Rabu, 17 Februari 2021

Muara Cinta Terakhir


 Muara Cinta Terakhir

By Tek Nun

" Duh, pagi-pagi membahas cinta, makan dulu napa," ucap Upiak Banun dari dapur.

"Jangan sok alergi gitu deh. Emang situ nggak butuh cinta."

"Cintaku sudah lama mati, Tek."

Jlep

Tek Nun tak mau melanjutkan ocehannya. Kalau dilanjutkan bisa-bisa patuih-patuih hari. Karena lima huruf ini bisa mengubah suasana hati seseorang.

"Jangan berlarut-larut. Kumbang indak sa ikua, bungo indak satangkai."

"Tau aku, Tek, kumbang indak sa ikua. Tapi kalau bunga tak mau lah."

"E alahhh, selama musim pandemi ini malah orang pada hobi menanam bunga."

"Kalau itu mah paham. Maksudnya yang bunga pertama tadi. Masa jeruk makan jeruk. Aseeemmmm😣

Ha ha ha ...

Kembali ke cerita di atas.

Sepanjang aliran cinta yang kita tempuh, tentu akan sampai jua ke muaranya. Yang menjadi pertanyaan, sudahkah kita menentukan kemana cinta kita akan bermuara?

"Tek Nun?"

"Iya."

Mata Upiak Banun mulai tampak berkaca-kaca. Entah apa yang membuat dirinya rapuh seperti ini. Padahal pembicaraan Tek Nun biasa-biasa saja. Tak terlalu menghentak. Tak biasanya ia seperti ini.

"Napa lo melow begitu?"

"Litak."

"Eiii, karambie cukia. Molah makan wak lu, Tek Nun iyo lo."😁

Tapi sebelum Tek Nun lanjut makan, sedikit pesan yang ingin disampaikan. Mencintai apa pun dan siapa pun itu boleh-boleh saja. Itu hak setiap manusia.

Namun, ingat. Jangan sampai cintamu pada yang lain mengalahkan cinta kepada empunya Sang Pemberi Cinta. Karena muara dari semua rasa cinta yang kita miliki adalah kepadaNya.

Tak ada satu pun yang dapat menandingi cintaNya. Sekali pun terkadang kita mengabaikan perintahNya. Namun, tak pernah ia mengabaikan cintaNya kepada umatNya. Karena muara cinta yang sesungguhnya hanyalah kepadaNya.

#menulisituasyik
#menulisituekspresidiri
#menulisitumenyembuhkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar