Senin, 17 Juni 2019

Panci Mengagumkan Mengasihi

*Tugas (5/2)*

*Panci Mengagumkan Mengasihi*
*By Noer*

"Jamu jamu...", terdengar mba jamu menjajakan jamunya di luar.

Aku yang sedang bersih-bersih di dalam terpancing untuk keluar. Aku bergegas ke pintu depan sambi memanggil-manggil si Mbak jamu.

"Jamu, Mbak", sorakku dengan volume suara sedikit diperbesar.

"Yo", si Mbak menyahut dengan suara khas jawanya.

Si Mbak jamu masuk ke pekaranganku. Lalu menurunkan bakulnya di teras dekat aku berdiri.

"Minum apa pagi ini, Uni", sapa si Mbak.

"Yang biasa, Mbak" sambil aku duduk di teras memperhatikan si Mbak meramu jamu untukku.

Terlihat ia begitu cekatan sekali. Mulai dari mengambil gelas, menuangkan jamu yang berwarna kuning, beras kencur dan sedikit ditambah cairan berwarna kecoklatan.

Lalu ia menyerahkan segelas jamu yang masih hangat. Rasanya....?

Hfff...
Ajip...

"Berapa, Mbak?, tanyaku.

"Ya biasalah uni. Belum ada kenaikan harga"

"Ya mana tau Mba naikkan harganya saat tengah malam", candaku.

"Ya nggaklah Uni. Ntar pelangganku pada lari toh", jawabnya sambil tersenyum.

Aku ikut tersenyum melihat ekspresinya si Mbak. Dan kagum dengan kegigihannya dalam berusaha. Tak pernah mengenal lelah.

"Si Uda ngg minum jamu, Uni?", tanya si Mbak.

"Dah berangkat dari tadi Mbak".

"Owh"? Jawabannya singkat.

"Makasih ya, Uni. Aku lanjut jalan dulu".

'Sama-sama Mba. Semoga laris manis".

"Aamiin".

Aku kembali ke dalam rumah melanjutkan perkerjaan yang masih terbengkalai.

Pekerjaan emak-emak tak pernah habis-habisnya. Mulai dari bangun tidur sampai tidurnya lagi selalu saja ada pekerjaan yang menunggu. Kecuali saat sudah terlelap.

Zzzz
Zzzz

Ruang depan, ruang tengah selesai dibereskan. Lanjut bagian belakang. Dapur dan kamar mandi siap menanti.

Uukkkk...

Sendawaku mengusik ketenangan panci yang menggantung di dinding dapur.

"Kekenyangan, Uni?" Sapa panci.

"He. Iya, aku siap minum jamu", jawabku.

"Enak baunya, Uni" ucap panci sambil menutup hidungnya.

"Maaf", ucapku sambil menatap panci yang gayanya selangit.

Panci memperlihatkan ekspresi kurang nyaman dengan aroma sendawaku. Sepertinya ia merasa terganggu.

"Mengapa ia risih dengan aroma sendawaku" tanyaku dalam hati.

"Udah lama langganan jamu ya, Uni? Kembali panci bertanya.

"Iya, semenjak jadi ibu rumah tangga. Ya sekitar sepuluh tahunanlah".

"Lama juga ya, Uni".

"Lumayan. Kenapa kamu bertanya demikian?".

"Ngg. Kalau boleh usul, baiknya uni bikin sendiri aja tu jamu. Selain higienis cara buatnya juga gampang lo, Uni", ucap si Panci panjang lebar.

Aku tertegun mendengarkan usulan si Panci. Benar juga apa yang dikatakannya.

Jamu yang selalu saya beli sama mba jamu belum pasti terjamin kebersihannya. Karena aku tak melihat seperti apa proses pembuatannya.

Aku langsung teringat sebuah resep yang di share oleh temanku di IG. Rempah minuman alami. Kunyit dan jahe di geprek. Kemudian direbus. Setelah mendidih angkat. Saat masih hangat tambahkan perasan air jeruk nipis dan madu secukupnya. Jamu siap untuk diminum.

Khasiatnya?
Silakan tengok di IGku. Ntar aku add ya...!

"Gampangkan?", ucap gawaiku.

Hmmm...

Aku lihat di keranjang rempah2 masak semua bahan2 ada. Di kulkas juga ada madu tersisa setengah botol lagi.

"Alhamdulillah..."

"Terima kasih panci sudah mengjngatkan, Uni" ucapku pada panci.

"Sama2, Uni. Selamat mencoba", ucapnya memberi semangat.

Jika hidup sehat bisa dilakukan dari dini. Dan masakan sendiri membuat kita hemat. Mengapa harus boros sana sini.

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar