Selasa, 16 Februari 2021

Menggulung Kecemasan


 Menggulung Kecemasan

By Tek Nun

"Udah dapat berapa gulung, Tek Nun?"

"Apanya?"

"Kecemasan lah, kau kira apa?"

"Duit."

"Dasar, emak-emak mata duitan.

"Biarin, emang situ yang nggak doyan duit tapi tapi matian-matian cari duit."

Ha ha ha ... satu kosong๐Ÿ˜…

Pagi-pagi terjadi pergulatan kata antara emak-emak lawan emak-emak. Kalau lawan bapak-bapak itu lain cerita.

"Emang bapak-bapak kuat lawan emak-emak, Tek Nun?"

"Huuuu, jangan salah-salah ya, Mak. Bapak-bapak juga ada yang jago gulat kata-kata lho."

"Serius, Tek Nun?"

"Duh, Emak kurang gaul deh."

Lagi-lagi pergulatan kata semakin sengit. Sampai-sampai membawa-bawa nama bapak-bapak.

Mendengar suara Emak-emak yang volumenya semakin tak terkendali, ada seorang bapak-bapak merasa terusik. Tampak ia meriang hingga mengeluarkan keringat dinginnya.

"Kalau nggak ribut di sini bisa nggak?" Ucapnya dengan nada kesal.

"Emang kenapa?"

"Beranak telinga gue."

"Gaek lebay."๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜

Mau tidak mau, Tek Nun dan Upiak Banun terpaksa berpindah tempat. Bukan karena takut tapi malas membuat keributan. Setelah dipastikan aman kemudian tampak mereka berunding.

"Ini dia orangnya yang kemaren panas dingin liat loe jualan." Bisik Tek Nun kepada Upiak Banun.

"Yang benar aja loe. Masa iya. Secara nama dia kan lebih terkenal dari kita. Sudah punya toko yang megah dan banyak pelanggan. Masa' masih cemas dengan kita kita yang hanya pedagang kaki lima?" Sambil menggernyitkan dahi lebarnya.

"Nah, itu dia yang membuatku tak mengerti sampai saat ini."

"Kenapa?"

"Karena gulungan kecemasannya lebih besar dari ukuran badannya?"

๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜

#menulisituhiburan
#menulisitumenyembuhkan
#menulisituekspresidiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar