Senin, 17 Juni 2019

Sepatu Cantik

*Tugas 2*

*Sepatu Cantik*
*By Noer*

Masih edisi cerita menyambut hari lebaran.

Jika sepatu lama masih belum kau sentuh sekalipun, mengapa kau harus berdesak2an memilih sepatu untuk lebaran? Tak cukupkah sepasang dua pasang sepatu untuk meramaikan lebaran tahun ini?

_niiiiiit_
_niiiiiit_

Suara alarm meteran listrik menyentakkanku dari dalam rumah. Pertanda token listrik harus diisi kembali. Jika tak mau aliran listrik terputus.

"Tarif listrik naik?"

Entahlah. Resiko menjadi seorang pelanggan setia. Mahal murah wajib dibeli.

Tiiiit
Tiiiit

Suara klakson gojek memanggil2 dari luar. Aku baru saja memesan gojek melalui aplikasi gojek untuk pergi ke pasar.

"Rp 4.000", begitu tertera tarif di aplikasi.

"Jangan lupa tokennya", sorak emak dari arah dapur.

"Ya", sambil buru2 keluar. Dan tak lupa menutup pintu.

Perjalanan menuju pasar sebenarnya tak begitu jauh. Sepuluh menit biasanya dah sampai. Tapi karena berhubung akan lebaran macet dah. Maka menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh menit.

_"Sadakah lah bu, untuak anak yatim!"_

Baru saja turun di emperan toko sepatu yang dituju, aku langsung disambut oleh seorang Bapak peminta2. Jika dilihat dari umur dan penampilannya belum begitu tua dan lusuh. :Tapi mengapa harus meminta2?" Aku membatin.

Tapi sudahlah. Hiting2 membersihkan uang dalam sakuku. Akhirnya lembaran kertas dua ribuan aku masukkan juga ke dalam ember si Bapak tersebut.

_Masuaklah ni! Sia pakai?"_ sapa pelayan toko.

Aku balas dengan senyuman terindahku. Kemudian aku lihat rak demi rak jejeran sepatu dan sendal. Setelah puas melihat2 akhirnya pilihanku jatuh pada sepasang sepatu berwarna merah maroon nan cantik menurutku.

"Bu, sini. Bawa aku pulang", pinta sepatu merah itu.

"Upsss, bisa ngomong rupannya", dalam hatiku.

Aku mendekat. Semakin dekat semakin memesona. Aku jadi cinta padanya.

Ku coba pasang yang sebelah kanan. Wadawww...

Kinclong...

"Ayo lah, Uni. Bawa aku pulang. Jangan ragu lagi", bujuk sepatu merah.

Aku tersenyum simpul.

"Nafsu banget lho", ucapku meledek.

Dia menatapku terpana. Tak menyangka aku akan selancang itu bicara.

"Maaf deh...", ucapku sambil tetap membawanya ke arah kaca.

"Pas, Uni", ucap si Pelayan toko saat aku mematut2 di depan kaca.

"Berapa, Dek?,

"Kalau iko 275.000 pas nyo, Ni", jawabnya serius.

"Hahhhh", mahal bgt?.

"Itulah harga paliang bawah wak agiah an ka Uni tu", sambung si Pelayan toko dengan yakin.

Sekali dua kali nego, akhirnya sepatu deal dengan harga Rp 230.000. Ijab kabul terucap dengan lancar. Dan sepatu merah berjodoh dengan kaki seksiku.

Taraaaa...

Jadilah sepatu merah nan cantik itu ikut meramaikan hari nan fitri tahun ini. Merah menyala dan merah meriah pastinya.

#JeWe45
#polaldasuper
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar