Senin, 17 Juni 2019

Selimut Wonderful Mengasihi

*Tugas (2)*

*Selimut Wonderful Mengasihi*
*By Noer*

Jika berbagi membuatmu damai. Tersenyum sebagian dari sedekah. Mengapa permusuhan tetap mengintai?

Cuaca di luar sangat dingin. Apa lagi rintik-rintik hujan masih setia turun dari langit. Hingga menambah suasana kian mencekam.

Salat magrib telai usai ditunaikan. Sebagai tanda syukur atas kehidupan yang diberikan tuhan kepada umatnya. Sudah sepantasnya kita memuja dan memujiNya bermunajad kepadaNya.

Saatnya makan malam bersama. Inilah kebiasaan yang tak pernah pupus dari keluarga besarku. Apapun kondisinya kegiatan yang satu ini tak bisa lupa dari ingatan.

Karena selain berkumpul setelah seharin sibuk dengan kegiatan masing-masing, makan malam bersama merupakan ajang curhat bagi kami sekeluarga. Sehingga apapun kegiatan setiap anggota keluarga tetap bisa terpantau.

Malam ini, emakku membuat masakan yang daerah lain mungkin tak punya. Yaitu sambalado kambuik campur cangkuak dan jengkol. Tak lupa sayurnya anyang pucuk ubi.

Taraaa...

Melihat warna sambal yang merah menyala yang di dalamnya ada lauk kering dan jengkol goreng. Membuat nafsu meningkat seketika. Air liur langsung beraksi. Untung saja tak sampai muncrat keluar.

Meooong
Meooong

Si Pus langsung menyerang. Ia menggesek-gesekkan bulunya yang lembut bak sutra itu ke kakiku. Itu pertanda bahwa ia minta makanan.

Aku ambilkan nasi secukupnya dan tak lupa mencampurnya dengan sedikit lauk. Kemudian meletakkannya di atas piring khusus yang diperuntukkan untuk si Pus.

Baru kemudian aku kembali melanjutkan makan.

"Uni, sentuh aku dong", sapa gulai kuning di depanku.

"Upsss, ada gulai ikan rupanya" ucapku.

"Ya, cobalah diicip. Kasihan tak ada yang mau menyentuhnya", jawab Emak.

Padahal beliau juga tak ikut menyentuh. Sudah capek-capek masak gulai, tapi tak seorang pun yang berminat. Semua larut dengan keenakan samba lado kambuik.

Nyam
Nyam

Kebersamaan dan keharmonisan dalam rumah tangga membuat segalanya terasa nikmat. Walau hanya makan dengan menu seadanya tapi tetap nikmatnya terasa luar biasa.

Tak lama setelah makan, terdengar suara muazin mengumandangkan azan. Pertanda waktu salat isya telah masuk. Aku segera ke kamar mandi untuk mengambil wuduk.

"Adek nak pipis, Buk", terdengar suara si Dedek agak tergesa-gesa. Kubuka pintu kamar mandi dan mempersilakan si Dedek untuk masuk.

"Salat dulu baru tidur ya, Dek", pintaku pada anak lelakiku.

"Ya, Buk. Adek mau salat dengan Ayah", ucapnya sambil membasuh mukanya.

Aku merasa menjadi ibu paling beruntung saat ini. Karena anak-anak senang sekali di ajak beriibadah. Apalagi salat berjamaah paling semangat mereka.

Jam di dinding baru menunjukkan pukul 21.00 wib. Sementara mata sudah mulai meredup. Dengan memberi kode melalui menguap beberapa kali. Apa hubungannya mata dengan menguap ya?

Entah lah...

Silakan tanya sama mbah google yang baik hati dan *tak* suka menabung?

Saatnya untuk berselonjor di temani bantal dan selimut.

Aku rebahkan badan seketika. Rasanya nikmat sekali. Setelah seharian tubuh ini penat beraktivitas. Sudah sepantasnya ia diistirahatkan.

Kemudian aku menarik selimut ke atas. Tak lupa membaca doa.

_Bismika allahumma wabismika amuut", ucapku di selingi menguap.

Grrr...
Grrr...

"Kenapa dingin sekali?", ucapku lirih. Tak bisa satu selimut ini harus ditambah satu lagi. Aku kembali bangun dan mengeluarkan selimut berwarna kuning dan bermotif bintang dari sarangnya.

"Ayo selimut, temani aku tidur malam ini", ajakku pada selimut.

"Aasiaaap", jawab selimut dengan semangat.

Tak lama kemudian dunia semakin gelap tak ada satupun yang bisa kulihat dan ku dengar. Semuanya terasa sepi juga hening.

Zzz...
Zzz...

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar