembut. Sebuah pesan masuk di salah satu group wa. Gambar bencana tanah amblas. Sepertinya lokasi tak jauh dari rumah.

Kukembalikan gawai ke tempat semula. Kemudian memulai serangan dari ruang depan dengan senjata sapu ijuk. Sobekan kertas, gelas kotor bekas minuman si dedek, mainan, dan sampah puntung rokok aku ekspor ke ruang dapur. Sofa dan meja sekalian dibelai dengan kemoceng. Kemudian baru berpindah ke lantai dengan menggunakan trik goyangan sapu-sapu.

Lalu, ke ruangan tengah. Di sini medannya lebih berat lagi. Selain ruangan keluarga juga sekaligus ruang makan. Perkakas lebih komplit di sini. Meja belajar, alat tulis, mainan sidedek, makanan, dan yang lainnya ikut bertebaran. Semua minta dibelai. Resiko jadi emak-emak.

Selesai ruang tengah, aku harus ambil nafas sejenak. Karena sebentar lagi peperangan yang sebenarnya bakal dimulai. Eksekusi ruang dapur dan kamar mandi.

Di sini, senjata harus diganti. Spoon cuci piring, abu gosok dan sebotol sunlight siap melancarkan aksi.

Satu persatu piring kotor mulai di eksekusi. Senyuman peralatan makan tampak sumringah. Bersih dan kinclong tentunya. Berkat siapa? Berkat kerja sama spoon dan cairan sunlight.

"Aku dilupain nih," protes air kran.

"Ya ya, berkat kamu juga."

"Gitu dong. Jangan seperti kacang lupa kulitnya. Atau habis manis sepah dibuang."

He ... he ...

Dengan perlahan pekerjaan rumah hampir finis. Kini saatnya nyonya rumah bersih-bersih diri. Tak menghabiskan waktu sepuluh menit, proses mempercantik diri di kamar mandi selesai.

Rintik hujan masih saja setia membasahi bumi. Pakaian yangg sudah dicuci terpaksa di tahan dulu untuk dijemur. Sambil menunggu hujan reda, gawai melambaikam tangan untuk dibelai.

Saat membuka chatt di salah satu group, sebuah pertanyaan jenial menamparku berkali-kali. Aku terpana. Dan mencoba merenung sebelum menjawabya.

Hening ...

Lalu mencoba menjawab dengan ikhlas dan jujur.

"Apa warna kematianmu?"
Berharap agar kematianku nanti berwarna pink. Agar saat kembali kepadaNya dalam keadaan husnul khotimah. Dan bekal yang dibawa sudah mencukupi untuk kembali ke kampung abadi..

"Mengapa Allah menjanjikan kematian untukmu?"
Sesuai dengan janjiNya, bahwa setiap yang bernyawa pasti mati. Begitu Allah memberitahu dalam kitabNya. Tak bisa ditunda walau semenit ataupun dipercepat. Kapan dan di mana? Masih menjadi rahasiNya. Tak seorang pun yang dapat mengetahuinya.

"Bisakah engkau jual kematianmu?"
Tentu tidak. Karena kematian adalah janji pastinya Allah pada makhluk hidup. Terutama pada manusia.

Seperti berita yang dikabari PakSu pagi ini. Seorang sahabatku menjumpai sang khalikNya dengan cara tak biasa. Lobang yang terbentuk oleh gerusan saluran air telah menghantarkannya kembali kepadaNya. Alfatihah untuk sobat pengajianku. Moga surga menjadi tempat kembalimu.

"Berapa harga kematianmu?"
Pertanyaan yang satu ini sungguh menyulitkan. Tak bisa diuangkan memang. Aku mau harga kematianku setara dengan surgaNya. Imbalannya adah surga dan berkumpul bersama orang-orang yang beriman.

"Sudah siapkah engkau menanti hari kematianmu?"
Kematian bila telah menghampiri tak perlu menunggu siap atau belum. Namun, seorang mukmin sudah seyogyanya kita harus selalu mengingat kematian. Agar selalu mendekatkan diri pada sang pencipta. Dengan cara memperbanyak ibadah kepadaNya.

Bekerjalah untuk duniamu, jangan lupa akhiratmu!

#JeWe60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Jumat, 27 Desember 2019

Panci Patah Hati


Tidak ada kekecewaan jika tidak ada cinta yang mendalam.

Semenjak kejadian gosong-gosongan kemaren malam, panci tampak murung. Semangatnya turun drastis. Tak banyak yang ia lakukan selain bermurung durja dan merenung.

Teman-temannya memperhatikan dengan heran. Dia yang selalu riang tiap hari tiba-tiba menjadi pemurung. Dan sesekali ia mengurung diri dan tak mau diajak bicara.

Wajan jadi heran. Sudah 2x pagi ia tak melihat Panci beraktivitas. Biasanya subuh ia sudah tegak berdiri di atas kompor dengan gagah berani. Suaranya yang mellengking sering membuat tetangganya terbangun.

Melihat hal demikian, Wajan menghampiri dan mencoba bertanya dengan perlahan.

"Ci, kamu kurang enak badan ya?" Tanya Wajan dengan mata penuh selidik.

"Ngg. Aku baik-baik saja," jawab wajan seakan mengalihkan pembicaraan.

"Jangan bohong. Aku udah tau bener siapa dirimu, Ci. Ayo jawab dengan jujur."

"Ngg apa-apa. Aku baik-baik aja."

"Yakin?"

Panci diam. Ia tak menjawab. Namu, dari sudut matanya tampak aliran bening mulai menggenang. Tak lama kemudian jatuh sebutir membasahi pipinya.

"Panci, kamu kenapa," tanya Wajan sambil berpelukan.

"Aaa aaa akuu," menjawab sambil sesegukan.

Semua teman-temannya memandang dengan heran. Sebagian ada yang berbisik. Sebagian lain ada yang kepo hendak mengetahui apa yang teradi.

"Apa warna patah hatimu?"

Sebuah pertanyaan jenial menggema ke seluruh ruangan. Rupanya Pak Dokter Ferdhi melempar pertanyaan yang pas sekali dengan suasana.

Warna patah hatiku adalah biru. Aku merasa biru. Artinya kurang lebih sama dengan 'aku merasa sedih.'

Aku menyaksikan pertemanan Panci dengan teman-temannya begitu solid. Saling mensupport dikala duka. Tampak senyuman Panci mulai mekar.

"Cara radikal apa yang bisa membunuh patah hatimu?"

Hal pertama yang keluar dari mulutku adalah 'Percaya Diri.' Kedua membunuh mental blok. Karena dengan cara meningkatkan kepercayan diri dan membunuh mental blok, patah hati akan menjauh. Bukankah patah hati muncul saat rasa tak mampu mrnghampiri hati. Kemudian masuk dan bersemayam dalam diri.

Mendengar jawabanku, Panci terpana sambil mangguk-mangguk. Bak burung malam lagi merayu pasangannya.

"Emang balam kalau merayu mangguk-mangguk?" Tanya Wajan terus kepo.

"Bisa jadi. Klw kurang yakin liat aja ndiri," jawabku santai.

"Haruskah kau hidup dalam kegelapan dalam patah hatimu?"

Tidak dong. Mana aku mau gelap-gelapan. Secara arti namaku cahaya. Cahaya yang akan menerangi kegelapan. Cahaya kehidupan.

Panci tampak mengembangkan senyuman mansinya. Selidik punya selidik, rupanya ia patah hati karena dirinya berbeda dari temannya. Ia merasa percaya dirinya telah gosong. Seperti gosongnya sebagian anggota tubuhnya.

Bukankah pelangi indah karena ada perbedaan? Begitu juga dengan kehidupan. Ia akan indah jika ada yang berbeda.

#jw60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Kamis, 26 Desember 2019

Cinta Panci Gosong


Pertemuan ke-4 JeWe 60 malam itu bener-bener mengalahkan cintaku. Keriuhan kelas dan semangat kawan-kawan membuatku amnesia dini. Air yang direbus menggunakan panci hilang dari ingatan.

PakSu sudah menunggu secangkir kopi hitam sambil menyaksikan acara di salah satu stasiun televisi. Melihatku senyum-senyum sendiri ia ikut nimbrung.

"Apa warna warasmu, Dek?"

"Saat ini aku milih warna pink aja," jawabku spontan.

Pertanyaan dan jawaban sama jenialnya. Secara tak langsung PakSu ikut tergerus virus JeWe. Dalam hatiku, "rasain...emang enak kena virus."

Heh ...

Aku terus berselancar mengikuti pergerakan imajinasi. Tak tanggung-tanggung, beberapa pertanyaan jenial siap antri minta dieksekusi.

Untuk menghindari keributan aku menuliskan pertanyaan jenial yang mulai riuh. Aku buat list agar mereka tak membuat keributan. Agar tak terjadi saling sikut.

Sekelabat aroma kebakaran menyeruak ke seluruh ruangan. Aku mulai bertanya-tanya dalam hati. Takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena beberapa bulan kemaren, dua rumah di dekat rumahku habis dilalap sijago merah.

"Jadi buat kopinya, Dek?" PakSu menagih minumannya.

"Aduhhh ... sambil terus melangkah ke dapur."

Sesampainya di dapur, asap tampak mengepul dari panci yang mulai berubah warna.

"Alaaaa maaaaaak ... panciku gosong lagiiii," sorakku spontan.

PakSu yang masih asyik menonton spontan menghampiriku ke dapur.

"Napa, Dek?"

"Ini ..." sambil menunjuk panci yang pegangangan tutupnya sudah meleleh. Sementara bagian dalam panci juga sudah berubah warna.

Semangat JeWe 60 bener-bener telah mengalahkan cintaku sesaat. Pikiran dan perasaanku tertumpah sepenuhnya. Hingga PakSu terabaikan sementara waktu. Maafkan istrimu Paksu. Untuk selanjutnya janji tidak begini lagi. Itu kalau tidak lupa. Kalau lupa maaf lagi😃

#JeWe60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Danau Kembar

Danau Kembar

Danau di Ateh dan Danau di Bawah yang lebih dikenal dengan sebutan Danau Kembar berada di Kabupaten Solok, tepatnya di Alahan Panjang, Sumatera Barat. Disebut danau kembar karena kedua danau ini posisinya berdekatan dan hanya dipisahkan oleh sebuah bukit.

Keunikannya terletak pada posisinya. Danau di bawah lokasinya bearada di atas. Sementara Danau di Atas berada di bawah. Unik ya? Tapi keindahan alamnya dijamin takkan mengecewakan mata pengunjung. Selain masih asri juga lokasinya mudah dijangkau.

Selain itu, keindahan pemandangan dan riak-riak kecil danau juga sangat memanjakan mata dan telinga pengunjung. Dan pengunjung juga bisa melakukan wisata air berkeliling danau dengan menyewa perahu seharga 5.000 rupiah per orang.

Sementara di Danau Bawah wisata air tak bisa dilakukan. Karena kedalaman air yang kurang menjamin keselamatan. Namun, keindahan alamnya dapat dinikmati dari puncak Taman Panorama Danau Kembar.

Untuk masuk ke Taman Panorama Danau Kembar cukup membeli tiket seharga 5.000 rupiah per orang. Setelah itu anda puas menikmati keindahan alamnya. Anda juga bisa menikmati pinggiran danau dengan sedikit berjalan menuruni lereng perbukitan. Sekaligus dimanjakan dengan perkebunan berbagai macam sayur dan buah.

Anda tertarik? Silakan kunjungi kedua tempat ini untuk mengisi liburan anda.



Panci Gosong Naik Daun


By Noer Cakrawala
Tempat persembunyian luka yang paling nyaman adalah di balik sebuah senyuman.

"Kenapa senyum-senyum, Uni?" Tanya Rigo kucing piaraanku.

"Gimana ngg senyum coba. Panci gosongku naik daun."

"Lho, kok bisa?"

"Itu dia yang aneh. Selain naik daun juga banyak yang minat. Tapi maaf, aku ngg bakalan jual itu panci."

Dari semalam, pintu gawaiku tak henti-hentinya diketuk para penggemar panci. Yang anehnya mereka memburu panci gosongku. Padahal yang baru ada beberapa. Namun tetap saja pilihan mereka jatuh pada panci gosong.

"Apa warna senyummu?"

Sebuah pertanyaan jenial menyadarkanku dari lamunan. Rupanya mba Raddya masih saja ngotot untuk memviralkan panci gosongku. Padahal aku udah menyembunyikan itu panci. Tapi dasar panci sukanya emang sama emak-emak. Semakin aku sembunyikan semakin ia berusaha untuk mendekat.

"Dasar panci gatel," celetukku sambil mengaduk2 minuman dalam gelas.

"Salah siapa. Emang gue nyuruh Uni untuk menjadikan aku gosong?" Jawabnya menantang.

Aku diam. Tak memedulikan itu panci. Tapi jujur aku khawatir jika ia akan lebih dulu viral dari aku. Kan bikin ngiri aja. Dan tentunya juga bikin sesak di dada.

"Tenang, Uni. Aku ngg bakalan tinggalin Uni kok. Percaya deh sama aku," ucapnya sambil tersenyum.

"Yakin?"

"Yakin dong. Aku bakal menarik uni ke jenjang kesuksesan melalui antologi panci gosong," ucapnya bersemangat.

Aku terharu. Kejadian yang aku anggap sebuah bencana, rupanya mengandung hikmah. Nikmat tuhan mana lagi yang akan didustai. Kesalahan saja bisa menjadikan sebuah kebenaran, apalagi kebenaran.

Jika merasakan ujian sebesar kapal, maka yakinlah nikmat Allah sebesar lautan.

#JeWe60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Rabu, 25 Desember 2019

Ungunya Panci Gosongku


By Noer Cakrawala
Terkadang diam jauh lebih didengar daripada banyak bicara.

"Bu"

"Ya"

"Masih ada gula ngg?"

"Masih"

"Kopi?"

"Masih dong"

"Maaf Pak Su. Bentar, saya masak air dulu, " ucapku sambil berlalu ke ruang dapur.

Aku isi panci dengan beberapa gelas air. Kemudian menuang gula beberapa sendok ke dalam gelas. Ditambah kopi bubuk secukupnya.

Sembari menunggu air mendidih, aku kembali ke depan. Kuraih gawai yang masih terdengar sibuk. Karena kelas 60 lagi rame-ramenya.

Tak mau ketinggalan jauh. Aku mantengin kelas dengan serius. Tema malam ini pertanyaan jenial.

Menarik bukan?

Syarat sebuah pertanyaan jenial:
1. Terbuka
2. Simple
3. Imajinatif
4. Visualize
5. Simbolis analogis
6. Unik mengejutkan
7. Menampar kesadaran

Semua anggota kelas dibuat melongo dengan materi. Selain warna jaringnya materi kali ini mampu menggali ide penulis pemula lebih dalam lagi. Ngg percaya? Coba aja masuk JeWe. Dijamin ngg bakalan rugi deh. Percaya sama saya. Karena saya salah satu korbannya.

Instruksi membuat pertanyaan jenial yang awalnya tiga, meluber menjadi lima. Semua anggota kelas aktif. Tak tanggung-tanggung, sampai ada yang selingkuh dari pasangannya.

Jangan dilanjutkan membacanya. BERBAHAYA!

"Lho, kenapa bisa, Uni?" Tanya seseorang di sampingku.

"Ya. Aku yang awalnya berpasangan dengan dr Ferdhi, akhirnya harus jeruk makan jeruk."

"Aduh Uniii. Stop sampai di sini. Keimanan Uni mulai dipertaruhkan."

Aku tak ambil pusing. Terserah orang mau bilang apa. Aku kianmenyebar umpan ke segala arah. Dan alhasil, umpanku dimakan. Sekarang aku bukan lagi selingkuh tapi sudah gonta ganti pasangan.

Semakin aku nikmati semakin aku bahagia. Suamiku sepertinya juga tak mempermasahkan. Malah memberi ruang untuk aku berekspresi.

"Sadar Uni, sadar," Rogi kucing piaraanku memberi peringatan.

"Tenang Rogi. Insyaallah aku masih waras."

"Waras, tapi kenapa selingkuh?"

"Ini seligkuh bukan sembarang selingkuh. Tapi seligkuh yang diridhoi."

Makin penasaran kan? Makanya jangan dibaca. Tulisan ini mengandung virus!

"Bau apa ini, Bu?" Tanya Pak Su.

"Mana?" Sambil menggerakkan hidung.

Astagaaa...

Aku langsung berlari ke dapur. Kulihat asap mulai mengepul dari balik tutup panci. Warnanya yang tadinya putih sudah berubah menjadi coklat kehitam-hitaman. Ungu yang kudamba hitam yang kau beri.

Panciku jadi koban lagi. Gosongggggg...

Ok pembaca. Masalah perselingkuhan dipending dulu ceritanya. Aku selamatkan dulu minum Pak Su. Biar aku dapat restu.

Deal?

Terkadang tersenyum bukan karena ada yang menyenangkan. Tetapi karena bersedih tak menyelesaikan masalah.

#JeWe60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia









































Jumat, 20 Desember 2019

Cahaya Akal




By Noer
Suasana kelas mulai ramai. Aku mengintip dari kejauhan. Kulihat beberapa masih nongkrong di luar. Sementara yang lain sudah siap2 menunggu kedatangan sang rajawali.

Tiba-tiba...

"Apa warna akalmu?"

Sebuah pertanyaan terdengar dari kejauhan. Aku yang masih dalam perjalanan mencoba menambah kecepatan laju motor. Namun semakin dicoba ngegas kok malah tambah ngadat.

Aduhhh...rupanya motor kekurangan minum. Rintik hujan mulai jatuh satu persatu. Adrenalin untuk segera sampai di kelas semakin menggebu. Tapi apalah daya...mau jalan masih jauh. Mundur apalagi.

"Mengapa Allah memberikan akal pada manusia?"

Agar manusia dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Mana yang pantas utuk dilakukan atau pun tidak.

Pertanyaan demi pertanyaan datang bertubi-tubi. Suara riang teman2 seakan menyeretku agar cepat sampai di kelas. Namun apalah daya, ingin hati memeluk gunung. Apalah daya tangan tak sampai.

"Upsss...dobrak mental blockmu, Uni," kerikil dijalanan meledekku.

"Bagaimana caramu menggunakan akalmu?"

Dengan mengajaknya melakukan hal-hal yang bermanfaat. Bermanfaat untuk orang lain. Apalagi diri sendiri.

Aku terus menuntun motor vario warna silverku. Tak mau menyerah dengan keadaan. Berani memulai dan juga harus bertanggung jawab untuk mengakhirinya.

"Berapa harga yang pantas untuk akalmu?"

Tiga Milyar. Angka inilah yang tak putus-putusnya aku ucapkan setiap hari. Entah apa makna angka tiga tersebut? Sampai hari ini aku belum bisa memaknainya. Yang jelas aku menghargai dengan angka tersebut. Biarkan waktu yang memberikan jawaban.

"Apa yang membuat akalmu berfungsi dengan baik?"

Waduhhh...kepalaku seakan dipukul pentongan. Tak pernah terpikirkan sebelumnya untuk hal seperti ini. Hingga aku kembali bertanya pada diri sendiri. Apakah selama ini sudah memanfaatkan akal sesuai yang perintahkanNya?

Hening ...

Maafkan aku Tuhan, telah mengabaikan nikmat yang telah kau berikan.

"Siapa yang bertanggung jawab terhadap akalmu?"

Tentunya diri sendiri. Karena apa yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkab nanti di hadapanNya. Tak satu pun yang aka membantu selain diri sendiri.

"Lalu apa yang membuat akalmu tak berfungsi dengan baik?"

Perbuatan yang jauh dari ketentuanNya. Tak mengindahkan apa yang sudah menjadi kewajiban.

"Kapan akalmu benar benar berfungsi?"

Saat bisa melaksakan sesuatu sesuai koridor yang telah ditetapkan. Baik untuk urusan dunia apalagi urusan akhirat.

"Apa nama terbaik untuk akalmu?

Kali ini aku harus menamainya dengan CAHAYA. Berharap agar bisa menerangi setiap langkah kehidupan. Serta orang-orang yang membutuhkan.

"Sejujurnya , dimana akan kau sedekahkan akalmu?"

Dimana bumi dipijak disitu akal akan aku sedekahkan. Tak pilih pilah siapun yang membutuhkan. Sekalipun seekor nyamuk. Bismillah...moga diridhoiNya.

"Lalu apa yang ingin kau katakan pada akalmu?"

Tetaplah membersamaiku akal. Agar aku bisa memampukan diri menjadi manusia pilhanNya. Moga setiap langkah ini selalu dalam naunganNya.

Alhamdulillah...tak terasa pintu gerbang kelas sudah mulai kelihatan. Perjalanan yang tadinya terasa berat, akhirya bisa dijalani dengan ikhlas. Tanpa merasa terbebani. Akhirnya dengan semangat aku sampai di depan kelas. Permisiiiiiiiii....

#jw60
#jeniuswriting
#virusbahagia
#menulisitusedekah

Rabu, 18 Desember 2019

Jalan Sehat dalam Rangka Menyambut HAB Kemenag




By Noer
Hari ini, Kamis, 19 Desember 2019 Kementerian Agama Kota Bukittingi mengadakan gerak jalan santai. Hal ini dilakukan untuk menyambut Hari Amal Bakti yangbke-47. Acara di buka oleh Kapala Kemenag, Abrar Munanda di Pelataran Jam Gadang.

Peserta jalan sehat telah berkumpul semenjak pukul 06.30 wib. Adapun acara jalan satai ini merupakan salah satu rangkaian acara yang sebelumnya juga telah dilaksanakn. Seperti, lomba akademik. Keterampilan, kesenian.

Acara dilanjutkan nanti pada tanggal 03 Januari 2020 dengan upacara bendera, donor darah, dan ditutup dengan penyerahan hadiah lomba bagi pemenang.

Kepala Kemenag juga mengingatkan kepada peserta jalan santai, terutama kepada peserta didik agar mematuhi peraturan berlalu lintas. Dengan cara tidak keluar dari barisan, tertib, dan tak lupa berdoa.

Selanjutnya, jalan santai juga dilepas oleh Yuen Karnova selaku Sekda yang mewakili wali kota Bukittinggi. Dalam hal ini beliau memyampaikan bahwa Hari Amal Bakti bertepatan dengan Hari Bela Negara.

Dimana Bukittinggi pernah menjadi ibu kota indonesia. Saat Belanda memproklamirkan Indonesia telah bubar. Namun, masyarakat kota Bukittinggi mengambil alih pemerintahan darurat indonesia. Sehingga Indonesia dapat kembali dikendalikan.

Berdasarkan hal dibatas, maka pada tanggal 17 Agustus tiap tahunnya ada tiga kota yang diizinkan mengibarkan benndera pusaka, yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Bukittinggi. Hal ini dikarenakan karena provinsi yang bersangkutan pernah menjadi ibu kota.

Selanjutnya, beliau juga menyampaikan, bahwa umat yang rukun negara akan damai. Mari menjaga kerukunan, ketertiban agar keselamatan dan persatuan terwujud. Selamat Hari Amal Bakti.


Selasa, 17 Desember 2019

Mewujudkan Ruang Baca Idaman

By Noer
Ruang baca adalah sebuah tempat atau ruangan yang digagas khusus untuk membaca. Agar pembaca merasa nyaman saat menikmati bacaannya.

Untuk mewujudkan hal di atas, Rabu 18 Desember 2019 OSIM MAN 1 Kota Bukittinggi mengadakan kunjungan ke Rumah Baca Rimba Bulan. Berlokasi di Silaiang Bawah kota Padang Panjang.

Rombongan di terima langsung oleh Muhammad Subhan sebagai pendiri rumah baca. Selain itu penggiat literasi lainnya yang tergabung juga tak kalah semangatnya. Mereka juga ikut meramaikankan kunjungan.

Dalam sambutannya Muhammad Subhan menyampaikan, bahwa untuk mendirikan rumah baca idaman atau di gandrungi semua kalangan harus memenuhi beberapa kriteria.

Pertama, tempat. Maksudnya penggagas harus mendekor tempat agar suasana membaca menjadi nyaman. Tidak perlu menggunakan properti yang mahal. Cukup yang sederhana, tapi mendukung untuk suasana membaca.

Kedua, sumber daya manusia. Penggagas perlu menyediakan sumber daya manusia yang betul-betul peduli dengan kegiatan literasi. Bukan hanya sekedar peduli namun juga bersedia meluangkan waktu untuk mengembangkan literasi.

Ketiga, program. Inilah roda dari suksesnya sebuah organisasi. Percuma punya rumah baca yang keren dan bagus, jika tak punya program yang menunjang. Akhirnya bisa-bisa tinggal nama.

Keempat, perbanyak koleksi. Ini juga point penting dalam mendirikan sebuah rumah baca. Koleksi bacaan bisa diperbanyak dengan cara dibeli dan donasi berbagai pihak.

Kelima, relasi. Sebuah rumah baca harus memiliki relasi yang luas dengan berbagai pihak. Seperti dengan pustaka nasional, daerah, sekolah, dan rumah baca yang ada. Agar bisa saling sharing dalam rangka memajukan rumah baca.

Keenam, dokumentasi. Dokumentasi dan penyimpanan perlu dilakukan. Agar program yang telah dijalankan tersimpan dengan rapi. Baik dalam bentuk foto atau pun dokumen. Sewaktu-waktu jika diperlukan dokumen sudah tersedia dengan lengkap.

Ketujuh, publikasi. Inilah yang sangat dibutuhkan saat ini. Apapun kegiatan yang dilakukan perlu dipublikasikan. Baik melalui media massa maupun melalui group-group yang terkait. Tujuannya agar masyarakat mengertahui keberadaan rumah baca yang telah digagas.

Kedelapan, evaluasi. Perlu peninjauan ulang kembali. Apakah keberadaan rumah baca yang digagas telah memberi manfaat bagi masyarakat sekitar atau belum. Hal ini harus menjadi point penting untuk mendirikan rumah baca, agar menjadi taman bacaan yang diidamkan.

Selain itu, pada saat kunjungan juga ikut hadir mahasiswa S3 arkeolog dari Amerika, Ms. Katia yang sedang melakukan penelitian seni di kota Padang panjang. Dalam hal ini ia sempat menyampaikan, bahwa kita tidak harus mengetahui semua hal, cukup mengerti dan pahami. Lalu, eksekusi apa yang menjadi tujuan dan keinginan.

Salam literasi...


Senin, 16 Desember 2019

KREATIF


By Noer
Aku heran. Dia lelaki yang selalu mengenakan topi. Diam-diam aku mengintil warna topinya. Ada hijau, putih, merah, dan juga hitam.

Setiap kali ia posting foto, tak satu pun ia yang tidak memakai topi. Aku akui, dia emang cakep jika mengenakan topi.

Hingga aku penasaran. Apakah dengan memakai topi ia menjadi kreatif?

Entah lah...mari kita temukan jawbannya.

Kadang sebuah benda sangat berarti dalam penampilan. Bisa jadi orang yang aku maksud sangat merasa pede jika mengenakan topi.

"Lantas, jika dia tidak pakai topi kegantengannya berkurang?"

"Ngg juga. Cuma kurang pede aja mungkin. Itu menurut aku lo. Entahlah menurut dia."

Rupanya, bukan aku saja yang kepo dengan gayanya. Banyak lagi yang laen yang lebih kepo. Ada yang iseng malah. "Jangan2 kepalanya kutuan," ucap yang lain. Heeee...

Emang setiap kita punya fasion masing-masing. Tak hanya dalam hal berpakaian. Dalam menulis pun kita akan punya gaya tersendiri. Dan itu akan menjadi ciri khas tersendiri nantinya.

Akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca, jika penulis punya ciri khas. Nah, ini yang perlu menjadi perhatian bagi penulis pemula. Anda harus menentukan, apa yang membedakan antara tulisan anda dengan tulisan orang lain.

Tidak hanya sekedar menulis. Namun, harus punya tujuan yang ingin dicapai 5 tahun kedepan minimal. Seperti pertanyaan yang pernah diajukan Coach Luthfi. Dimana Anda 5 tahun memdatang? Atau berapa penghasilanmu dari tulisanmu 5 tahun mendatang?

Ini pertanyaan bukan sembarang pertanyaan. Tapi lebih kepada cita-cita kita sebagai gen JW. Menulis bukan hanya sekadar menulis, lebih kepada tujuan masa depan.

Fakta telah menunjukkan beberapa orang gen JW sudah mengibarkan sayap kesuksesannya. Novel mereka mampu memdongkrak semangat gen JW lainnya untuk terus berkarya. Mereka telah membuktikan, bahwa belajar di JW tidak hanya sekadar belajar menilis. Tetapi lebih kepada mewujudkan kesejahteraan dan kebahagian.

#polapecahtelor

Bernyawa Tapi Mati


By Noer Cakrawala
Dia gadis berkulit hitam manis. Memiliki tinggi yang sepadan dengan pramugari. Deretan giginya yang putih kian menamban aura kecantikannya.

Menjadi anak sulung dari empat bersaudara tak lantas menjadikan ia bisa bermanja-manja. Baru saja ijazah S1 diterima ia langsung beraksi. Lamar sana sini untuk mendapatkan pekerjan yang diinginkan.

Dua perusahaan langsung menjadi incarannya. Denga ikhtiar, tekad dan doa yang kuat, pinangannya diterima.

"Kedua-duanya, Uni?" Tanyaku suatu pagi pada mamanya.

"Iya...dia lagi galau tuh."

"Mana yang terbaik aja."

"Semoga."

Segala bentuk tes telah di laluinya. Pengorbanan tenaga, pikiran, perasaan juga tak mau kalah. Air mata pun ikut nimbrung.

Suatu pagi menjelang siang, si mama mendapatkan berita bahagia. Bahwa perusahaan yang ia pinang menerima dengan tangan terbuka. Alhamdulilah...usaha tak mengkhianati hasil.

Lalu, Apakah sidia bahagia? Tentunya. Apa yang ia impikan sekarang terwujud. Namun ada sedikit ganjalan yang membuat hati galau.

"Masih galau, Uni?"

"Iya."

"Dia maunya kerja di perusahaan A. Tapi yang lulus di perusahaan B."

"Alhamdulillah. Berarti itu yang rezeki."

Terkadang tuhan memang tak memberikan apa yang kita inginkan. Tapi percayalah tuhan pasti memberikan apa yang kita butuhkan.

Hati mulai bisa menerima keadaan. Mulai berdamai dengan perasaan. Mental dan pikiran juga sudah menerima dengan damai.

Satu persoalan lagi menghampiri. Yang membuat si dia uring-uringan. Itu lah hidup. Selesai satu persoalan, persoalan yang lain siap menanti.

"Tak boleh menggunakan gawai selama pendidikan."

"Ala maaaaak...."Bernyawa Tapi Mati,"

Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya. Maklum, anak milineal gitu. Hidup terasa hampa bila tak memyentuh gawai.

Namun, berkat dukungan keluarga si dia bisa melalui dengan enteng. Terutama dukungan dari sang mama. Semangat girl. Kamu pasti bisa💪











Kamis, 12 Desember 2019

Ketiban Cinta



Ketiban Cinta
By Noer Cakrawala

Ketiban cinta?
Sama ngg dengan ketiban mangga?
Atau ketiban durian?
Atau malah ketiban tangga?

Ha ha ha ....

Benda-benda di sekitarku berebutan untuk bertanya. Ada yang saling sikut. Malah juga saling dorong.

Sabarrrr ...

Pagi ini kita mulai aktivitas dengan unsur cinta. Kita sambut mentari pagi dengan aura cinta yang menggelora. Agar apa yang kita dengar, dengarlah dengan cinta. Apa yang diihat, lihatlah dengan cinta. Dan apapun yang akan kita kerjakan, kerjakanlah dengan cinta.

"Uni, cinta ini sama ngg dengan cindue tapai"

"Hmmm ...tergantung."

"Maksud, Uni?"

"Tergantung bagaimana kamu memandangnya. Dan kaca mata apa yang kamu gunakan."

Nah, sesuatu yang dilihat, didengar, dan dikerjakan, akan berbeda hasilnya pada setiap orang. Tergantung bagaimana cara pandang kita. Agar sesuatu itu bermakna maka pandanglah dengan menggunakan kaca mata cinta.

Cinta ...

Lima huruf dan satu kata yang mampu menyelesaikan setiap persoalan dengan enteng. Dunia akan terasa damai. Pekerjaan akan selesai sesuai target. Dan tentunya level bahagia akan semakin meningkat.

Lalu, bagaimana dengan ketiban cinta? Sakit atau malah senang?

Tentunya sobat akan menjawab senang. Kalau bisa sering-sering aja. Biar hidup yang dijalani terasa indah. Dan hidup pun menjadi damai.

Tapi persoalannya bagaimana agar kita bisa ketiban cinta? Apa yang harus dilakukan?

Sesuai pepatah, siapa yang menanam akan menuai. Maka, siapa yang menanam cinta akan menuai cinta.

Namun terkadang, padi ditanam tumbuh ilalang. Akankah anda ikhlas?

#jeniuswriting
#menebarvirusbahagia
#membagienergicinta

NURHAYATI (DPO)

NURHAYATI (DPO)
By Noerhayati

Pagi ini aku dikejutkan oleh sebuah chatt dari seorang teman sejawat.

"Uni, dicari pak CEO tu," ucapnya dengan emoticon serius.

"Dicari? Maksudnya?"

"Aku bingung. Masa seorang CEO mencariku? Aku bukan siapa2. Kalau mau diberi hadiah tentang tulis menulis, menulispun baru kemaren sore," ucapku dalam hati

"Ayo segera meluncur ke group Mediaguru." Kembali temanku bersorak.

"Asiaappp."

Aku menyisir tulisan satu persatu di laman efbi Mediaguru. Mataku terus mengamati nama CEO yang paling digandrungi itu. Penasaranku semakin naik level..

Taraaaa ....

Akhirnya kutemukan jua. Saat membaca kata demi kata rasa deg-degan merasukiku. Sebuah instruksi cetar membuatku terpana.

"Ada apa, Uni?"

"Ini ada info penting dari Pak CEO. Silakan dibaca."

"Ok. Sip."

Ada banyak guru penulis bernama Nur Hayati di MediaGuru. Tiga orang ini yang terdata karena hadir di Temu Nasional Guru Penulis (TNGP) 2019.

Saya minta mereka bertiga cari kembarannya.

Jadi, jika Anda juga punya nama Nur Hayati, segera gabung kelas Sagusabu. MediaGuru tertarik menerbitkan buku antologi yang ditulis oleh 20 NUR HAYATI SE-INDONESIA.

Bantu tag semua akun teman FB Anda yang bernama Nur Hayati.

Nyaingin kekompakan Udin sedunia, hehe..

Ok sobat... sudah kenal belom sama CEO Mediaguru?

Kalau belum, sini aku perkenalkan secara singkat.

Muhammad Ihsan adalah Founder & CEO Gurusiana. Pemimpin Umum Media Guru Indonesia (MediaGuru). CEO Majalah Literasi Indonesia.

Penggagas gerakan nasional Satu Guru Satu Buku (Sagusabu), Satu Siswa Satu Buku (Sasisabu), Satu Dosen Satu Buku (Sadosabu), dan Satu Mahasiswa Satu Buku (Samasabu). Alumni Jurusan Kimia IKIP Surabaya (sekarang Universitas Negeri Surabaya, Unesa).

Tinggal di Surabaya bersama istri dan 4 anak. Bisa dihubungi di Facebook mohammadihsan atau e-mail: ihsan@gurusiana.id

"Silakan bagi yang berminat ..."

"Berminat apanya?"

"Au ahhh ... aku mau melanjutkan cerita dulu."

Pertemuan trio Nurhayati di acara TNGP tanggal 29 November 2019 di Jakarta kemaren berbuntut panjang.

"Emang ada masalah apa, Uni?" Seseorang yang duduk di sampingku ikutan kepo.

"Ngg. Cuma menegaskan saja. Agar Nurhayati yang ada di seluruh Indonesia segera merapat. Karena menulis buku antologi dengan nama penulis NURHAYATI segera di mulai.

Wow keren ...

Iya dong...

Sebenarnya ini sudah lama kami gagas. Namun tenggelam seiring kesibukan. Sudah punya group WA juga yang dibuat oleh Nurhayati Batam pada tanggal 6 April 2019.

Ayooo...yang punya nama NURHAYATI. Anda ingin meningkatkan level bahagia?
Bergabunglah bersama kami😁

Note
Jika Anda menemukan NURHAYATI, segera lapor ke akunt di atas🤗

Rabu, 11 Desember 2019

NURHAYATI (DPO)

NURHAYATI (DPO)
By Noerhayati

Pagi ini aku dikejutkan oleh sebuah chatt dari seorang teman sejawat.

"Uni, dicari pak CEO tu," ucapnya dengan emoticon serius.

"Dicari? Maksudnya?"

"Aku bingung. Masa seorang CEO mencariku? Aku bukan siapa2. Kalau mau diberi hadiah tentang tulis menulis, menulispun baru kemaren sore," ucapku dalam hati

"Ayo segera meluncur ke group Mediaguru." Kembali temanku bersorak.

"Asiaappp."

Aku menyisir tulisan satu persatu di laman efbi Mediaguru. Mataku terus mengamati nama CEO yang paling digandrungi itu. Penasaranku semakin naik level..

Taraaaa ....

Akhirnya kutemukan jua. Saat membaca kata demi kata rasa deg-degan merasukiku. Sebuah instruksi cetar membuatku terpana.

"Ada apa, Uni?"

"Ini ada info penting dari Pak CEO. Silakan dibaca."

"Ok. Sip."

Ada banyak guru penulis bernama Nur Hayati di MediaGuru. Tiga orang ini yang terdata karena hadir di Temu Nasional Guru Penulis (TNGP) 2019.

Saya minta mereka bertiga cari kembarannya.

Jadi, jika Anda juga punya nama Nur Hayati, segera gabung kelas Sagusabu. MediaGuru tertarik menerbitkan buku antologi yang ditulis oleh 20 NUR HAYATI SE-INDONESIA.

Bantu tag semua akun teman FB Anda yang bernama Nur Hayati.

Nyaingin kekompakan Udin sedunia, hehe..

Ok sobat... sudah kenal belom sama CEO Mediaguru?

Kalau belum, sini aku perkenalkan secara singkat.

Muhammad Ihsan adalah Founder & CEO Gurusiana. Pemimpin Umum Media Guru Indonesia (MediaGuru). CEO Majalah Literasi Indonesia.

Penggagas gerakan nasional Satu Guru Satu Buku (Sagusabu), Satu Siswa Satu Buku (Sasisabu), Satu Dosen Satu Buku (Sadosabu), dan Satu Mahasiswa Satu Buku (Samasabu). Alumni Jurusan Kimia IKIP Surabaya (sekarang Universitas Negeri Surabaya, Unesa).

Tinggal di Surabaya bersama istri dan 4 anak. Bisa dihubungi di Facebook mohammadihsan atau e-mail: ihsan@gurusiana.id

"Silakan bagi yang berminat ..."

"Berminat apanya?"

"Au ahhh ... aku mau melanjutkan cerita dulu."

Pertemuan trio Nurhayati di acara TNGP tanggal 29 November 2019 di Jakarta kemaren berbuntut panjang.

"Emang ada masalah apa, Uni?" Seseorang yang duduk di sampingku ikutan kepo.

"Ngg. Cuma menegaskan saja. Agar Nurhayati yang ada di seluruh Indonesia segera merapat. Karena menulis buku antologi dengan nama penulis NURHAYATI segera di mulai.

Wow keren ...

Iya dong...

Sebenarnya ini sudah lama kami gagas. Namun tenggelam seiring kesibukan. Sudah punya group WA juga yang dibuat oleh Nurhayati Batam pada tanggal 6 April 2019.

Ayooo...yang punya nama NURHAYATI. Anda ingin meningkatkan level bahagia?
Bergabunglah bersama kami😁

Note
Jika Anda menemukan NURHAYATI, segera lapor ke akunt di atas🤗