Sabtu, 20 Februari 2021

Ingat- ingat Lupa





Ingat-ingat Lupa
By Tek Nun

"Salah itu, Tek Nun, bukan itu" sorak Upiak Banun.

"Apanya yang salah?"

"Judul tulisanmu."

Mendengar suara Upiak Banun yang cemprengnya semakin naik level, Tek Nun langsung melempar bola matanya ke atas untuk melihat judul yang barusan dibuatnya. Kemudian mempreteli kata demi kata. Lirik kiri, lirik kanan, maju mundur cantik ala Tek Nun. Bukan ala Syahrini. Tapi tak jua ditemukan kesalahan yang dimaksud Upiak Banun.

Bola mata mulai lelah. Tangan dan kaki ritmenya sudah menurun. Tak mau diajak lagi berkolabirasi. Tek Nun berhenti sejenak. Dengan tujuan untuk melepas lelah bukan untuk menyerah. 

Ingat ya, Sobat. Untuk melepas lelah, bukan untuk menyerah!

Ting!

Kemudian, kembali melanjutkan pemeriksaan. Kali ini dengan menghadirkan KBBI. Agar punya kekuatan secara harfiah. Namun, setelah beberapa saat melakukan pemeriksaan, kesalahan yang dimaksud Upiak Banun tak jua ditemukan. 

"Upiak Banuuuuuun," sorak Tek Nun dengan suara seksinya. 

"Manggilnya bisa dengan suara lembut nggak?"

"Ini kan udah dengan lembut memanggilnya."

"Lembut apaan," ucap Upiak Banun sambil mengusap- ngusap telinganya dengan telapak tangan.

"Iya deh, maaf."

"O iya, apanya yang salah dari judul tulisanku. Kamu jangan mengada-ngada, deh," ucap Tek Nun mulai protes. 

"Kau baca ulanglah itu tulisanmu. Kalau nulis itu jangan asal nulis. Baca lagi baca baca," Upiak Banun mulai nyorocos.

"Udah dibaca ulang. Tapi tak ditemukan dimana salahnya."

Upiak Banun beraksi. Ia ambil hp dari tangan Tek Nun kemudian ia hentakkan jari telunjukknya beberapa kali ke layar hp Tek Nun. Tepat di judul tulisan yang dimaksud.

"Ini, ini, apaan ini yang dikatakan ggak ada salah." Sambil telunjukknya tak henti-hentinya menghantam layar hp Tek Nun.

"Pelan-pelan woiii, itu hp bukan tembok," ucap Tek Nun sambil merampas hpnya dari tangan Upiak Banun.

"Mata itu dipakai untuk melihat kesalahan sendiri bukan mengintip kesalahan orang lain."

Tung
Tang

"Iya i ya."

"Coba pasang telingamu baik-baik. Biar aku kasih tau dimana letak salahnya."

"Iya. Oke," ucap Tek Nun manut.

Upiak Banun mengarahkan pandangannya pada layar hp yang masih ada di genggaman, Tek Nun. Kemudian membaca perlahan-lahan judul tulisannya.

"Ingat-ingat lupa. Ingat-ingat lupa."

"Ada dengar?"

"Ada. Cuma dimana letak salahnya?"

"Duh, kenapa lelet begini nih, orang," batin Upiak Banun.

Maka, mulailah Upiak Banun menjelaskan duduk persoalnnya. Dimana letak salahnya menurut dia. Tapi belum tentu menurut Tek Nun. Ternyata, Upiak Banun kurang setuju judul tulisanTek Nun, "Ingat-ingat lupa." Tapi ...

"Tapi apa maksudmu?" Tanya Tek Nun.

"Ya. Biasanya kan "Lupa-lupa ingat, bukan "Ingat-ingat lupa."

Nah, ini dia yang ingin aku ubah coy. Coba perhatikan kata demi kata. Kalau lupa-lupa ingat, itu artinya banyak lupanya daripada ingatnya. Bandingakan dengan judul yang aku tulis.

"Ingat-ingat lupa. Berarti banyak ingatnya daripada lupa. Iya apa iya?"

"Iya juga ya," ucap Upiak Banun sambil menempelkan jari telunjuknya di sisi kanan kepalanya.

Makanya, mata jangan buat ngintip kesalahan orang aja. Sesekalai ajak jalan-jalan. Ha ha ha...

Mata adalah jendela hati dan telinga adalah pintunya. Apa saja yang masuk dapat mebentuk jiwa dan perilaku. 
(Mitha Tanjung)

#menulisituasyik
#menulisituekspresidiri
#menulisitumenyembuhkan







 

Rabu, 17 Februari 2021

Muara Cinta Terakhir


 Muara Cinta Terakhir

By Tek Nun

" Duh, pagi-pagi membahas cinta, makan dulu napa," ucap Upiak Banun dari dapur.

"Jangan sok alergi gitu deh. Emang situ nggak butuh cinta."

"Cintaku sudah lama mati, Tek."

Jlep

Tek Nun tak mau melanjutkan ocehannya. Kalau dilanjutkan bisa-bisa patuih-patuih hari. Karena lima huruf ini bisa mengubah suasana hati seseorang.

"Jangan berlarut-larut. Kumbang indak sa ikua, bungo indak satangkai."

"Tau aku, Tek, kumbang indak sa ikua. Tapi kalau bunga tak mau lah."

"E alahhh, selama musim pandemi ini malah orang pada hobi menanam bunga."

"Kalau itu mah paham. Maksudnya yang bunga pertama tadi. Masa jeruk makan jeruk. Aseeemmmm😣

Ha ha ha ...

Kembali ke cerita di atas.

Sepanjang aliran cinta yang kita tempuh, tentu akan sampai jua ke muaranya. Yang menjadi pertanyaan, sudahkah kita menentukan kemana cinta kita akan bermuara?

"Tek Nun?"

"Iya."

Mata Upiak Banun mulai tampak berkaca-kaca. Entah apa yang membuat dirinya rapuh seperti ini. Padahal pembicaraan Tek Nun biasa-biasa saja. Tak terlalu menghentak. Tak biasanya ia seperti ini.

"Napa lo melow begitu?"

"Litak."

"Eiii, karambie cukia. Molah makan wak lu, Tek Nun iyo lo."😁

Tapi sebelum Tek Nun lanjut makan, sedikit pesan yang ingin disampaikan. Mencintai apa pun dan siapa pun itu boleh-boleh saja. Itu hak setiap manusia.

Namun, ingat. Jangan sampai cintamu pada yang lain mengalahkan cinta kepada empunya Sang Pemberi Cinta. Karena muara dari semua rasa cinta yang kita miliki adalah kepadaNya.

Tak ada satu pun yang dapat menandingi cintaNya. Sekali pun terkadang kita mengabaikan perintahNya. Namun, tak pernah ia mengabaikan cintaNya kepada umatNya. Karena muara cinta yang sesungguhnya hanyalah kepadaNya.

#menulisituasyik
#menulisituekspresidiri
#menulisitumenyembuhkan

Selasa, 16 Februari 2021

Tumbuak Tanak Dek Awak


 Tumbuak Tanak Dek Awak

By Tek Nun


"Tumbuak dek awak, tanak dek awak, makan dek awak." Ucap Tek Nun berulang-ulang. 

"Manga baturo-turo, Tek Nun? Alah makan bagai?" Tanyo Upiak Banun dari dapua.

"Rasok tapi kain," ucap Tek Nun tanpa menghiraukan yang bertanya.

Penasaran dengan apa yang barusan ditura-turakan Tek Nun, Upiak Banun meninggalkan pekerjaannya sejenak. Kemudian menghampiri Tek Nun untuk minta penjelasan terkaitan ucapannya barusan. 

"Lah makan, Tek Nun?"

"Duo kali baru," jawabnya singkat.

"Kan alah tu. Beko lo malam lai."

"Kok bisa tigo kali manga harus duo kali."

"Baa ndak ka sagadang dorom minyak tanah diantak an badan, pukua 12 hari baru lah mintak 3 kali pulo makan," dalam hati Upiak Banun. 

Kalau langsuang ma ka talok, kanai sarambua buliah. πŸ˜…

"Nyo manga tadi tu Tek Nun?" tanyo Upiak Banun.

"Emang manga?"

"Tubaturo-turo, apo nan tajadi?"

"Owh, itu...mulai kini tumbuak tanak dek awak lai."

"Kan salamo ko emang mode itu mah."

"Kecek sia?"

"Kecek sia pulo. Kecek nan sadang mangecek lah.

Ha ha ha...

Jan paneh sakali eee. Mantang-mantang kok iyo musim paneh kini, saketek saketek naik tensi. Mako e jan acok-acok bana bali sate kambiang. 🀣

Babaliak awah panabangan. Kini Upiak Banun pulo nan baturo-turo lai. Nan Tek Nun lah mulai dingin kapalonyo. 

Ndak usah dipapanjang carito. Sato pulo nan lain naiak tensi beko ndak takameh dek Tek Nun do. 

Kini mode ko sajolah, mulai dari kini kamehi padok surang-surang. Ndak usah engong suok engong kida juo lai. Pikie an sajo dima paruik nan kakanyang.

"Paruik juo baru."

"Tantu lah iyes nyo "

"Kudok tu paruik."

Ha ha ha....


#menulisituhiburan

#menulisitumenyembuhkan

#menulisituekspresidiri

Menggulung Kecemasan


 Menggulung Kecemasan

By Tek Nun

"Udah dapat berapa gulung, Tek Nun?"

"Apanya?"

"Kecemasan lah, kau kira apa?"

"Duit."

"Dasar, emak-emak mata duitan.

"Biarin, emang situ yang nggak doyan duit tapi tapi matian-matian cari duit."

Ha ha ha ... satu kosongπŸ˜…

Pagi-pagi terjadi pergulatan kata antara emak-emak lawan emak-emak. Kalau lawan bapak-bapak itu lain cerita.

"Emang bapak-bapak kuat lawan emak-emak, Tek Nun?"

"Huuuu, jangan salah-salah ya, Mak. Bapak-bapak juga ada yang jago gulat kata-kata lho."

"Serius, Tek Nun?"

"Duh, Emak kurang gaul deh."

Lagi-lagi pergulatan kata semakin sengit. Sampai-sampai membawa-bawa nama bapak-bapak.

Mendengar suara Emak-emak yang volumenya semakin tak terkendali, ada seorang bapak-bapak merasa terusik. Tampak ia meriang hingga mengeluarkan keringat dinginnya.

"Kalau nggak ribut di sini bisa nggak?" Ucapnya dengan nada kesal.

"Emang kenapa?"

"Beranak telinga gue."

"Gaek lebay."😁😁😁

Mau tidak mau, Tek Nun dan Upiak Banun terpaksa berpindah tempat. Bukan karena takut tapi malas membuat keributan. Setelah dipastikan aman kemudian tampak mereka berunding.

"Ini dia orangnya yang kemaren panas dingin liat loe jualan." Bisik Tek Nun kepada Upiak Banun.

"Yang benar aja loe. Masa iya. Secara nama dia kan lebih terkenal dari kita. Sudah punya toko yang megah dan banyak pelanggan. Masa' masih cemas dengan kita kita yang hanya pedagang kaki lima?" Sambil menggernyitkan dahi lebarnya.

"Nah, itu dia yang membuatku tak mengerti sampai saat ini."

"Kenapa?"

"Karena gulungan kecemasannya lebih besar dari ukuran badannya?"

😁😁😁

#menulisituhiburan
#menulisitumenyembuhkan
#menulisituekspresidiri

Muara Kata

 Muara Kata

By Tek Nun



"Terjebak, terjebak, terjebak. Uhhh, sebel, sebel, sebel," ucap Tek Nun sambil memukul-mukulkan tangannya ke meja. 


"Napa, Tek Nun?" sapa Upiak Banun.


"Sebellll."


"Sebel kenapa?"


"Aku terjebak."


"Terjebak dimana?"


Tek Nun tak langsung menjawab pertanyaan Upiak Banun. Ia masih terus merungut. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Dari raut wajahnya ia tampak sangat kesal sekali.


Melihat ekspresi wajahnya, Upiak Banun menahan nafsu keponya untuk sememtara waktu. Jika ia pepet terus dengan pertanyaan bisa-bisa ia yang akan menjadi pelampiasan kekesalannya. Dan Upiak Banun tak mau hal ini terjadi.


"Desak ajalah, ngapain juga takut," ucap suara dari arah kiri Upiak Banun.


"Jangan. Loe mau jadi sasaran amuk kekesalannya?" suara dari sebelah kanan ikut menimbrung. 


Upiak Banun terus melanjutkan pekerjaannya. Konektor rajut pesanan tetangganya tinggal beberapa buah lagi. Sambil terus memperhatikan Tek Nun dengan sudut matanya. 


Tak mau menunggu lama, akhirnya Tek Nun berinisiatif ke dapur untuk membuat dua gelas kopi hangat. Kemudian ia suguhkan kepada Tek Nun. Berharap agar suasana yang membeku ini bisa sedikit mencair.


"Minum dulu, Tek," ucap Upiak Banun dengan suara selembut mungkin.


"Duh, kenapa nggak dari tadi sih."


"Apanya?"


"Ya, kopinya."


"Tek Nun nggak ngomong, sih."


"Owh iya," jawabnya sambil tangannya memegang gelas.


Setelah minum beberapa teguk, ekspresi Tek Nun mulai agak tenang. Upiak Banun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia tinggalkan rajutannya kemudian berpindah posisi duduk di dekat Tek Nun. Namun, sebelumnya ia minum terlebih dahulu.


"Tek," sapa Upiak Banun lembut.


"Ya," jawabnya singkat.


"Ada masalah ya, Tek?"


"Bukan sekadar masalah lagi, tapi ini sudah membuat pertahanann diriku jebol."


"Maksudnya?" jawab Upiak Banun agak terkejut dan membuat rasa keponya naik seketika. 


Berkat keliahaian Upiak Banun mengorek-ngorek.


"Bukan memgorek-ngorek tong sampah ya. Ingat, bukan memgorek tong sampah."


"Iya iya. Nyinyir banget sih."


Oke. Akhirnya, berkat kenyiyiran Upiak Banun, maka didapat juga apa yang menjadi incarannya. Tek Nun, membeberkan apa yang membuat keningnya kerut seribu. Ternyata ...


"Menunggu ya?" 😁


#menulisituekspresidiri

#menulisituhiburan

#menukisituluapanperasaan

Senin, 01 Februari 2021

Alarm Pikiran

 Alarm Pikiran

By Tek Nun


Kring...kring...kring...


Alarm absen pagi mengalihkan perhatian Tek Nun yang sedang bergelut dengan mesin cuci. Semenjak si corona menjajah negeri ini, absen kehadiran tepaksa dilakukan secara online. Hal ini dilakukan agar dapat menekan penyebaran virus tersebut. 


"Absen, Buk," PakSu ikutan bersorak dari depan tv.


"Iya, bentar, nanggung nih," ucap Tek Nun sambil terus memasukkan beberapa helai kain ke tabung pengeringan.


Lalu, memutar tombol spin timer, kemudian meninggalkan mesin cuci untuk menghampiri hp yang terus memanggil-manggilnya. Karena Tek Nun yakin ia akan bekerja dengan ikhlas. Dilihat atau tidak ia akan tetap melakukan tugasnya tanpa perlu pengawasan. 


"Patut ditiru ini, Tek Nun." Ucap Bros Kain dari kamar mandi.


"Iya dong. Bukan sepertimu, kerja bila disuruh dan ada yang liat."


"Nyindir ni ye..."


"Ha ha ha..."


"Tapi mesin cuci matre. Ia bekerja kalau ada uang aja. Kalau nggak mana mau dia bekerja."


Tek Nun tertegun mendengar omongan Bros Kain.


"Matre gimana maksudmu?"


"Ihaaa...mak mak kepo," ucap Bros Kain sambil mengibas-ngibaskan bulunya yang tidak utuh lagi.


Suara mesin cuci terdengar berhenti. Tek Nun meletakkan hp yang sedang dimainkannya di atas meja. Kemudian mengeluarkan kain ke keranjang dan membawanya keluar untuk mempertemukannya dengan cahaya matahari pagi ini.


Dug...


Baru dua helai pakaian yang digantung, Tek Nun dikejutkan lagi oleh alarm pikirannya.


"Paksuuuuuu..." sorak Tek Nun sambil berlari masuk dan langsung mengambil hp.


"Apaaaan?" PakSu tampak melongo.


"Lupa ngisi absen."


🀧🀧🀧


#sepeleisme

#JeniusWriting

#seleksiuntukantologi

#menulisitusedekah