Rabu, 12 Juni 2019

Air Seni Mendobrak Ember

*Air Seni Mendobrak Ember*
*By Noer*

"Jika ingin bahagia di dunia tuntutlah ilmu. Jika ingin bahagia di akhirat tuntutlah ilmu. Jika ingin kedua2nya juga tuntutlah ilmu. Lalu, kenapa kau masih termangu?

Tampak dari jendela kaca Syarif buru2 berjalan menuju kelas. Teman2nya sudah 30 menit yang lalu mengikuti ujian. Ia terlambat.

"Syarif,, kenapa terlambat? Aku menyapanya penuh selidik.

Sejenak Syarif tertegun sebelum sampai di kursi tempat duduknya. Ia seperti mengingat-ingat sesuatu. Jemarinya tampak mèremas2 tali tas sandangnya.

"Mmmaaf, Bu." Sahut Syarif agak gugup.

"Yup, silakan dimulai ujiannya!" Pintaku padanya.

Aku sibuk di depan mengisi lembaran blangko berita acara dan blanko daftar hadir. Semua siswa hanyut dengan lembaran soal yang dibagikan. Sesekali terdengar batuk2 kecil dari peserta ujian.

_Uhuk_
_Uhuk_

"Kenapa, kamu kurang sehat?"

"Iya, Bu."

"Jangan banyak minum sirup dan kue lebarannya. Kalau kebanyakan bagi dong. He....", candaku pada salah seorang siswaku.

_He_
_He_

"Ibu mau?"

"Nggak. Nggak bakalan nolak jika dikasih."

_Udah_
_Udah_

"Lanjutkan ujiannya. Waktu tinggal 30 menit lagi", aku memperingatkan mereka.

Tiba tiba terdengar suara benda jatuh.

_Plakkk..._

Aku menebarkan pandangan ke setiap sudut kelas mencari sumber suara tersebut. Pandanganku terhenti di meja Syarif. Tampak ia kasak kusuk membereskan isi tasnya yang tumpah ke lantai.

"Syarif, ...." panggilku.
"Kenapa denganmu?" Tanyaku heran.

Syarif hanya menggeleng. Aku mendekati mejanya. Belum satupun LJK yang dihitamkannya. Sementara waktu tinggal 30 menit lagi.

"Ada apa denganmu Syarif?" Tanyaku pelan.

Akhirnya, Syarif mebuka suaranya.

Syarif menjelaskan, bahwa ia semalam tak belajar. Tak ada sedikitpun ia mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan semester hari ini.  Karena ia harus menanggung sakitnya perut yang disertai diare. Wajahnya tampak pucat dan kuyu.

"Sudah. Sekarang kau temui guru bidang studi yang bersangkutan dan minta ujian susulan".

"Baik, Bu", jawabnya pasrah sambil berkemas2.

_Acinnn_
_Acinnn_

Tiba tiba dari arah depan terdengar suara bersin berturut-turut. Suasana ulangan semester di ruanga 14 sedikit terganggu. Beberapa orang siswa terganggu kesehatannya.

Mereka para siswa harus segera kembali ke sekolah setelah baru saja menikmati liburan Idul Fitri. Karena ulangan kenaikan kelas juga menanti.

"Aduh, aku nggak bisa nahan lagi", suara Michael memecah keheningan.

Ia berlari secepat kilat menuju kamar mandi di sudut perpustakaan sekolah.

_Plakkkk..._

Ember dekat pintu jadi sasaran. Ujung sepatu Michael tak sengaja menendang ember berwarna hijau. Dan menghalangi langkahnya.

Karena terburu2 tumit Syarif secara spontan menendang ember itu ke arah belakang.

_Tuntang_
_Gedubrakkk..._

Ember kembali berguling dan memantul kembali ke arah klosed.

"Diam di situ, jangan bawel!"pinta Michael kepada ember.

Akhirnya Michael dengan tenang bisa melepas kegundahanya di ruangan sempit berukuran 3 bidang keramik itu. Langit2 bercat putih dan dinding didominasi warna hijau langit.

"Emang warna langit hijau?"

"Entahlah. Kata nenekku begitu." Semua warna itu hijau. Hijau langit. Hijau terong.

"Hijau pucuk kaleee...."

_Ha_
_Ha_

#JeWe45
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar