Selasa, 18 Juni 2019

Setrikaan Luar Biasa Memahami

*Tugas (8/2)*

*Setrikaan Luar Biasa Memahami*
*By Noer*

"Wow... baru seminggu tak dibelai dah menggunung aja", ucapku melihat tumpukan kain siap dicuci.

Beginilah kalau suasana lebaran. Pekerjaan tiba-tiba menumpuk. Mulai dari dapur sumur dan kasur. Karena waktu lebih banyak dihabiskan untuk bersilaturrahmi. Sesekali kegiatan rekreasi ke tempat wisata.

"Ibuuuk, Kakak nak pake baju ungu", sorak si Kakak dari kamarnya.

Aku yang sedang sibuk di dapur mendengar suara lengkingannya dengan jelas. Sambil terus bekerja membelai dua wajan.

"Ya boleh", jawabku sambil aku terus sibuk di dapur.

Wajan yang satu berisi nasi goreng. Wajan yang satu lagi telor dadar

Yang berisi nasi goreng, sesekali  harus di bolak balik agar matangnya merata. Sementara telor dadar baru saja dimasuk ke dalam minyak panas. Dan belum bisa di balik. Karena bagian bawahnya belum kering. Sehingga belum bisa ditinggal begitu saja.

Inilah menu pagi ini. Nasi goreng telor dadar kesukaan anak-anak. Orang tua mengikut.

He
He

"Ibuuuk, baju ungu Kakak ngg ketemu", ucap si Kakak dari belakang. Si Kakak sudah bisa mengurus diri sendiri. Mulai dari mandi dan mengenakan pakaian.

"Coba cari lagi dalam lemari Kakak", pintaku pada anak sulungku.

"Sudah Kakak cari, Buk. Tapi ngg ada", ucapnya meyakinkan aku.

"Bentar ya, Kak. Ibuk matiin dulu kompornya".

"Oke, Ibuuuk", kemudian ia beranjak keluar dengan masih memakai handuk. Karena baru saja selesai mandi.

Aku angkat dadar telor yang sudah berwarna kecoklatan. Pertanda sudah matang. Dan mematikan api kompor di kedua tungku. Kemudian membantu si Kakak memcarikan baju ungu kesukaannya. Bolak balik, kiri kanan, atas bawah tak jua kutemukan baju berwarna ungu itu.

Aku beranjak ke kamar sebelah. Kamar tempat menyetrika dan tempat meletakkan kain setelah dicuci.

Aku bongkar keranjang yang dipenuhi kain yang belum sempat disetrika.

Taraaa

Muncullah gaun berwarna ungu polos kesukaannya si Kakak.

"Terima kasih, Uni. Telah menyelamatkan aku dari himpitan yang sangat berat ini", ucap gaun ungu.

Betapa sesaknya ia berada dalam tumpukan berbagai jenis kain yang ada dalam keranjang itu. Semua bersorak ingin dilepaskan dari tumpukan yang menyesakkan itu.

"Tolong aku, Uni. Tanganku terjepit", sorak sehelai baju.

"Tolong, Uni. Kakiku kesemutan karena terlalu lama terjepit di sini", suara celana si Ayah.

"Tolong, Uni. Badanku sakit semua", handuk ikut bersorak.

"Aku juga, Uni. Jemariku tak bisa digerakkan lagi", kaos kaki si Dedek ikut menjerit.

Aku semakin panik berada dalam kamar itu. Kepalaku pusing. Suasana begitu bising dengan suara pekikan kain yang belum sempat disetrika.

Aku keluar dengan cepat sambil tak lupa membawa gaun ungu si Kakak. Kemudian menyerahkan pada si Kakak.

"Ini gaunnya, Kak", saat dia lagi asyik menonton film kartun kesukaannya. Upin dan Ipin.

"Kusut, Buuuk".

Upsss...

Aku baru sadar kalau baju yang aku serahkan kepada si Kakak belum disetrika. Aku harus kembali lagi ke ruangan tadi.

Waduch...

Terpaksa aku kembali ke ruang setrikaan. Kemudian menyalakan setrikaan. Sambil menunggu setrikaan panas, aku sisihkan kain yang menumpuk tadi sesuai jenisnya. Dan berencana untuk menyetrika hari ini. Agar pekikan kain dalam keranjang ini tak memekakan telingaku.

"Sabar ya. Aku selesaikan satu persatu pekerjaanku dulu. Ntar aku sambangi", janjiku pada kain-kain itu.

"Ok, Uni. Asiaaaap", jawabnya serempak.

Baru aku tenang. Kemudian menyetrika gaun si Kakak sampai benar-benar rapi.

"Terima kasih sobat, kau telah membantu salah satu pekerjaanku pagi ini", ucapku pada setrikaan.

"Masama, Uni. Untuk Uni apa yang ngg", ucapnya memggoda.

Sebuah setrikaan saja bisa mendamaikan. Apalagi nasi goreng dan telor dadar yang sudah menanti untuk disantap.

Serbuuu...

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar