Kamis, 20 Juni 2019

Termos Istimewa Menyehatkan

*Tugas (17/2)*

*Termos Istimewa Menyehatkan*
*By Noer*

Makan siang begitu nikmat dengan menu seadanya. Yang penting makannya didampingi orang-orang terkasih. Tentunya saling mengasihi dan menyayangi.

Ada si Ayah yang sengaja pulang makan siang dari tempat kerja. Emak dan atuk yang masih setia dengan pasangannya. Walau umur mereka telah melampoi umurnya nabi Muhammad.

Mereka berdua menjadi contoh tauladan bagi kami dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Setauku tak pernah mereka bertengkar sekalipun di depan kami. Apapun itu kondisinya.

"Kok air minumnya dingin sekali, Nun", ucap Atuk dengan panggilan kesayangannya.

 "Dingin ya,Tuk. Biar ditambah dengan air panas" jawabku.

Aku ambil termos istimewa pemberian almarhum mertuaku sepuluh tahun silam.

Semoga beliau tenang di surgaNya Allah.

Aamiin...

Istimewanya sebuah benda bukan terletak pada harganya yang mahal. Tetapi bagaimana cara mendapatkannya.

Taraaa...

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Kulkas Super Melegakan

*Tugas (16/2)*

*Kulkas Super Melegakan*
*By Noer*

Sandal sudah pergi dengan menumpangi salah satu gerobak tim orange. Mudah-mudahan ia menemukan tuan yang cocok dengan nomor yang tertera di telapak kakinya.

Aku melanjutkan menyapu pasir yang masih mengganggu padandangan mataku sampai benar-benar bersih dan kinclong

Cling...

 Aku kembali ke dalam. Tapi ada suara yang mengganggu pendengaranku. Rupanya rintik-rintik hujan mulai turun.

Hujaaannn...

Aku bergegas ke belakang menyelamatkan jemuran yang hampir kering. Beberapa hari ini cuaca kurang bersahabat. Setengah hari panas, setengah hari hujan.

Saat kembali dari belakang aku teringat menu untuk makan siang ini. Aku membuka songkok saji dan memperhatikan isinya. Sambal masih ada. Goreng tempe ada. Ikan asin goren di campur petai cukup untuk makan siang ini. Rempeyek ada. Berarti...? Sayur yang belum ada!

Cusss...

Aku hampiri kulkas yang masih tetap tegak bediri di posisi semula. Tak bergeser sejengkal pun. LG, itu merk kulkas yang aku punya.

Termasuk super diantara barang yang ada dalam rumah. Kenapa tidak super coba!

Batu es, ikan, ayam, daging, dan sedikit udang basah juga tersedia di dalamnya.

Bumbu masak juga lengkap. Baik yang masih utuh atau yang sudah di giling tersedia.

Dipintu bagian dalam juga terdapat berbagai jenis minuman. Fanta, sprit, dan beberapa botol sirup. ABC dan Marjan.

Di bagian atas terdapat beberapa butir telor. Sebagai penyelamat saat bahan untuk membuat sambal telah menipis.

Dadar dan mata sapi!

Pada rak bagian bawak tampak ada satu ikat sayur buncis dan beberapa buah wortel dan satu kembang kol.

Yesss...

Ini dia penyelamat menu makan siang hari ini. Tumis buncis wortel dan kembang kol.

Ajiip

Aku cincang semua bahan. Kemudian ditumis dengan menggunakan sedikit minyak goreng. Ditambah beberapa siung awang merah, bawang putih, daun seledri dan daun bawang. Masukkan racikan sayur tambahkan air. Tunggu beberapa menit. Sayur siap disajikan.

Nyam
Nyam
Nyam

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Sandal Jenius Mengikhlaskan

*Tugas (15/2)*

*Sandal Jenius Mengikhlaskan*
*By Noer*

Pukul 09.09 pekerjaan rumah selesai.

Eitsss niru gayanya Coach. 09.09. He...

Begitulah jadi ibu rumah tangga sejati. Selalu ditunggu-tunggu pekerjaan. Semua benda yang ada di rumah minta dibelai tangan lembutku.

Meonggg...

Si Meong mulai beraksi. Ia usapkan bulunya ke kakiku beberapa kali. "Sepertinya minta makan". Sudah menjadi kebiasaan. Sehingga aku sudah paham betul gelagatnya.

Seperti malam tadi. Pukul dua dini hari ia membangunkanku dengan suara meongannya. Rupanya ia mau keluar untuk buang hajat.

Walaupun seekor binatang, jika sudah setiap hari bergaul, kita akan mengerti dengan bahasa isyaratnya. Mau makan, buang hajat, atau minta dibelai. Ada bahasa isyarat tertentu yang dikodekan kepada kita.

Burung kutilang piaraannya si Ayah juga demikian. Bila makan dan minumnya telah habis, ia akan berkicau tak henti-hentinya memberi isyarat.

Binatang saja mampu memberikan kode-kode tertentu kepada kita. Apalagi kita makhluk yang berakal.

Masa' mau kalah...

He

Aku telah siap mandi dan berpakaian dengan rapi. Halaman depan, ruang depan, ruang tengah, kamar dan dapur sudah bersih.

Semua kain kotor juga selesesai dicuci. Berkat bantuan mesin cuci luar biasa membersihkan. Seperti punya nya mba @⁨Jauharoh⁩. Sehati kita ya mba.

Hik

Mata masih saja tak bisa diam. Pasir-pasir halus dekat pintu tampak dengan jelas. Ku raih sapu yang tersandar karena kepayahan membersihkan teras.

Belum sempat menyapu, sendal-sendal yang jarang di pakai menyapaku.

"Belai aku dong, Uni", sapanya.

Aku melirik ke arah kiri. Rupanya ia memang jarang disentuh. Jarang di pakai untuk beraktivitas. Aku preteli satu persatu. Sudah ada permukaannya yang mengelupas.

Sayang kan?

"Tak bisa dibiarkan ini", ucapku dalam hati.

Hari ini kamis, berarti sebentar lagi pasukan orange akan bertandang ke pemukimanku. Untuk memungut sampah di setiap rumah warga. Dengan upah Rp.10.000/bulan.

Cukup membantu warga. Selain  tempat pembuangan sampah yang jaraknya jauh, juga kebersihan lingkungan dapat terjaga.

Aku ke belakang mengambil kantong kresek. Kemudian memasukkan sandal-sandal yang menurutku jenius.

Kenapa?

Karena ia telah menegurku untuk segera berbuat baik. Berbuat baik melalui dirinya. Mungkin saja ada orang-orang di luar sana yang lebih membutuhkannya.

Tit
Tit
Tit

Terdengar motor pasukan orange di luar. Aku bergegas keluar sambil tak lupa memakai hijab. Kemudian menyerahkan beberapa pasang sendal kepada tukang sampah.

Sesuatu yang menurut kita tak berguna. Bagi orang lain mungkin sangat bermanfaat sekali.

Salam berbagi!

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Handuk Agung Membela

*Tugas (14/2)*

*Handuk Agung Membela*
*By Noer*

Pagi ini cuaca tampak cerah. Karena semalam turun hujan, sehingga membersihkan karat-karat langit. Bunga di halaman bermekaran. Dan tampak segar dan bugar.

"Pagi, Uni", sapa seledri pada salah satu pot.

"Pagi. Semangat sekali kamu, Sel", ucapku membalas tegurannya.

"Iya dong, Uni. Karena aku menjadi saksi atas kemenangan Fani. Jagoan Uni itu lo", jawabnya penuh semangat.

"Fani menang?", tanyaku tak kalah semangat.

"Ah, uni kurang up too date sih".

Aku teringat pada kelincahan Fani saat di dapur master chef. Lincah dan cekatan. Masakannya selalu dapat komentar yang positif dari para juri.

"Benar, Sel. Uni ngg salah menjagokan dia. Selain masakan yang dihasilkannya enak, ia masih muda belia."

"Benar, Uni. Seperti itulah seharusnya pemuda. Energik dan juga produktif".

Aku semakin semangat membelai bunga-bunga yang ada di halaman. Membersihkan dari rumput liar yang dianggap mengganggu. Biar kinclong dan sedap di pandang mata.

Kemudian kusapu halaman depan yang luasnya lumayan besar. Bisa digunakan si Adek bermain bola dengan teman-temannya setiap menjelang sore.

Keringat mulai bercucuran. Matahari terasa menyengat. Aku kembali ke dalam rumah untuk melanjutkan pekerjaan yang telah menanti. Dari pintu depan sampai pintu belakang. Semuanya siap menyambutku dengan semangat pagi.

Sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya, kuseruput teh yang telah beberapa jam kitinggalkan. Saat kusentuh gelasnya agak sudah dingin.

Hfff
Hfff

Dua teguk pelepas dahaga. Kerongkongan terasa sangat segar di aliri teh hangat separoh dingin.

Duduk bersandar di kursi ditemani segelas teh, terasa nikmat sekali.

Saat bersandar terasa sesuatu yang lembut di punggungku. Rupanya handuk bekas mandi si Kakak pagi tadi.

Aku tarik untuk mengelap peluh yang mulai meleleh di dahi. Sedikit mengurangi kegerahan dari keringat yang membuat badanku terasa basah.

"Tenang, Uni. Aku siap mengeringkan badanmu yang mandi keringat", ucapnya tersenyum.

Ia tampak agung sekali dengan ucapannya. Siap mengorbankan diri demi kemaslahatan orang lain.

Pengorbanan yang ikhlas tanpa ada udang lobster di balik batu.

He...

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

TV Terpercaya Mengayomi

*Tugas (13/2)*

*TV Terpercaya Mengayomi*
*By Noer*

Semuanya sudah mandi. Si Adek, si Kakak, Ibu, Ayah, Nenek, dan juga Atuk.

Satu satu sudah mulai merapat ke depan layar tv. Kecuali si Adek yang masih sibuk dengan mainan mobil-mobilannya.

"Yes. Master Chef". Aku duduk dengan serius menyaksikan final antara Fani dan Kay.

Nilai Fani telah mengugguli Kay sebanyak 13 poin. Kemenangan sudah di depan matanya. Tinggal menunggu satu nilai lagi dari dewan juri. Nilai hidangan penutup.

 Wajah Fani tampak berbunga-bunga. Sementara Kay berdiri dengan kepercayaan diri yang tinggi.

Tiba-tiba...

Klik...

Muncul tayangan motor GP. Si Adek yang lagi asyik main mobil-mobilan langsung beraksi. Ia tinggalkan mainannya dan duduk di depan tivi dengan tampang serius.

Aku melongo. Rupanya si Ayah buat ulah. Ia memainkan remot. Memencet satu angka di atas chanel yang sedang tayang. Tepat sekali yang keluar tayangan kesukaannya kaum adam.

"Ganti lagi, Yah", perintahku.

"Ngg mau. Adek mau nonton motor GP", si Adek ngg bisa kompromi lagi.

Si Ayah dan Atuk tersenyum melihat aku ribut dengan si Adek. Jadilah aku yang mengalah. Ambil yang positifya aja. Agar tontonan tak keluar dari esensinya.

Seketika aku ingat judul yang aku ramu di padepokan JeWe. Bahwa tv yang dapat dipercaya itu adalah yang bisa mengayomi.

Mengayomi dari kata-kata kasar yang tidak pantas ditonton seumuran si Adek. Bentakan-bentakan yang mungkin akan berpengaruh jelek terhadap perkembangan jiwanya.

Akhirnya aku melipir ke teras padepokan. Membaca tulisan-tulisan gen jewe. Yang semakin ke sini semakin mantul habis.

Yuk main ke padepokan JeWe. Dijamin ngg bakalan nyesel.

# JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Kipas Angin Elegan Mewakafkan

*Tugas (12/2)*

*Kipas Angin Elegan Mewakafkan*
*By Noer*

Si Adek memutar-mutar badannya di depan kipas angin yang kecepatanya sudah level tinggi. Sesekali ia dekatkan bibirnya kemudian mengeluarkan suara. Suaranya terdengar bergetar.

Ghghgh
Ghghgh
Ghghgh

Ia terlihat bahagia sekali. Semakin suaranya dikeraskan semakin terdengar jelas getarannya. Ia ketawa dengan lepas tanpa beban.

Ha
Ha
Ha

"Adek, jangan mainan kipas anginnya. Ntar bibirnya copot lo", tegurku.

Si Adek langsung menjauh dari kipas angin. Mungkin ia merasa takut dengan apa yang barusan aku ucapkan.

Berada dekat kipas angin setelah mandi keringat tentunya sangat sejuk dan adem. Itu yang sering dilakukan si Adek. Namun aku sering menegur dia. Karena takutnya kurang bagus untuk kesehatan. Tapi yang namanya anak-anak kadang sulit memberikan pengertian. Diperlukan kesabaran ekstra tinggi.

"Udah ya, Dek. Kipas anginnya di matiin aja. Bentar lagi juga dingin kok ", perintahku.

"Ya, Bu." Si Dedek memencet tombol of. Dan kipas angin berhenti berputar.

"Kalau badannya udah agak dingin mandi ya, Dek"

"Ya, Bu", ia menjawab sambil memainkan mobil-mobilannya di lantai.

Inilah dunianya anak-anak. Tak pernah merasa capek untuk bermain. Bagi mereka dunia adalah tempat bermain. Tak lebih dari itu.

Tergantung kita sebagai orang tua.  Bagaimana agar saat belajar anak-anak bisa fokus untuk belajar.

"Allahu akbar allahu akbar", muazin megumandangkan suara azan di mesjid dekat rumah. Aku lirik jam yang menggantung di dinding menunjukkan pukul 15.47 wib. Benar, waktu salat ashar telah masuk.

"Adeeek, cepat mandi. Udah azan", aku bersorak menyuruh si Adek.

"Oke, Bu", dengan gaya khasnya si Adek.

Setelah si Adek selesai mandi, aku juga mandi kemudian melaksanakan salat ashar.

Kipas angin yang berdiri dekat meja tv tampak elegan sekali. Namun aku tak berniat untuk mendekatinya. Sepertinya ia masih ikhlas mewakafkan angin dari hasil putarannya.

Namun karena udara sudah agak dingin, tak seorang pun yang menegurnya. Namun ia tetap tegak danpercaya diri. Karena baginya memberi itu tak harus mengharap balasan.

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Asbak Mutakhir Mendermakan

*Tugas (11/2)*

*Asbak Mutakhir Mendermakan*
*By Noer*

"Adek main bola lagi ya, Buk", sorak si Dedek setelah menghabiskan dua gelas air putih.

"Ya. Hati-hati", ucapku dari ruang dapur.

Semangatku untuk melanjutkan menyetrika pakaian sudah hilang. Padahal baru separohnya terselesaikan. Gara-gara vas bunga dipecahkan si Dedek, terpaksa menyetrikanya kuhentikan. 

Tit
Tit
Tit

Terdengar suara motor si Ayah baru datang. Ia membunyikan klakson agar bisa lewat dalam kerumunan anak-anak yang sedang bermain bola di halaman.

Aku melihat keluar melalui kaca rumah. Benar saja, si Ayah harus menjalankan motornya pelan-pelan agar tidak mengganggu anak-anak bermain.

"Stooop", pekik si Adek pada teman-temannya yang masih saja semangat mengarak bola kian kemari.

Mendengar si Adek bersorak, teman-temanya menghentikan gerakan sementara. Baru setelah itu si Ayah bisa melajukan motornya sampai ke teras rumah.

"Assalamualaikum", ucap si Ayah di depan pintu.

"Waalaikum salam", jawabku dengam senyum mengembang.

Ayah masuk ke rumah sambil membawa sesuatu dalam kantong kresek hitam. Dan langsung menuju dapur.

"Apaan tu, Yah", tanyaku kepo.

"Coba tebak", ucap si Ayah.

Aku mengikuti si Ayah di belakang. Tampak ada sesuatu yang bergerak-gerak dalam kresek.

Sampai di dapur, Si Ayah membuka ikatan kantong kresek tersebut. Kemudian mencurahkan isinya ke dalam ember berwana hitam. Ada tulisan 'Anti Pecah' di sisinya.

Taraaa...

Keluarlah beberapa ekor udang lobster seukuran jempol kaki.

Wadaw...

Mataku langsung melotot melihat udang lobster kesukaanku. Aku membayangkan warna kuning kecoklatan lobster goreng di atas piring.

Sadaaap...

Sambil merebus air untuk membuat kopi hangat, aku membersihkan udang lobster. Setelah semua bersih, aku mengganti wadah untuk di simpan di kulkas.

Air terdengar mendidih. Kemudian aku buatkan si Ayah kopi hitam kesukaannya. Dan meletakkan di meja kursi di ruang tengah dekat si Ayah duduk.

"Asbaknya mana, Buk?" Tanya si Ayah.

"O iya. Ibuk cuci tadi. Ntar ibuk jemput dulu".

Si Ayah susah sekali di ajak untuk berhenti ngerokok. Benar-benar sangat mengganggu sekali. Aku paling ngg suka sama orang merokok. Tapi bagaimana lagi. Terpaksa aku harus mencari-cari cara untuk menjaga jarak saat si Ayah merokok.

Asbak aku tarok di rak piring paling bawah. Walauun sudah dicuci bersih, tetap juga merasa risih jika diletakkan berdekatan dengan wadah tempat makanan lainnya.

Saat baru saja balik kanan dan akan kembali ke ruang tengah tiba-tiba...

Brukkk

Asbak yang ada ditanganku jatuh ke lantai seketika. Si Dedek yang berlarian masuk kedalam menabrakku dengan sekuat tenaga.

"Adeeek", teriakkku spontan.

Aku berteriak bukan marah karena ia berlari-lari lagi. Bukan itu, tetapi lebih ke arah ketakutan. Takut jika kakinya terkena beling pecahan asbak yang bahan dasarnya kaca.

Tapi, alhamdulillah. Asbak yang terlepas dari tanganku terpelanting jauh dekat kulkas. Aku lega sekali melihat asbak jauh dari posisi berdiri si Adek.

Namun asbak tak berbentuk lagi. Sudah menjadi barang pecah belah. Entah  menjadi berapa bagian, yang saya lihat buanyak.

"Jangan masuk dulu, Dek. Di lantai banyak beling", ucapku padanya.

Si Adek langsung keluar. Aku takut kakinya ketusuk beling.

Perihhh...

Melihat kejadian itu, si Ayah menghampiriku. Tangannya tak nampak memegang rokok lagi.

"Syukur. Mudah-mudahan ngg ngerokok lagi", dalam hatiku.

Asbak terbaru yang si Ayah miliki sudah hancur menjadi beberapa bagian. Aku membersihkan lantai dari pecahan beling. Dan dipastikan tidak ada yang tertinggal sedikitpun. Jika terinjak sangat berbahaya. Apalagi bagi anak-anak.

Yang mahal itu fashion bukan modal hidup. Lalu kenapa harus menyiksa diri denga banyak gaya!

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menuisitusedekah
#virusbahagia

Selasa, 18 Juni 2019

Teko Canggih mengagumkan

*Tugas (10/2)*

*Teko Canggih Mengagumkan*
*By Noer*

Huf
Huf
Huf

Terdengar suara terengah-engah si Dedek dari kamar tempatku menyetrika pakaian. Suara langkahnya cepat seperti orang berlari.

Brukkk

Suara sebuah benda jatuh mengagetkanku yang sedang menyetrika. Membuat aku terusik dan penasaran.

"Ibuuuk, bunga ibuk jatuh", suara si Dedek memanggilku.

Tanpa menjawab panggilannya aku langsung keluar. Tak lupa memcabut setrikaan dari colokan listrik.

Sampai di luar aku menyaksikan sebuah pemandangan yang tidak aku inginkan sama sekali.

Ondeh mandeee...

Aku kagetnya minta ampun. Bunga dengan vas keramik yang terletak disisi dinding sebelah kanan dari pintu luar tersenggol kaki si Dedek.

Bunga patah dan vas keramiknya pecah menjadi beberapa bagian. Padahal itu bunga baru di beli seminggu menjelang lebaran. Belum satu bulan dia menginap di rumahku sudah menjadi barang pecah belah.

Mau marah?

Tentu tidak. Karena kemarahan pada anak tidak akan membuat vas bunga itu utuh kembali.

"Maafkan Adek, Bu. Adek tidak sengaja", ucap si Dedek mendekatiku.

Aku lihat wajah bocahku begitu memelas. Wajah kuyu yang bercampur rasa takut. Mungkin takut dimarahi. Kemudian aku membersihkan pecahan vas bunga yang berserakan di lantai. Agar tak mengganggu lalu lalang dari dalam ke luar. Atau sebaliknya.

"Ya, Dek. Lain kali kàlau jalan hati-hati. Ngg usah lari-lari" nasehatku pada bocilku.

"Ya, Bu. Adek janji ngg lari-lari lagi." Jawabnya sambil mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku.

Aku kagum. Tak bisa berucap apa-apa lagi. Selain menyerahkan jari kelingkingku sambil mengusap kepalanya yang basah dengan keringat.

"Ihhh, kepala adek bau asem", ucapku sambil menutup hidung.

He
He
He

Si Dedek menjawab dengan ketawa simpel. Kemudian terus ke meja makan. Tampak ia meraih teko dan menuangkan air putih ke gelas.

Klek
Klek
Klek

Lehernya yang putih tampak terlihat di aliri air yang diminunya. Satu gelas langsung habis.

"Adek haus sekali, Buk", ucapnya sambil menambah menuangkan air ke gelas.

"Pelan-pelan minumnya, Dek. Ntar keselek", ucapku memperingatkan.

Ia hanya mengangguk sambil terus minum. Tampak ia haus sekali. Untung teko canggih itu ku isi penuh pagi tadi. Sehingga asupan minuman air putih untuk anggota keluarga bisa terpenuhi.

Menurut kesehatan. Kebutuhan tubuh kita akan air putih sekitar 8 gelas perhari. Agar badan kita terhindar dari yang namanya dehidrasi.

Ayo perbanyak minum air putih!

Air putih yes!
Minuman oplosan no!

He...

#JeWe45
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Mukena Dahsyat Merestui

*Tugas (9/2)*

*Mukena Dahsyat Merestui*
*By Noer*

 "Aku ikhlas seikhlas-ikhlasnya menjadi teman saat kau melenggang masuk surga."

Begitu ucap mukenaku pagi ini. Ia tak mau kalah beraffirmasi seperti gen JeWe yang tak henti-hentinya menancapkan affirmasi di pikirannya setiap hari.

"Ayo, Uni bangun."

Terdengar suara sayup-sayup sampai menyapaku. Aku terbangun. Kulihat jam di dinding kamarku baru pukul 04.00 wib.

"Siapa yang membangunkanku sepagi ini?", tanyaku dalam hati.

"Assalamualaikum, Uni", suara itu terdengar kembali.

Aku kucek mataku. Kemudian berusaha duduk dengan mata yang masih mengantuk berat.

Saat posisi duduk di pinggir ranjang dan kaki menjuntai ke bawah, tampak seulas senyum indah menatapku. Dari siapa lagi kalau bukan dari 'Mukena' yang warnanya putih bersih. Menggantung pada jemuran mini di samping lemari.

"Ngapain kamu membangunkan aku, Mukena", sapaku dengan suara parau bangun tidur.

"Sudah pagi, Uni. Ayo buruan ambil wuduk. Masih bisa tahajjud dua rakaat". Mukena mengingatkanku.

Aku tersentak. Kemudian langsung membangunkan suamiku yang masih setia dengan dengkurannya.

"Uda, ayo bangun, sudah pagi", sambil menggoyang-goyangkan bahunya.

"Iya", jawabnya. Namun matanya masih belum dibuka.

Aku langsung bergerak ke kamar mandi untuk mengambil wuduk. Saat keluar kamar mandi rupanya si Uda sudah antrian untuk berwuduk.

Kami berdua melaksanakan salat tahajjud dua rakaat. Sebelum waktu subuh memghampiri. Kemudian meraih Alquran dan membacanya beberapa ayat sampai terdengar suara azan subuh di kumandangkan muazin.

Jika sehelai mukena merelakan dirinya untuk ikut masuk surga. Dan merestui tubuhnya di seret ke dalam kebaikan. Bagaimana dengan kita sebagai khalifah di muka bumi?

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Setrikaan Luar Biasa Memahami

*Tugas (8/2)*

*Setrikaan Luar Biasa Memahami*
*By Noer*

"Wow... baru seminggu tak dibelai dah menggunung aja", ucapku melihat tumpukan kain siap dicuci.

Beginilah kalau suasana lebaran. Pekerjaan tiba-tiba menumpuk. Mulai dari dapur sumur dan kasur. Karena waktu lebih banyak dihabiskan untuk bersilaturrahmi. Sesekali kegiatan rekreasi ke tempat wisata.

"Ibuuuk, Kakak nak pake baju ungu", sorak si Kakak dari kamarnya.

Aku yang sedang sibuk di dapur mendengar suara lengkingannya dengan jelas. Sambil terus bekerja membelai dua wajan.

"Ya boleh", jawabku sambil aku terus sibuk di dapur.

Wajan yang satu berisi nasi goreng. Wajan yang satu lagi telor dadar

Yang berisi nasi goreng, sesekali  harus di bolak balik agar matangnya merata. Sementara telor dadar baru saja dimasuk ke dalam minyak panas. Dan belum bisa di balik. Karena bagian bawahnya belum kering. Sehingga belum bisa ditinggal begitu saja.

Inilah menu pagi ini. Nasi goreng telor dadar kesukaan anak-anak. Orang tua mengikut.

He
He

"Ibuuuk, baju ungu Kakak ngg ketemu", ucap si Kakak dari belakang. Si Kakak sudah bisa mengurus diri sendiri. Mulai dari mandi dan mengenakan pakaian.

"Coba cari lagi dalam lemari Kakak", pintaku pada anak sulungku.

"Sudah Kakak cari, Buk. Tapi ngg ada", ucapnya meyakinkan aku.

"Bentar ya, Kak. Ibuk matiin dulu kompornya".

"Oke, Ibuuuk", kemudian ia beranjak keluar dengan masih memakai handuk. Karena baru saja selesai mandi.

Aku angkat dadar telor yang sudah berwarna kecoklatan. Pertanda sudah matang. Dan mematikan api kompor di kedua tungku. Kemudian membantu si Kakak memcarikan baju ungu kesukaannya. Bolak balik, kiri kanan, atas bawah tak jua kutemukan baju berwarna ungu itu.

Aku beranjak ke kamar sebelah. Kamar tempat menyetrika dan tempat meletakkan kain setelah dicuci.

Aku bongkar keranjang yang dipenuhi kain yang belum sempat disetrika.

Taraaa

Muncullah gaun berwarna ungu polos kesukaannya si Kakak.

"Terima kasih, Uni. Telah menyelamatkan aku dari himpitan yang sangat berat ini", ucap gaun ungu.

Betapa sesaknya ia berada dalam tumpukan berbagai jenis kain yang ada dalam keranjang itu. Semua bersorak ingin dilepaskan dari tumpukan yang menyesakkan itu.

"Tolong aku, Uni. Tanganku terjepit", sorak sehelai baju.

"Tolong, Uni. Kakiku kesemutan karena terlalu lama terjepit di sini", suara celana si Ayah.

"Tolong, Uni. Badanku sakit semua", handuk ikut bersorak.

"Aku juga, Uni. Jemariku tak bisa digerakkan lagi", kaos kaki si Dedek ikut menjerit.

Aku semakin panik berada dalam kamar itu. Kepalaku pusing. Suasana begitu bising dengan suara pekikan kain yang belum sempat disetrika.

Aku keluar dengan cepat sambil tak lupa membawa gaun ungu si Kakak. Kemudian menyerahkan pada si Kakak.

"Ini gaunnya, Kak", saat dia lagi asyik menonton film kartun kesukaannya. Upin dan Ipin.

"Kusut, Buuuk".

Upsss...

Aku baru sadar kalau baju yang aku serahkan kepada si Kakak belum disetrika. Aku harus kembali lagi ke ruangan tadi.

Waduch...

Terpaksa aku kembali ke ruang setrikaan. Kemudian menyalakan setrikaan. Sambil menunggu setrikaan panas, aku sisihkan kain yang menumpuk tadi sesuai jenisnya. Dan berencana untuk menyetrika hari ini. Agar pekikan kain dalam keranjang ini tak memekakan telingaku.

"Sabar ya. Aku selesaikan satu persatu pekerjaanku dulu. Ntar aku sambangi", janjiku pada kain-kain itu.

"Ok, Uni. Asiaaaap", jawabnya serempak.

Baru aku tenang. Kemudian menyetrika gaun si Kakak sampai benar-benar rapi.

"Terima kasih sobat, kau telah membantu salah satu pekerjaanku pagi ini", ucapku pada setrikaan.

"Masama, Uni. Untuk Uni apa yang ngg", ucapnya memggoda.

Sebuah setrikaan saja bisa mendamaikan. Apalagi nasi goreng dan telor dadar yang sudah menanti untuk disantap.

Serbuuu...

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Bendera Ajaib Mendamaikan

*Tugas (7/2)*

*Bendera Ajaib Mendamaikan*
*By Noer*

*Bendera Merah Putih*
*Karangan / Ciptaan : Ibu Sud*

Berdera merah putih
Bendera tanah airku
Gagah dan jernih tampak warnamu
Berkibarlah di langit yang biru
Bendera merah putih
Bendera bangsaku

Berdera merah putih
Pelambang brani dan suci
Siap selalu kami berbakti
Untuk bangsa dan ibu pertiwi
Berdera merah putih
Trimalah salamku

Masih ingat ya sobat dengan lirik lagu kebangsaan di atas?

Masih dong!

Dan pernah menjadi penyelamat untuk menyelesaikan pendidikan dasar, ya?

Tentunya!

"Nurhayati", begitu bu Sjariah memanggil namaku. Beliau meminta aku untuk maju ke depan kelas menyanyikan salah satu lagu kebangsaan. Untuk mengambil nilai mata pelajaran kesenian.

Nilai pamungkas untuk mengakhiri proses pembelajaran kelas 6 pada tingkat dasar.

Aku berdiri kemudian berjalan dengan sangat percaya diri ke depan kelas. Teman-temanku memberi semangat dengan tepuk tangan yang riuh.

Hufff...

Aku menarik nafas sebentar kemudian melepaskannya perlahan.

"Mau menyanyi lagu apa", tanya bu Sjariah.

Aku tertegun sebentar kemudian menyebutkan judul lagu yang akan aku nyanyikan. Dari semalam aku sudah mempersiapkan diri dan berlatih untuk menghadapi ujian hari ini.

"Bendera merah putih. Ciptaan Ibu Sud, Bu", jawabku yakin.

"Silakan nyanyikan", perintah Bu Sjariah.

"Baik. Saya akan menyanyikan sebuah lagu kebangsaan dengan judul 'Bendera Merah Putih", ucapku memulai penampilanku.

Semua yang ada di dalam kelas hening. Dan semua mata tertuju padaku. Kembali tepuk tangan terdengar riuh. Teman-temanku begitu antusias menghadapi ujian praktek hari ini.

"Bendeera meerah puutih. Bendeera taanah airkuu..."

Aku melantunkn suara terbaik yang aku punya. Bu Sjariah tak putus-putusnya menatapku. Begitu juga dengan tema-temanku. Mereka seperti larut dalam suasana.

Tidak sampai sepuluh menit aku selesai menyanyikan lagu kebangsaan itu. Aku membungkukkan badan sebagai ucapan terima kasih.

Tepuk tangan kembali bergemuruh di ikuti suara bahagia dari teman-temanku. Termasuk juga bu Sjariah.

"Bagus sekali suaramu", ucap bu Sjariah diikuti acungan jempol.

Aku senang sekali atas pujian yang diberikan guruku. Dan bisa menyelesaikan ujian kesenian sebagai penutup proses belajar mengajar pada sekolah tingkat dasar ini.

Jika dengan tersenyum bisa bahagia. Dan saling menghargai itu menumbuhkan rasa cinta. Mengapa harus berdebat dengan kata kata dusta?

Yuk berdamai!

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Sendok Ajaib Memberi

*Tugas (6/2)*

*Sendok Ajaib Memberi*
*By Noer*

Jika saling memberi lebih menguatkan. Dan menjalin silaturrahmi itu ibadah. Mengapa permusuhan selalu mengintai?

Tok
Tok
Tok

Suara kentongan si Kakek penjual es cendol begitu terdengar nyaring dari dalam rumah. Cuaca di luar juga sangat mendukung jika es cendol itu sampai di kerongkonganku.

Aku meraba saku celanaku. Terasa beberapa uang kertas. Jumlahnya tak begitu pasti. Kumasukkan tanganku ke dalam saku kemudian menarik uang yang ada di dalamnya.

Taraaa...

Beberapa Lembar uang kertas sepuluh ribuan dan uang lima ribuan yang sudah lusuh memperlihatkan senyumannya.

Alhamdulillah...

Aku berlari keluar sebelum si Kakek penjual es cendol lebih jauh lagi.

"Cendoool", sorakku memanggil tukang cendol.

Si Kakek memalingkan wajahnya ke arahku. Kemudian balik kanan bersama gerobaknya dan berjalan ke arahku.

"Emak mau cendol ngg?", tanyaku pada ibuku yang sedang ngobrol dengan teman majlis taklimnya. Juga bersama anak perempuannya.

"Yo", jawab Emak singkat sambil meneruskan obrolannya.

Aku memesan es cendol tiga bungkus. Kebetulan anak2 lagi sekolah dan suamiku lagi di bengkel memperbaiki mobil yang ringset kemaren siang. Tinggallah aku, emak, dan atuknya anak2.

"Laris, Kek", tanyaku pada kakek penjual cendol.

"Alhamdulillah, balambok-lambok, Nak", jawab si Kakek.

(Alhamdulillah, lumayan, Nak)

Setelah es cendol selesai dibungkus aku kembali masuk. Sebelum masuk ke rumah, teman mengobrol Emak buru-buru pergi. "Mungkin obrolan mereka telah selesai", pikirku dalam hati.

Emak masuk ke dalam rumah, begitu juga dengan aku. Aku masukkan cendol ke dalam tiga mangkok. Kemudian menaruhnya di meja tamu di mana Emak duduk.

Hsss...
Segarrr...

"Panggil ayahmu", perintah Emak padaku.

"Ayaah..." sorakku memanggil ayah ke belakang yang lagi asyik bermain dengan si Jago piaraannya.

"Ya bentar", terdengar ayah menyahut diselingi kokokan ayam piaraannya.

"Ngapain Tek Mina ke sini, Mak? Tanyaku pada Emak.

"Owh, dia nanyain apa ada kerjaan di ladang kita besok. Karena ia butuh uang untuk beli seragam anaknya".

"Kasihan dia Mak. Anak masih kecil-kecil, suaminya kawin lagi", rutukku.

"Ya, kasihan kita."

Saat membicarakan perihal Tek Mina. Dari dalam tampak ia kembali lewat di depan rumah bersama anaknya.

"Mampir dulu Tek", sorakku sambil menghampirinya ke depan pintu.

"Makasih", jawabnya sambil tersenyum.

"Kenapa langsung pergi tadi, Tek?"

"Dini minta beliin cendol. Sementata aku tak punya uang se sen pun", jawabnya.

Plakkk...

Kepalaku serasa terbentur ke dinding tembok. Aku terkesima mendengar jawaban Tek Mina.

"Duh, ngapain Etek ngg bilang tadi" jawabku merajuk.

Tunggu sebentar. Aku masuk ke dalam dan membagi es cendol ayah menjadi dua gelas kecil. Kemudian yang satu gelas kecil lagi aku berikan kepada Dini anak Tek Mina. Tak lupa aku sertakan sendok kecil yang biasa dipakai untuk mengaduk kopi. Agar si Bocah lebih gampang menikmati es cendolnya.

"Terima kasih, Bu", ucap anak kecil itu.

"Sama-sama, Nak. Silakan duduk di sini. Aku mengajaknya duduk di kursi yang ada di teras.

Sambil menunggu si Bocah menghabiskan es cendolnya, aku ngobrol perihal pekerjaan di ladang untuk esok hari. Kebetulan memang ada pekerjaan yang terbengkalai.

Melihat si Bocah lahap sekali menyeruput es cendol, air liurku ikut beraksi. Tampak dari raut muka bocah itu, bahwa ia pengen sekali minum es cendol. Apalagi cuaca juga sangat mendukung untuk menikmati yang dingin-dingin.

Setelah mereka pergi, aku membawa gelas bekas minuman cendol itu ke belakang untuk dicuci.

"Terima kasih telah menyertakan aku dalam peristiwa penting ini, Uni", tiba-tiba sendok mengucapkan terima kasih kepadaku.

Aku kaget dan terpana. Sambil menatap sendok itu lekat, dekat, dan berusaha untuk akrab.

Kenapa?

Karena antara aku dan si Sendok sudah lama menjalin hubungan. Walau tak begitu akrab tapi kami berdua saling membutuhkan.

"Ya kan, Sendok?"

Hmmm...

Tak semua permukaan itu selalu sama dengan isi. Namun kenapa masih saja cover lebih terlihat menggoda?

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Senin, 17 Juni 2019

Panci Mengagumkan Mengasihi

*Tugas (5/2)*

*Panci Mengagumkan Mengasihi*
*By Noer*

"Jamu jamu...", terdengar mba jamu menjajakan jamunya di luar.

Aku yang sedang bersih-bersih di dalam terpancing untuk keluar. Aku bergegas ke pintu depan sambi memanggil-manggil si Mbak jamu.

"Jamu, Mbak", sorakku dengan volume suara sedikit diperbesar.

"Yo", si Mbak menyahut dengan suara khas jawanya.

Si Mbak jamu masuk ke pekaranganku. Lalu menurunkan bakulnya di teras dekat aku berdiri.

"Minum apa pagi ini, Uni", sapa si Mbak.

"Yang biasa, Mbak" sambil aku duduk di teras memperhatikan si Mbak meramu jamu untukku.

Terlihat ia begitu cekatan sekali. Mulai dari mengambil gelas, menuangkan jamu yang berwarna kuning, beras kencur dan sedikit ditambah cairan berwarna kecoklatan.

Lalu ia menyerahkan segelas jamu yang masih hangat. Rasanya....?

Hfff...
Ajip...

"Berapa, Mbak?, tanyaku.

"Ya biasalah uni. Belum ada kenaikan harga"

"Ya mana tau Mba naikkan harganya saat tengah malam", candaku.

"Ya nggaklah Uni. Ntar pelangganku pada lari toh", jawabnya sambil tersenyum.

Aku ikut tersenyum melihat ekspresinya si Mbak. Dan kagum dengan kegigihannya dalam berusaha. Tak pernah mengenal lelah.

"Si Uda ngg minum jamu, Uni?", tanya si Mbak.

"Dah berangkat dari tadi Mbak".

"Owh"? Jawabannya singkat.

"Makasih ya, Uni. Aku lanjut jalan dulu".

'Sama-sama Mba. Semoga laris manis".

"Aamiin".

Aku kembali ke dalam rumah melanjutkan perkerjaan yang masih terbengkalai.

Pekerjaan emak-emak tak pernah habis-habisnya. Mulai dari bangun tidur sampai tidurnya lagi selalu saja ada pekerjaan yang menunggu. Kecuali saat sudah terlelap.

Zzzz
Zzzz

Ruang depan, ruang tengah selesai dibereskan. Lanjut bagian belakang. Dapur dan kamar mandi siap menanti.

Uukkkk...

Sendawaku mengusik ketenangan panci yang menggantung di dinding dapur.

"Kekenyangan, Uni?" Sapa panci.

"He. Iya, aku siap minum jamu", jawabku.

"Enak baunya, Uni" ucap panci sambil menutup hidungnya.

"Maaf", ucapku sambil menatap panci yang gayanya selangit.

Panci memperlihatkan ekspresi kurang nyaman dengan aroma sendawaku. Sepertinya ia merasa terganggu.

"Mengapa ia risih dengan aroma sendawaku" tanyaku dalam hati.

"Udah lama langganan jamu ya, Uni? Kembali panci bertanya.

"Iya, semenjak jadi ibu rumah tangga. Ya sekitar sepuluh tahunanlah".

"Lama juga ya, Uni".

"Lumayan. Kenapa kamu bertanya demikian?".

"Ngg. Kalau boleh usul, baiknya uni bikin sendiri aja tu jamu. Selain higienis cara buatnya juga gampang lo, Uni", ucap si Panci panjang lebar.

Aku tertegun mendengarkan usulan si Panci. Benar juga apa yang dikatakannya.

Jamu yang selalu saya beli sama mba jamu belum pasti terjamin kebersihannya. Karena aku tak melihat seperti apa proses pembuatannya.

Aku langsung teringat sebuah resep yang di share oleh temanku di IG. Rempah minuman alami. Kunyit dan jahe di geprek. Kemudian direbus. Setelah mendidih angkat. Saat masih hangat tambahkan perasan air jeruk nipis dan madu secukupnya. Jamu siap untuk diminum.

Khasiatnya?
Silakan tengok di IGku. Ntar aku add ya...!

"Gampangkan?", ucap gawaiku.

Hmmm...

Aku lihat di keranjang rempah2 masak semua bahan2 ada. Di kulkas juga ada madu tersisa setengah botol lagi.

"Alhamdulillah..."

"Terima kasih panci sudah mengjngatkan, Uni" ucapku pada panci.

"Sama2, Uni. Selamat mencoba", ucapnya memberi semangat.

Jika hidup sehat bisa dilakukan dari dini. Dan masakan sendiri membuat kita hemat. Mengapa harus boros sana sini.

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Hp Ikhlas Melupakan

*Tugas (4)*

*Hp Ikhlas Melupakan*
*By Noer*

Jika berbohong menjadikan munafik. Jujur pintunya surga. Lalu kenapa banyak yang melupakannya?

Ikhlas!
Satu kata yang memiliki makna dalam. Tak semua orang yang sanggup memikul kata itu. Walau bentuknya kecil, namun beratnya lebih berat dari dunia dan isinya. Hanya orang-orang yang imannya tinggi yang mampu memikul kata ikhlas tersebut.

Dalius nama anak itu. Baru berumur 4 tahun sudah bisa bermain sendiri. Bermain mobil-mobilan, bermain layang-layang, dan bermain bola. Bermain bola yang paling ia sukai.

Brakkk...

Dinding rumah yang berbahan dasar kayu itu tiap sebentar kena tendang. Namun si Bocah tak memedulikan. Yang penting bagi dia, bolanya bisa mantul.

"Aduh..." berkali-kali dinding megerang kesakitan. Namun tetap si Bocah tak peduli.

"Buyuuung, (nama panggilan si bocah) udah mainnya, ayo mandi", sorak ibunya suatu ketika.

"Ntar lagi, Bu. Aku lagi main", begitu biasanya jawaban ini bocah.

Ia akan selalu lupa waktu jika telah bertemu dengan benda bulat. Apalagi kalau bukan bola. Bukan donat ya...!

"Bulat-bulat bolong tenga e, namanya...?
Kue donaat" tentunya.

Tiba-tiba suatu hari si Buyung demam tinggi. Sudah berbagai pengobatan dilakukan, namun si Buyung tak jua memperlihatkan tanda-tanda akan sembuh.

Mujur tak dapat diraih. Malang tak dapat ditolak. Akhirnya si Buyung pulang ke pangkuan Ilahi Rabbi. Kembali bermain di taman surgaNya Allah.

Ibu mana yang kuat melepas kepergian anak tercinta untuk selama-lamanya. Kalau bukan bersarang sifat ikhlas dalam dirinya. Berat, namun karena level ikhlas yang dimilikinya, akhirnya ia mampu menerima takdir tuhan.

Air diminum rasa duri. Nasi dimakan rasa sekam. Itulah yang dirasakan si ibu sepeninggal si Buyung. Tak mudah memang. Setiap sudut bayangan si bocah selalu hadir. Semua mainan dan pakaian sangat begitu menghantui.

Hp apa lagi. Memori card dipenuhi foto sang bocah. Hingga si ibu tak mau jauh-jauh dari hp. Setiap melihat hp bayangan itu menyapa. Namun menyiksa dan menyakitkan.

Jauh di mata dekat di hati!

Brukkk!

Tiba-tiba terdengar suara sebuah benda jatuh. Si ibu buru-buru keluar kamar mencari tau. Rupanya hp yang ia letakkan di atas meja makan tadi sudah berserakan di lantai.

"Udaaa" pekik si Ibu pada suaminya.

Suaminya spontan masuk ke dalam rumah mendengar pekikan istrinya. Padahal ia sedang asyik memandikan si revonya. Motor hitam kesukaanya.

Sampai di dalam ia lihat istrinya menangis. Si Uda heran, kenapa istrinya menangis. Rupanya ia menangis karena hpnya jatuh dari atas meja.

Ia raih hp yang masih di pegang suaminya. Kemudian dicobanya memencet tombol on. Hp tak merespon sedikit pun. Ia coba beberapa kali, namun no respon.

"Ini pertanda, Dek. Kita harus mengikhlaskan kepergian Buyung", ucap suaminya lirih.

Tangisan si Ibu semakin keras. Berkat bujukan suaminya, akhirnya tangisan itu mereda. Air mata di pipinya berhenti mengalir bertepatan dengan azan dikumandangkan muazin dari mesjid terdekat.

Suami istri itu bergegas mengambil wuduk. Kemudian berjalan ke mesjid. Melaksanakan salat zuhur berjamaah. Dan tak lupa berdoa. Agar dikumpulkan lagi di surga bersama buah hatinya kelak.

Aamiin...

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Kertas Amazing Menginspirasi

*Tugas (3)*

*Kertas Amazing Menginspirasi*
*By Noer*

Saat kebaikan menghampiri dan godaan juga menyerang, mana yang harus kau prioritaskan?

Lalala...
Lililii...

Terdengar senandung si Kakak di kamarnya. Aku yang lagi asyik membaca novel mba Tundjungsark dengan judul _(jangan) jadikan Aku yang Kedua_ sedikit terusik. Sepertinya si Kakak lagi senang-senangnya tuh. Terdengar dari suaranya yang begitu riang.

"Lagi ngapain, Kak?, sapaku pada si Kakak.

"Lagi bikin surat untuk ayah, Buk", jawabnya sedikit bersorak.

Surat untuk ayah???
Jawaban si Kakak membuatku penasaran. Belum pernah aku melihat gadis kecil itu menulis sebuah surat. "Surat apa yang di tulisnya?", tanyaku dalam hati.

Senandungnya membuat aku terheran-heran. Bocah kecil umur 7 tahun menulis surat?

Penasaran ya?

Begitu juga dengàn aku. Aku malah lebih lagi.

"Ada amplop ngg, Buk?, tanya si Kakak menghampiriku.

"Untuk apa, Kak?"

"Untuk surat ayah"

"Coba liat, Ibuk. Surat apa yang Kakak tulis?"

"Ngg boleh. Rahasia", jawabnya ketus.

Plak...

Aku melongo melihat ekspresinya. Masih kecil sudah pandai pula rahasia-rahasia. Benar-benar anak jaman now. Zaman aku masih kecil mana ada seperti itu.

He
He

Aku ketawa sendiri melihat tingkah bocilku. Ia tumbuh sesuai dengan zamannya. Zaman milenial orang sebut.

"Assalamualaikum", terdengar ucapan salam dari luar. Tak asing lagi itu suara khasnya suamiku.

"Waalaikum salam. Kakak, ayah pulang tuh", sorakku pada si Kakak memberi tahu.

"Ayaaaah. Ada kado rahasia buat ayah", katanya menyambut kedatangan ayahnya. Sambil memegang sebuah surat yang dibungkus amplop putih di belakang.

Si Ayah terpana melihat tingkah polah gadis kecilnya. Ia tak menyangka bocilnya bisa membuatnya semakin jatuh cinta. Hilang sudah penat di badan pulang dari kerja.

"Ini untuk Ayah", ucap si Kakak sambil menyodorkan sebuah amplop putih ke tangan ayahnya. Si Ayah mengambil amplop itu dengan senyum simpul di sertai rasa deg degan. Seperti menerima surat dari sang kekasih aja.

Cie
Cie

"Yang lagi dapat surat cinta", godaku pada si Ayah.

Si ayah semakin mengembangkan senyumannya. Kemudian terhenyak duduk dikursi sambil membuka isi amplop.

Sementara si Kakak masih berdiri menunggu surat selesai dibaca oleh Ayahnya.

"Ayah terima kasih telah menjaga kakak sampai besar
 I love ayah", begitu isi suratnya yang dilengkapi dengan gambar love di ujung tulisan.

Si Ayah tak bisa berkata-kata lagi selain mendaratkan ciuman  ke pipi gadis kecilnya. Tak lupa ucapan terima kasih juga.

Entah dari mana ia belajar menulis kata-kata penuh cinta itu. Hingga aku juga ikut larut dalam suasana.

Sementara ia melonjak senang kegirangan. Yang ia tahu ia berhasil membuat kejutan pada ayahnya. Tanpa mengerti efek dari kalimat yang ia tulis dalam surat tersebut.

Jika kertas putih mampu menginspirasi. Dan kalimat memperdalam rasa cinta. Bagaimana dengan manusia yang sulit sekali menyentuh jiwa?

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Selimut Wonderful Mengasihi

*Tugas (2)*

*Selimut Wonderful Mengasihi*
*By Noer*

Jika berbagi membuatmu damai. Tersenyum sebagian dari sedekah. Mengapa permusuhan tetap mengintai?

Cuaca di luar sangat dingin. Apa lagi rintik-rintik hujan masih setia turun dari langit. Hingga menambah suasana kian mencekam.

Salat magrib telai usai ditunaikan. Sebagai tanda syukur atas kehidupan yang diberikan tuhan kepada umatnya. Sudah sepantasnya kita memuja dan memujiNya bermunajad kepadaNya.

Saatnya makan malam bersama. Inilah kebiasaan yang tak pernah pupus dari keluarga besarku. Apapun kondisinya kegiatan yang satu ini tak bisa lupa dari ingatan.

Karena selain berkumpul setelah seharin sibuk dengan kegiatan masing-masing, makan malam bersama merupakan ajang curhat bagi kami sekeluarga. Sehingga apapun kegiatan setiap anggota keluarga tetap bisa terpantau.

Malam ini, emakku membuat masakan yang daerah lain mungkin tak punya. Yaitu sambalado kambuik campur cangkuak dan jengkol. Tak lupa sayurnya anyang pucuk ubi.

Taraaa...

Melihat warna sambal yang merah menyala yang di dalamnya ada lauk kering dan jengkol goreng. Membuat nafsu meningkat seketika. Air liur langsung beraksi. Untung saja tak sampai muncrat keluar.

Meooong
Meooong

Si Pus langsung menyerang. Ia menggesek-gesekkan bulunya yang lembut bak sutra itu ke kakiku. Itu pertanda bahwa ia minta makanan.

Aku ambilkan nasi secukupnya dan tak lupa mencampurnya dengan sedikit lauk. Kemudian meletakkannya di atas piring khusus yang diperuntukkan untuk si Pus.

Baru kemudian aku kembali melanjutkan makan.

"Uni, sentuh aku dong", sapa gulai kuning di depanku.

"Upsss, ada gulai ikan rupanya" ucapku.

"Ya, cobalah diicip. Kasihan tak ada yang mau menyentuhnya", jawab Emak.

Padahal beliau juga tak ikut menyentuh. Sudah capek-capek masak gulai, tapi tak seorang pun yang berminat. Semua larut dengan keenakan samba lado kambuik.

Nyam
Nyam

Kebersamaan dan keharmonisan dalam rumah tangga membuat segalanya terasa nikmat. Walau hanya makan dengan menu seadanya tapi tetap nikmatnya terasa luar biasa.

Tak lama setelah makan, terdengar suara muazin mengumandangkan azan. Pertanda waktu salat isya telah masuk. Aku segera ke kamar mandi untuk mengambil wuduk.

"Adek nak pipis, Buk", terdengar suara si Dedek agak tergesa-gesa. Kubuka pintu kamar mandi dan mempersilakan si Dedek untuk masuk.

"Salat dulu baru tidur ya, Dek", pintaku pada anak lelakiku.

"Ya, Buk. Adek mau salat dengan Ayah", ucapnya sambil membasuh mukanya.

Aku merasa menjadi ibu paling beruntung saat ini. Karena anak-anak senang sekali di ajak beriibadah. Apalagi salat berjamaah paling semangat mereka.

Jam di dinding baru menunjukkan pukul 21.00 wib. Sementara mata sudah mulai meredup. Dengan memberi kode melalui menguap beberapa kali. Apa hubungannya mata dengan menguap ya?

Entah lah...

Silakan tanya sama mbah google yang baik hati dan *tak* suka menabung?

Saatnya untuk berselonjor di temani bantal dan selimut.

Aku rebahkan badan seketika. Rasanya nikmat sekali. Setelah seharian tubuh ini penat beraktivitas. Sudah sepantasnya ia diistirahatkan.

Kemudian aku menarik selimut ke atas. Tak lupa membaca doa.

_Bismika allahumma wabismika amuut", ucapku di selingi menguap.

Grrr...
Grrr...

"Kenapa dingin sekali?", ucapku lirih. Tak bisa satu selimut ini harus ditambah satu lagi. Aku kembali bangun dan mengeluarkan selimut berwarna kuning dan bermotif bintang dari sarangnya.

"Ayo selimut, temani aku tidur malam ini", ajakku pada selimut.

"Aasiaaap", jawab selimut dengan semangat.

Tak lama kemudian dunia semakin gelap tak ada satupun yang bisa kulihat dan ku dengar. Semuanya terasa sepi juga hening.

Zzz...
Zzz...

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Aku Bisa

*Resume Part 2*

*Aku Bisa*
*By Noer*

Jika menulis melegakan hati dan bercerita membuat hidupmu semakin berarti. Mengapa kau biarkan gawaimu diam membisu?

Gedubrak...

Baru saja menepi ke padepokan JeWe terdengar sebuah suara yang sangat keras. Aku terlonjak kaget. Kemudian mencoba mencari sumber suara.

Selidik punya selidik, rupanya mba @⁨Nursih Hariani⁩ melempar tugas terakhirnya dengan sekuat tenaga. Hingga daun pintu padepokan yang engselnya mulai berkarat mengeluarkan suara sangat berisik. Mengalahkan berisik suara petasan anak-anak saat merayakan malam takbiran yang baru saja berlalu.

Aku sempat terengah-engah dan memcoba mengatur nafas kembali. Aku hirup dan lepaskan perlahan-lahan.

Satu
Dua
..

"Assalamualaikum sahabatku
penulis laris yag bahagia dan dirindukan pembaca. Yuk, baca alfaatihah", suara Coach terdengar menggema.

Belum selesai mengatur nafas, rupanya Coach telah berada di depan kelas. Dan langsung memulai pembelajaran.

Teman2 gen JeWe45 belum beberapa orang yang datang. Kelas masih sepi, namun suasana lumayan heboh. Ada mba @⁨Jauharoh⁩ dan mba @⁨oomkomariyah9417⁩ yang sedari sudah nangkring depan kelas.

"Sambil menunggu yang lain, saya berikan bocoran kata sifat berenergi sangat tinggi", Coach menuliskan beberapa kata sifat di depan kelas.

wonderful
amazing
ihklas
mencintai
mengagumkan
ajaib.
mulia

luarbiasa
dahsyat
terhormat

"Aku tidak bisaaa", tiba2 mba @⁨oomkomariyah9417⁩ bersorak dari pojok kiri.

"Tidak bisa apa?", tanya Coach. Mungkin beliau khawatir muridnya ada yang keseleo. Tampak kernyitaan dahi Coach menentang sorakan mba oom.

Tok
Tok

Mas @⁨nopri_e⁩ mengetuk pintu sambil melongokkan kepalanya sedikit ke dalam. Tambak jambulnya memohon agar di perbolehkan masuk kelas.

"Masuk pak eko", celetukku.

Mas Eko masuk dengan volume kecepat langkah yang super sambil mengembangkan senyum terindahnya. Hingga memamerkan deretan gigi putihnya. Senyum pepsoden.

Di belakang mengikiti Celok @⁨dr. Darmanelly⁩  dan mba @⁨Nursih Hariani⁩.

Sambil memcari-cari posisi duduk yang enak, Celok melempar kata sifat energi tingginya dengan bahasa Padang.

"Rancak Bana termasuk ndak coach?"

"kurang", jawab Coach sambil menulis di papan tulis.

cemerlang
brilian
super

terhebat
bercahaya
sempurna
jenius

Aku tersenyum bangga melihat semangat Celokku yang satu ini. Ia begitu bangganya menggunakan kosa kata bahasa Padang setiap tugas. Seperti tugas pertemuan sebelumnya.

Mba Nursih tampak memprotes salah satu kata sifat dari Coacb. "Mencintai bukan kata kerja?🙏🙏🙏

"betul _CINTA_", jawab Coach.

Kelas semakin rame. Sibuk dengan tugasnya masing2. Tak ada yang mau diam duduk termangu.

Ruangan terasa sesak. Karena di penuhi kata kerja yang levelnya sudah tingkat tinggi. Berterbangan bak kupu2 mencari makan. Hinggap sana dan sini. Penuh warna warni.

"Coba pasangkan 17 kata berenergi tinggi tersebut dengan nama benda yang sering kamu pegang", suara Coach memecah keheningan.

Spontan kami yang masih asyik mengulik2 kata kerja menoleh ke arah Coach. Aku langsung bergerak tanpa mau membuang2 waktu sedikitpun.

Taraaa...

Melayanglah 17 benda yang ada di rumahku ke padepokan. Semuanya berebutan mau ikut. Aku kewalahan. Tak ada yang mau mengalah.

1. Selimut wonderful
2. Kèrtas amazing
3. Hp ikhlas
4. Panci mengagumkan
5. Sendok ajaib
6. Bendera ajaib
7. Setrikaan luar biasa
8. Mukena dahsyat
9. Hijab terhormat
10. Teko canggih
11. Asbak mutakhir
12. Kipas angin elegan
13. Tivi terprcaya
14. Handuk agunh
15. Sendal jenius
16. Kulkas super
17. Termos istimewa

"Bagaimana rasanya setelah menulis ini?" Melihat aku kewalahan Coach menyapaku.

"Semua benda yang ada dirumah berebutan mau ngomong Coach😁", jawabku sumringah.

"Ini hakikatnya. TAMBAHKAN KATA KERJA BERNERGI TINGGI SETELAH KATA SIFAT" perintah selanjutnya.

Aku aduk2 lagi bak mengaduk adonan rempeyek sampai kutemukan kata kerja berenergi tinggi.

Aku lepaskan engahku sebentar. Karena cukup menguras tenaga bolak balik dari padepokan ke rumah dan kembali lagi ke padepokan.

Hufff...

"Selimut wonderful menikung, bisa seperti ini Coach?"

"ga. ayoo cari lagi", jawab Coach spontan.

Kembali aku duduk dengan tenang. "Sepertinya tak bisa buru2 nih", ucapku lirih. Namun semangatku tak bisa dibohongi. Ia tak mau ketinggalan. Maunya  mengerjakan tugasnya sekarang. Maka mau tak mau aku harus mengikutinya. Takut ia ngambek!

Ok
Ok

Memelintir
Memeras
Memeras

Membunuh
Mencekik
Menyamun
Menjambret

"Dirangkai uni", sorak uni @⁨Maria Ulfa⁩ dari belakang.

"Iya uni. Ini lagi mengorek2 kata kerja berenergi tinggi nih", ucapku berbisik.

Melihat para muridnya agak kewalahan, Coach menulis beberapa contoh di papan tulis.

memaafkan
mencintai
menyelamatkan

"Kata kerja berenergi tinggi itu ciri2nya gimana coach?" Tanya mas @⁨nopri_e⁩

"lihat contohku, lalu resapi dan carilah yg selaras dg itu", jawab Coach. Beliau tak mau memberikan dengan cuma2. Mendorong para muridnya agar lebih kreatif.

Tung
Tang

Uni Maria melemparkan tugasnya dengan sekuat tenaga. Hingga membuat Celokku kaget. "Saya contek punya bu @⁨Maria Ulfa⁩  lagi nanti", ucap Celok.

"Coba dibuat dengan sukarela, anda kan merasakan sensasi yg beda dibanding dg menunda dan menyontek" Coach memprotes cara kerja Celok.

Prang ...

1. Selimut wonderful mengasihi
2. Kèrtas amazing menginspirasi
3. Hp ikhlas melupakan
4. Panci mengagumkan mengasihi
5. Sendok ajaib memberi
6. Bendera ajaib mendamaikan
7. Setrikaan luar biasa memahami
8. Mukena dahsyat merestui
9. Hijab terhormat meneladani
10. Teko canggih memginspirasi
11. Asbak mutakhir mendermakan
12. Kipas angin elegan mewakafkan
13. Tivi terpercaya mengayomi
14. Handuk agung membela
15. Sendal jenius memedulikan
16. Kulkas super melegakan
17. Termos istimewa menyehatkan

Aku juga tak mau kalah. Semakin dicoba semakin ketagihan. Ahay... aku bahagia.

"selanjutnya, AMBIL NOMOR 9 JADIKAN JUDUL. Jabarkan dalam 3 paragraf atau lbh. upload di fb", perintah Coach.

Tiba-tiba kelas hening seketika. Mulai satu2 melipir ke pojok2 kelas. Ada yang keluar mencari angin sepoi-sepoi.

Kupanjat ke atas dan menarik nomor 9 ke wall fb. "Hijab Terhormat Meneladani".

Hmmm...

Aku melonjak kegirangan. Hijab merahku siap menemani.

"Makasih telah memilihku, Uni", ucap hijab merahku. Tampak mimik kegembiraan di wajahnya.

"Ayo percepat langkah. Coach menunggu kita di padepokan", perintahku.

"Percaya kalo bunda mah, 17 judul ini bisa selesai dalam 3 hari hehe... Kok bisa ya ngalir gitu 😁" terdengar mas eko meledekku.

"ucapkan bisa ,maka kamupun akan bisa", Coach memberikan semangat tak henti2nya" Coach menyuntikkan semangat yang menggebu2.

"Makasih Coach", ucapku dalam hati.

Prottt

Mba @⁨Jauharoh⁩ melemparkan tugas perdananya. "Rice Cooker Dahsyat Menikmatkan.

Tiba2 perutku keroncongan. Rasa lapar menyerang seketika.  Untung sisa kue lebaran masih ada. Terselamatkan dah perutku.

Prang...

Aku kembali melempar tugas pertamaku. Rasanya luar biasa. Aku bekerja sambil tersenyum.

"sensasi apa yang kau rasakan?",

"Aku ketawa sendiri menulisnya Coach. Sungguh bahagia😂", jawabku dengan semangat.

"Nah, itulah esensi writing is healing".

"Semoga JeWe benar2 menjadi penyembuh dalam segala penyakit. Terutama penyakit malas yang masih betah bersarang dalam diriku." Aku menyelipkan sebuah doa dan harapan.

Sesi tanya jawab langsung dibuka. "Saya masih meraba2 opening dan closing sebuah cerita Coach. Bagaimana yang sesungguhnya Coach?"

Coach menjawab dengam sebuah gambar laba2. Gambar yang tak asing lagi bagi gen JeWe. Apalagi warnanya yang selalu menghipnotis siapa saja yang menatapnya.

Opening Wow
1. Premis atau asumsi dasar
2. Ideal 3 kalimat
3. Membuat penasaran
4. Gunakan analogi atau pertanyaan
5. Ada percikan konflik
6. Imajinatif
7. Jangan mendayu dan bertele.

Aku perhatikan lekat2 gambar itu. Namun baru pada nomor satu mataku tertegun. Aku menemukan keraguan. Namun Coach segera memberikan penjelasan. Seiring contoh tulisan Uni Maria muncul. Membuat aku semakin percaya diri.

Hap...

Tiba2 Uni Maria menarik tulisannya secepat kilat. Padahal sudah ada respon dari Coach. Rupanya Uni Mari menayangkan tugas yang belum rampung dan selesai.

He
He

Yang lain juga melemparkan beberapa pertanyaan yang super2. Banyak hal baru yang aku dapatkan di kelas ini. Karena murid2nya sangat aktif dalam bertanya.

"Bukankah kunci ilmu itu adalah bertanya." Begitu kata Coach suatu ketika.

"Jawab dg jujur pertanyaan saya. Setelah anda berhasil merangkai 3 kata berenergi tinggi,  apa yg kamu rasakan?"

"Ya itu tadi Coach. Menulis tanpa beban dan tentunya merasa bahagia. Karena yang ditulis sesuatu yang sangat lekat dekat dan akrab dengan kita, Coach.", jawabku spontan. Coach memgapresiasi dengan sangat super.

"tulisan yg berani memgeksplorasi apa yg lekat dekat dan akrab akan memunculkan keunikan, kebaruan dan penasaran pembaca", begitu Coach menambahkan.

"Setelah praktik LDA efek apa yang kamu rasakan?"

"Efeknya enjoy dalam menulis. Tak sedikitpun dahi berkerut dalam merangkai kata. Tiba2 mengalir dengan deras." Aku sangat lega dan sekali lagi tentunya bahagia.

"Okey sahabatku, kita cukupkan sekian malam ini", Coach langsung menutup kelas.

Hah? Aku melongo. Rasanya baru di mulai kenapa udah selesai aja?", rutukku.

Inilah asyiknya belajar di Padepokan JeWe. Waktu terasa begitu cepat berlalu.

Jika waktu itu adalah uang. Dan kesempatan tak datang dua kali. Mengapa kau tak segera untuk menghampiri?

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Hijab Terhormat Meneladani

*Tugas (1) Pertemuan 2*

*Hijab Terhormat Meneladani*
*By Noer*

Hai hai...

Baru saja Coach menyapa dengan salam,  semua gen JeWe 45 tampak sangat bersemangat.

Ada apa gerangan? Apa kecipratan semangat Kopdar siang tadi? Entahlah. Yang jelas semangatku sangat menggebu-nggebu bak asap knalpot motor   saat pendakian sitinjau laut. Mengepul habisss.

Set...

Hijabku tiba-tiba meliuk dikibas angin. Dengan secepat kilat aku menangkap juntaian hijab di dadaku.

"Pegang aku erat-erat, Uni", sorak hijab tiba-tiba.

Aku heran, "kenapa tiba-tiba hijabku bergerak tak karuan", dalam hatiku.

Rupanya di belakangku ada kipas angin yang kecepatannya full. Untung hijabku cepat memberi tahuku. Kalau ngg bisa copot nih hijab dari kepala.

Aku bangga pada hijab yang aku kenakan. Walau harganya tidak seberapa tapi dia menjadi terhormat di mata orang-orang. Letaknya yang tinggi di atas menjadikan ia sebagai sesuatu yang dapat diteladani.

Tak perlu tempatnya di màna atau harga yang mahal. Tetapi ia selalu terhormat. Dan menjadi teladan bagi siapa saja yang mengenakannya.

Tidak hanya sebagai pelengkap pakaian. Hijab juga dapat mengelakkan kita dari marabahaya misalnya. Baik marabahaya dunia yang terpenting marabahaya akhirat.

Sudah sepantasnya sebagai kaum muslimah untuk selalu mengenakan hijab dalam keseharian. Selain diri terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan juga terhindar dari dosa.

Jadilah muslimah yang terhormat dan juga sebagai suri tauladan dalam berpenampilan. Tidakkah malu dengan pocong yang berkeliaran di kuburan? Pocong saja malu buka aurat. Apalagi kita yang belum menjadi pocong.

Hik...

#JeWe45
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Gayung Penyayang

*Tugas (9)*

*Gayung Penyayang*
*By Noer*

Jika kebaikan membuat hidupmu merasa tenang. Mengapa tak segera melakukannya.

Matahari siang begitu terik. Tak seorang pun anak-anak yang berani bermain di luar rumah. Mereka lebih senang bermain di teras. Selain teduh juga ada hembusan angin sepoi-sepoi.

Aduhai...
Ademnya!

Karena begitu panas rasa haus seketika menyerang. Aku langsung teringat dengan kulkas. Aku hampiri dan menarik gagangnya.

Taraaa...

Kulkas terbuka. Di pintu dalam ada sebotol sirup marjan rasa melon, semangka, apel. Juga ada air kelapa sisa kemaren.

Di meja tampak ada bengkoang dan anggur. Ideku muncul untuk membuat sesuatu untuk sekedar pelepas dahaga siang ini.

Ku ambil semua buah dan memotongnya menjadi berbentuk dadu. Kemudian menaruhnya pada teko kaca. Kemudian memasukkan air kelapa dan menambahkan sirup marjan secukupnya. Tak lupa menambahkan batu es agar lebih segar.

Taraaa...

Jadilah es buah segar dadakan ala  emak-emak.

"Kakak, Adek sini. Coba liat Ibuk bikin apa", sorakku pada anak-anak.

"Ibu buat apa?, tanya si Dedek sambil berlarian yang diikuti si Kakak di belakang.

Melihat ada es buah mereka langsung bersorak kegirangan.

"Adek duluan".

"Kakak duluan"

Suara mereka seketika mengusik ketenangan cecak di dinding.

Krok
Krok

Cicak menatap dengan sedikit melotot. Matanya penuh selidik memperhatikan anak-anak saling berebut untuk mendapatkan es buah buatanku.

Sabarrr...

Anak sholeh tak boleh berebut. Aku berusaha membuat mereka tenang. Padahal sesungguhnya aku takut gelas yang mereka pegang akan jatuh menjadi pecah belah.

Hik
Hik

Karena itu gelas merupakan gelas tujuh turunan dari kakek buyut. Untung saja nenek lagi tak di rumah. Kalau nenek tau beliau akan ngomel-ngomel setengah hari.

Nenek gitu...

Aku ambil kedua gelas itu sekaligus. Agar mereka tak ada yang merasa dinomor duakan. Walaupun pada akhirnya gelas itu tetapku isi satu persatu.

Saat es buah itu sampai di mulut mereka aku merasa sangat bahagia. Nampak wajah-wajah puas di mimik muka mereka.

"Hmmm uenak, Buk", puji si Kakak.

"Es buahnya enak, Bu", tambah si Adek.

Melihat anak-anak senang, ibu mana yang tak bahagia. Apapun akan dilakukan. Sekali pun akan mengorbankan nyawanya.

Kasih ibu sepanjang masa...

Matahari mulai condong. Saatnya anak-anak tidur siang. Mereka terbiasa tidur siang. Bukan keharusan cuma sudah merupakan kebiasaan. Karena menurut kesehatan anak-anak lebih baik tidur siang untuk menunjang pertumbuhannya.

Tanpa dikomando mereka langsung minta tidur. Tak lupa cuci tangan dan kaki. Kemudian langsung merebahkan diri di ruang tengah.

Setelah dipastikan bocah terlelap, aku berjalan ke belakang. Ada setumpuk kain kotor sisa cucian pagi tadi yang harus diselesaikan. Karena jemuran penuh terpaksa mencucinya bertahap. Maklum siap lebaran cucian lebih banyak daripada hari biasanya.

Tolooong
Tolooong

Terdengar suara minta tolong sayup-sayup sampai. Aku mencari sumber suara itj. Rupanya seekor semut menggapai-gapai minta tolong. Bak penampungan air lumayan besar. Ini ditujukan untuk penghematan. Agar saat hujan bisa menampung lebih banyak air.

Aku bingung. Bagaimana cara menolong si Semut. Dengan tangan serasa takkan sampai di raih.

"Aku bisa bantu, Uni", tiba-tiba terdengar sebuah suara menawarkan bantuan.

Aku celingak celinguk mencari sumber suara. Rupanya gayung berwarna ping dengan bentuk love menawarkan bantuan padaku.

"Kamu rupanya, Gayung", sapaku.

"Iya, Uni. Ayo cepat bantu si Semut. Sepertinya dia sudah kehabisan tenaga", seru gayung yang tak sabaran lagi ingin menyelamatkan si Semut.

Aku raih si Semut dengan bantuan gayung. Sekali dua kali. Baru gapaian ketiga si semut bisa aku selamatkan.

Dari dalam gayung, aku ambil si semut dengan jari. Si Semut terlihat letih sekali. Entah sudah berapa lama ia mengapung di bak penampungan.

Aku taruh semut di atas daun bunga bugenvil yang ada dalam pot. Kebetulan matahari sore masih setia menampakkan sinarnya.

Tampak si Semut mulai menggeliat. Ia mengibas-ngibaskan air di badannya.

"Terima kasih, Uni", ucap semut kepadaku.

"Bukan aku yang menolongmu. Ucapkanlah terima kasih pada Gayung", pintaku.

Semut tertegun. Ia tak menyangka Gayung akan menyelamatkan ia dari maut. Matanya tampak berkaca-kaca.

Dengan suara lirih, ia mengucapkan rasa terima kasih yang sangat dalam kepada Gayung. Gayung menyambut semut dengan hangat dan penuh keakraban.

"Terima kasih, Gayung. Kau telah menyelamatkan aku. Tak terbayangkan olehku jika kau tak segera menyelamatkanku", ucap semut kepada Gayung.

"Sama-sama semut. Bukankah sebagai makhluk di bumi sudah seharusnya kita saling tolong menolong", kata Gayung dengan senang.

Aku merasa tersentil melihat persahabatan mereka. Akhirnya aku mendapatkan sebuah pembelajaran berharga dari kelas yang berbeda. Namun mereka tak menampakkan perbedaan dalam hal saling bantu diantara mereka.

Gayung saja bisa menyelamatkan sebuah nyawa. Apalagi kita makhluk yang berakal. Tidakkah kita malu pada kantong kresek yang diterbangkan angin?

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Botol Rajin

*Tugas (8)*

*Botol Rajin*
*By Noer*

Sedikit demi sedikit. Lama-lama menjadi bukit.

_"Bismillahirrahmaanirrahiiim"_ ucapku sambil memasukkan tiga buah koin seribuan pada sebuah botol aqua.

Aku punya sebuah niat mulia untuk membeli beberapa buah Alquran untuk diletakkan di mesjid. Berharap dapat cipratan pahala dari orang yang membaca Alquran tersebut.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallambersabda:

سبعٌ يجري للعبدِ أجرُهن من بعد موته، وهو في قبره: مَن علم  علمًا، أو كرى نهرًا، أو حفر بئرًا، أو غرس نخلًا، أو بنى مسجدًا،  أو ورَّث مصحفًا، أو ترك ولدًا يستغفرُ له بعد موته

_"Ada tujuh orang yang pahalanya tetap mengalir baginya baik saat ia masih hidup atau pun setelah ia mati dan sudah berada di dalam kubur: (1) orang yang mengajarkan ilmu, (2) yang mengalirkan saluran air, (3) yang menggalikan sumur, (4) yang menanam kurma, (5) yang membangun masjid, (6) yang mewariskan mushaf Al Qur’an, (7) yang meninggalkan seorang anak shalih yang senantiasa memohonkan ampun baginya”_ (HR. Al Bazzar, Abu Nu’aim, dan Al Baihaqi).

Berdasarkan hadis di atas sedekah Alquran merupakan salah satu amalan yang tidak akan putus2nya. Apalagi yang akan bisa diharapkan di akhirat kelak kalau bukan amalan jariyah.

Cling
Clang
Clang

Sebuah koin terpelanting dari dalam saku celana si Uda saat akan kumasukkan ke dalam mesin cuci. "Alhamdulillah, ada tambahannya", ucapku.

Aku langsung memungut dari bawah mesin cuci. Karena koin sempat menggelinding beberapa kali.

Proooot...

Ups, maaf sobat. Baru saja aku jongkok si Kentut ikut keluar. Tapi tak apalah buang angin itu menyehatkan.

Bagi siapa? Bagi aku dong. Kalau bagi sobat tentunya racun. Untung sobat tak didekatku. Kalau iya... rontok dah bulu hidung.

He
He

Sejauh mata memandang,  selain koin juga mainan mobilan si Dedek ikut ditemukan. Mainan mobil berwarna kuning kesukaannya.

"Adeeek", sorakku kepada anak lelakiku.

"Iya, Adek main, Buk", jawabnya dari ruang tengah.

"Ini mobil Adek yang hilang kemaren".

Mendengar mainannya ditemukan, ia berlari secepat kilat ke arahku. Tampak wajahnya begitu senang.

Itulah anak2. Baginya bahagia itu cukup sederhana. Hanya dengan sebuah mainan saja sudah membuatnya senang tak terhingga.

"Terima kasih, Ibuk. Adek saaayang Ibuk", tak lupa dengan gaya khasnya.

Aku perhatikan sudah lebih separo botol aqua terisi koin. Dan tinggal menghitung hari bulan puasa akan tiba.

"Uda, kita bongkar celengan yuk", pintaku pada sang suami.

"Bongkar celengan. Untuk apa buk? Apa uang belanja yang Uda berikan kemaren tak cukup?" Tanya si Uda penuh selidik.

"Ngg cukup, Uda. Ngg cukup untuk 3 bulan", jawabku bercanda.

"Maksud Ibuk?" Si Uda semakin penasaran.

Aku menjelaskan tentang celengan koin yang kuniatkan untuk membeli beberapa buah Alquran. Suamiku sangat mendukung niat baikku itu.

Krrrk
Krrrk

Botol aqua dipotong si Uda. Keluarlah ratusan koin seribuan yang kukumpulkan setahun ini. Aku, si Uda dan kedua bocahku ikut menghitung koin.

Satu
Dua
Tiga
Dst...

Akhirnya terkumpullah uang koin sebanyak Rp 536.700. "Alhamdulillah", ucapku spontan.

"Terima kasih botol. Kau sangat rajin. Hingga aku bisa mewujudkan niatku untuk membeli beberapa Alquran", ucapku pada botol aqua.

"Sama-sama, Uni. Aku sangat beruntung sekali bisa membantu. Walau badanku sekarang tak utuh lagi", ucapnya lirih.

"Maaf. Kami terpaksa memotongmu. Jika tak dipotong membutuhkan waktu lama mengeluarkanmu".

"Ok, Uni, tak apa2. Asalkan uni senang, aku rela dipotog2 deh", botol aqua mencoba merayuku.

Alhamdulillah, dengan ditambah sedikit dari uang belanja bulanan, beberapa buah Alquran bisa kubawa pulang dari toko. Kemudian kuserahkan kepada petugas masjid terdekat.

Botol aqua saja bisa mewujudkan impian. Apalagi kita makhluk sempurna. Lalu, apa yang ingin kau sampaikan pada semangatmu?

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Sajadah Indah

*Tugas (7)*

*Sajadah Indah*
*By Noer*

_Sajadah Panjang_
_Bimbo_

_Ada sajadah panjang terbentang_
_Dari kaki buaian_
_Sampai ke tepi kuburan hamba_
_Kuburan hamba bila mati_

_Ada sajadah panjang terbentang_
_Hamba tunduk dan sujud_
_Di atas sajadah yang panjang ini_
_Diselingi sekedar interupsi_

_Mencari rezeki mencari ilmu_
_Mengukur jalanan seharian_
_Begitu terdengar suara azan_
_Kembali…_

Lagu Bimbo yang diperdengarkan radio Jam Gadang Bukittinggi mengalun mengalun dengan sahdu. Semburat merah jingga menggantung di ufuk barat. Burung-burung mulai berduyun2 pulang ke sarangnya.

Pertanda maghrib segera tiba. Aku menutup semua jendela dan menyalakan lampu di setiap ruangan. Di jalan orang2 bergegas berjalan agar sampai di rumah lebih cepat.

"Matikan radionya, Kak. Bentar lagi azan", perintahku pada anak perempuanku.

"Ya, Buk", jawab si Kakak.

Aku mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah di mesjid terdekat. Sebelumnya si Kakak sudah duluan mengambil wuduk. Kemudian diikuti si Dedek.

 Wajah anak2ku sangat sumringah sekali jika diajak sholat berjamaah. Mereka begitu bersemangat. Terutama si Dedek, paling senang saat mengucapkan aamiin dalam salat. Suaranya lantang sekali.

Setelah selesai wuduk, aku, suami dan anak2 berjalan menuju masjid. Karena azan sudah mulai dikumandangkan oleh muazin.

_Allahu akbar allahu akbar_

Suara azan begitu indah di dengar. Menentramkan jiwa yang galau. Dan menyejukkan jiwa yang kering kerontang.

Tiba di mesjid azan selesai dikumandangkan. Terdengar iqamah dilantunkan. Beberapa jamaah sudah ada yang duluan sampai di masjid.

Aku membentangkan sajadah berwarna ping. Sajadah bukan sembarangan sajadah, tetapi pemberian suami tercinta sebagai mahar perkawinan puluhan tahun silam.

"... seperangkat alat salat tunai", begitu penggalan kalimat yang terucap.

Kalimat bukan sembarang kalimat. Kalimat pertanda telah dimulainya sebuah perjalanan bahtera rumah tangga.

Sajadah ini pula yang menjadi saksi bagaimana perjuangan keluarga kecilku mengarungi kehidupan. Baik suka maupun duka, aku selalu menjadikan ia saksi dalam doaku.

"Ayo imam sudah takbir", sapa sajadah.

Aku kaget bukan main. "Kenapa ia bisa bicara?" Tanyaku dalam hati.

Namun karena imam telah takbir kubuang jauh2 pikiran aneh itu. Aku langsung takbir dan mengikut imam sampai selesai.

Selesai berdoa kututup dengan salat sunat dua rakaat. Di akhir rakaat kupanjangkan sujudku. Kuserahkan hidup dan matiku hanya padaNya. Agar tegar dalam menjalani kehidupan yang tak siapapun bisa menerka.

Kutenggelamkan kesombongan yang ada dalam diri. Memohon dengan kerendahan hati. Kupasrahkan semua yang terjadi. Menundukkan kepala dan mensujudkan dahi. Kutengadahkan tangan menebarkan jari. Kuserahkan sepenuh hati keharibaan Ilahi Rabbi.

Sehebat2nya manusia kelak akan lemah jua. Maka sujudlah agar kesombongan diri luluh bersamanya!

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Tas Gagah

*Tugas (6)*

*Tas Gagah*
*By Noer*

Jika menulis membuat kau bahagia. Mengapa kertas putih kau biarkan menunggu lama?

Hujan masih saja awet dari pagi hingga siang ini. Dari kursi satu ke kursi berikutnya aku berpindah duduk. Sisa2 kue lebaran sudah ludes beberapa toples. Namun hujan tak jua kunjung reda.

"Ngg bosan apa dari tadi ngunyah terus?"  Sapa sumaiku. Suamiku yang sedang  asik  mengutak atik joran perlengkapan mancingnya tiba2 menyapaku.

"Hujannya makin awet aja, Bang. Ngg tau apa kalau aku mau keluar", jawabku sambil mengunyah rempeyek buatanku.

"Jalan di sela2nya aja biar ngg basah. Paling kuyup", ucap suamiku tanpa menoleh.

"Serius nih", jawabku singkat.

Tak lama kemudian hujan mulai reda. Tampak tak ada lagi rintik hujan yang turun. Matahari sudah menampakkan wajah cerianya. Aku langsung bergerak keluar.

Suamiku tersenyum simpul. Akhirnya telinganya lega dari gigitan rempeyek yang sedikit menggangu pendengarannya.

Baru saja melangkah beberapa langkah. Terdengar suara langkah dari belakang.

"Adek ikut, Buuu",  suara si Dedek menghentikan  langkahku.

Ia berlari keluar lengkap dengan tas punggungnya.

"Eizzz gagahnya tas Adek", puji si Ayah pada anak lelakinya.

"Bukan tas Yah, adek yang gagah", protesnya.

Si ayah terperangah. Anak sekecil itu sudah bisa membedakan pemakaian sebuah kata.

"Maaf, anak ayah paling gagah sedunia. Siapa dulu ayahnya, Hendraaa", si Ayah memuji dirinya sendiri.

Tas berwarna biru langit itu adalah tas kesayangan si Dedek. Hadiah kejutan dari ayahnya. Karena bisa belajar puasa selama satu bulan. Tanpa bolong sehari pun. Sehingga si Ayah memberikan kado rahasia.

Bukan karena diiming2i hadiah. Ini benar2 sebagai apresiasi si ayah terhadap prestasi anak lelakinya. Baru berumur tujuh tahun namun semangatnya sangat luar biasa sekali dalam beribadah.

Berharap semoga menjadi anak yang sholeh. Yang akan menjadi amal jariyah kelak jika kami orang tuanya telah meninggalkan dunia ini. Doa dari anak yang sholehlah salah satu amal yang akan selalu mengalir di setiap sujudnya. Semoga!

"Wowww, gagahnya pangeran Ibu. Mau kemana pangeran siang ini?, godaku pada anak lelakiku.

"Adek nak ikut, Ibu", jawabnya polos.

Ia paling hafal pakaian ibunya. Jika aku pake baju dinas tak pernah rewel minta ikut. Tapi jika pake baju pergi ia langsung spontan merengek untuk ikut.

 Bangga dengan anak2 yang paham dengan pekerjaan orang tuanya. Bersyukur dikaruniai keluarga yang harmonis.

"Pamit dulu sama ayah", pintaku kepada si Dedek.

Ia beranjak ke dalam dan salam sama si Ayah. Sambil tak lupa tos dulu.

"Dadaaa, Yaaah", soraknya sambil berlarian keluar kembali.

Sesibuk apapun pekerjaan di luar jangan lupa kehangatan keluarga. Karena keluarga adalah tempat ternyaman untuk kembali.

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#Menulisitusedekah
#virusbahagia

Pena Mantul

*Tugas (5)*

*Pena Mantul*
*By Noer*

_Menulis itu tidak hanya sekedar merangkai kata dan kalimat agar lezat, indah dan memikat._

_Lebih dari itu, menulis adalah tentang mental, mindset dan visi._
_*By Lutfi CoachWriter Artis*_

Nah, sudah semakin jelaskan sobat. Ternyata menulis itu tujuannya jauh dari apa yang sekedar ada dalam pikiran kita.

Menulis mampu membentuk mental atau watak penulis. Dengan menulis kerangka berpikir akan terbentuk. Dengan menulis seseorang akan memiliki tujuan hidup yang terarah.

Masih ragu untuk menulis? Tanya pada diri sendiri. Apa maunya?

Kring
Kring
Kring

Suara dering hp menyentakkan konsentrasiku.

"Hallo, Assalamualaikum, dengan siapa ini?, tanyaku pada sebuah suara si seberang sana.

"Waalaikum salam,  iko Tek Nun dari Kedai Imoet2, Uni. Pesan rempeyeknya 25 bungkus, ntar sore di jemput ya".

"Ok Tek Nun. Saya persiapkan".

Maaf sobat. Menulis sambil jualan rempeyek. Maklum siap lebaran pesanan rempeyek sedikit meningkat. Karena para perantau akan balik dan tak lupa juga bawa oleh2.

Ada rempeyek udang, rempeyek maco, dan rempeyek kacang. Ada yang minat? Silakan berkabar!

Kembali ke Pe Na!

_"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."_
_*Pramoedya Ananta Toer*_

Semakin dipahami, menulis itu semakin penting. Seperti yang disampaikan Pramoedya di atas. Jika tidak menulis kita akan hilang di telan peradaban. Lantas apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita?

Harta warisan?

Tidakkah sobat membaca imformasi dan menonton berita. Bahwa banyak saudara2 kita yang saling bunuh ulah harta. Dan itu akan menyengsarakan. Baik itu pemilik atau pun si penerima harta itu sendiri.

Kecuali harta yang di sedekahkan di jalan Allah. Sebaiknya harta itu dibawa mati. Serahkan kepada anak yatim dan fakir miskin agar dibantunya membawakan. Di akhirat kita terima.

_“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”._
_*Imam Al-Ghazali*_

"Pagi anak2", sapaku pada murid2.

"Pagi, Buuu", mereka menjawab dengan serempak.

"Siapa yang anak raja?, tanyaku dari depan kelas.

"Ibram, Bu", sorak Dion dari sudut kiri.

"Raja makan kaleeee", sorak yan lain.

Aku tersenyum melihat anak2 didikku bersemangat. Tampak wajah2 ceria di pagi ini. Wajah pemimpin masa depan.

"Siapa yang anak ulama besar?, semua siswa saling pandang. Tak ada satu pun yang tunjuk tangan.

Tak ada yang bisa dibanggakan dari diri kita sobat. Anak pejabat bukan, apalagi anak ulama besar. Lantas mengapa tak jua bergerak untuk memainkan penamu.

Lakukan sekarang. Biar ide2 brilian memantul dari penamu. Segera bergabung dengan gen JeWe. Agar mindsetmu semakin bernilai positif.

“Menulis merangsang pemikiran, jadi saat anda tidak bisa memikirkan sesuatu untuk di tulis, tetaplah mencoba untuk menulis”.
_*Barbara*_

Mari kita mulai dari sekarang. Dengan pola LDA semuanya bisa menjadi tulisan. Tinta penamu akan memantul ke seluruh jagad raya.

Tidakkah tergelitik keinginanmu melihat beberapa gen JeWe yang telah memiliki buku. Yang namanya terukir tinta emas di cover yang cantik.

Aku ikhlaskan diri ini menjadi seorang penulis. Dengan izinNya insyaallah menjadi penulis yang selalu dirindukan pembaca.

_"Ketika seorang penulis hanya menunggu, maka sebenarnya ia belum menjadi dirinya sendiri”_
_*Stephen King (Penulis Amerika)*_

Ayo bangkit sobat. Apa lagi yang kau tunggu. Tidakkah kau mau menjadi dirimu sendiri?

Tidaklah manusia mengenal Allah dan penciptanya sebelum ia mengenal dirinya sendiri.

“Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri”.
_*J.K. Rowling (Novelis)*_

Kata, *Kuntowijoyo ( Penyair )*
_“Syarat untuk menjadi penulis ada tiga, yaitu: menulis, menulis, menulis”_

Mudahkan sobat?
Mari mainkan penanya!

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Baju Ciamik

*Tugas 4*

*Baju Ciamik*
*By Noer*

Jika harta membawa sengsara. Sementara sedekah menuntun ke surga. Mana yang akan dipilih?

Pernah melakukan korupsi uang di kantor? Melakukan praktek riba? Menipu dalam berbisnis? Mengurangi takaran dan timbangan dalam jual beli? Mengambil barang orang lain? Menjalankan praktek pungli? Sogok menyogok?

Aku yakin 💯 persen tak ada sobat yang mau melakukannya.

Tapi ada satu hal yang barangkali kita abaikan, padahal itu termasuk salah satu perkara yang nanti hisabnya sangat berat.

Apakah itu?

Tik
Tik
Tik

Nungguin ya? Sabar... ini mah kerjaannya emak2. Dari zaman old sampai zaman now tak bisa dielakkan.

Menumpuk atau Koleksi barang2.

Misalnya, Mukena, baju, celana, yang terus dan terus dibeli. Namun tak  pernah dipakai.

Aduhhh... kesentil gua!

Belum lagi simpanan yang lain. Ada blus yang baru dijahit, rok setengah lusin, jilbab, pashmina, kaos kaki, sepatu, sendal, dan tas yang jumlahnya segudang.

Ada gamis-gamis dan baju pesta yg entah kapan akan dipakai. Plus kerudung. Semua warna lengkap. Mengalahkan jumlah warn pelangi.

Ciamiknya!

Cit
Cit
Cit

Suara tikus terdengar jelas. Rupanya ia telah lama tinggal dalam lemari. Hingga berkembang biak dengan cepat. Karena ia tak pernah ikut program KB.

✌anak cukup!

Waduhhh... setumpuk baju kaos telah ambur radur di buatnya. Selain dimakan juga jadi tempat bobok empuknya si Tikus.

Selesai dah...

Belum lagi perabot yang lainnya. Tupperware misalnya. Mulai dari ukuran kecil sampai ukuran jumbo lengkap. Sayang untuk dipakai, karena harganya yang mahal.

Sobat!

Menurut pengajian yang didengar. Barang yang dipakai dan disedehkahkan itulah yang bermanfaat..!

Lalu, yang simpanan bagaimana?

Itulah kelak yang akan dihisab dan akan menyusahkan diri kita sendiri. Karena semua yg dibeli berawal dari nafsu..! Nafsu ingin mempunyai ini dan itu.

Duuh…!

Ternyata aku sendiri masih termasuk golongan orang yang suka mengoleksi pakaian dan barang2 lainnya. Dan semua itu akan ada hisabnya di akhirat kelak.

Astaghfirullah..
Astaghfirullah..

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Mukena Bagus

*Tugas 3*

*Mukena Bagus*
*By Noer*

Lemari berwarna kecoklatan itu nampak masih kokoh. Kaca yang terpasang masih setia memancarkan gambar wajahku setiap kali bersolek. Walau gagangnya sudah ada yang copot.

Suara lantunan ayat suci Alquran terdengar lantang dari mesjid terdekat. Sayup2 sampai dari mesjid kejauhan. Karena hari ini Jumat berkah, jadi garim mesjid sengaja memutar kaset tilawah sebelum waktu salat jumat masuk.

"Ibuuuk, mukenanya basah", sorak gadis kecilku dari ruang tengah.

Aku memalingkan wajahku ke arah suara. Terdengar suara ribut saling menyalahkan.

"Kenapa, Kak?

"Si Dedek merebut minuman kakak. Mukena ibu basah", jawab si Kakak membela diri.

"Kakak yang salah. Pelit", si Dedek ngg mau kalah.

Sudah
Sudah

Aku melerai pertengkaran kedua gadisku. Kemudian mengambil mukena yang tergeletak di sofa tersiram air sirup ABC. Warna mukena berubah menjadi kuning.

Aku tak bisa berkata apa2. Mau marah tak mungkin. Sementara mukena warna putih yang baru di pakai beberapa kali sudah tak berbentuk lagi.

Aku langsung action. Mengambil mukena dan langsung membawa ke belakang untuk dicuci.

Gedubrakkk...

Mainan si Dedek terpelanting ke dinding. Aku kaget karena mainan juga tepat di badan si meong. Ia melompat keluar dengan spontan.

Meoooong
Meoooong

"Ibuk jangan marah, Kakak ngg sengaja", rengek si Kakak di belakangku.

Ibu mana yang tidak akan luluh mendengar permohonan anaknya. Rengekan yang disertai kata maaf dan tidak akan mengulangi.lagi.

Aku tersenyum bangga. Anak sekecil itu sudah mau mengakui kesalahannya dengan berani.

"Ya, Nak. Kalau main hati2 ya", ucapku memperingatkan.

Sebentar lagi waktu salat zuhur akan masuk. Aku harus mencari mukena pengganti. Kembali aku ke kamar dan melihat2 isi lemari.

"Hai, Uni", sapa mukena warna ping.

Aku mencari2 sumber suara. Suara yang sudah lama tak kudengar. Selidik punya selidik rupanya si Mukena Ping terjepit diantara kain lama yang sudah tak terpakai.

Aku menariknya keluar. Dan membuka lipatannya.

"Masih cantik", gumamku.

"Yeee, Uni. Cantik dong. Uni aja yang ngg perhatian sama aku", jawabnya.

"Maaf deh."

Emang aku yang salah. Sudah lama aku tak memakai mukena yang satu ini. Padahal ini mukena adalah buatan dalam negeri. Alias buatan sendiri. Hasil belajar menjahit sama kawan sesama guru. Guru tata busana tepatnya.

Setelah kupastikan aman untuk di pakai untuk salat, kulipat dan kukawankan dengan sajadah yang juga berwarna ping. Serasi dahhh...

Cie
Cie

"Yang lagi ketemu pasangannya", godaku.

Mukena jadi malu. Sementara Sajadah melirikku dengan sudut matanya. Ia kerdipkan matanya sebagai ucapan terima kasih kepadaku telah mempertemukan dengan pasangannya.

Ok
Ok

Ucapku sambil mengacungkan jempol seksiku.

"Ayuk kita salat, Buk", ajak si Kakak.

"Dedek juga, Buk", sorak si Dedek sambil berlarian ke kamar mandi ngambil wudu katanya.

Melihat anak2 begitu bersemangat untuk beribadah, aku jadi terharu.

"Terima kasih tuhan kau telah menganugerahkan anak2 yang soleh kepadaku. Semoga kelak Kau kumpulkan kami bersama orang2 sholeh di surgaMu", doaku dalam hati.

Kebahagiaan itu sungguh menyenangkan. Bagaimana caramu menggapainya?

#JeWe45
#polaldasuper
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Sepatu Cantik

*Tugas 2*

*Sepatu Cantik*
*By Noer*

Masih edisi cerita menyambut hari lebaran.

Jika sepatu lama masih belum kau sentuh sekalipun, mengapa kau harus berdesak2an memilih sepatu untuk lebaran? Tak cukupkah sepasang dua pasang sepatu untuk meramaikan lebaran tahun ini?

_niiiiiit_
_niiiiiit_

Suara alarm meteran listrik menyentakkanku dari dalam rumah. Pertanda token listrik harus diisi kembali. Jika tak mau aliran listrik terputus.

"Tarif listrik naik?"

Entahlah. Resiko menjadi seorang pelanggan setia. Mahal murah wajib dibeli.

Tiiiit
Tiiiit

Suara klakson gojek memanggil2 dari luar. Aku baru saja memesan gojek melalui aplikasi gojek untuk pergi ke pasar.

"Rp 4.000", begitu tertera tarif di aplikasi.

"Jangan lupa tokennya", sorak emak dari arah dapur.

"Ya", sambil buru2 keluar. Dan tak lupa menutup pintu.

Perjalanan menuju pasar sebenarnya tak begitu jauh. Sepuluh menit biasanya dah sampai. Tapi karena berhubung akan lebaran macet dah. Maka menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh menit.

_"Sadakah lah bu, untuak anak yatim!"_

Baru saja turun di emperan toko sepatu yang dituju, aku langsung disambut oleh seorang Bapak peminta2. Jika dilihat dari umur dan penampilannya belum begitu tua dan lusuh. :Tapi mengapa harus meminta2?" Aku membatin.

Tapi sudahlah. Hiting2 membersihkan uang dalam sakuku. Akhirnya lembaran kertas dua ribuan aku masukkan juga ke dalam ember si Bapak tersebut.

_Masuaklah ni! Sia pakai?"_ sapa pelayan toko.

Aku balas dengan senyuman terindahku. Kemudian aku lihat rak demi rak jejeran sepatu dan sendal. Setelah puas melihat2 akhirnya pilihanku jatuh pada sepasang sepatu berwarna merah maroon nan cantik menurutku.

"Bu, sini. Bawa aku pulang", pinta sepatu merah itu.

"Upsss, bisa ngomong rupannya", dalam hatiku.

Aku mendekat. Semakin dekat semakin memesona. Aku jadi cinta padanya.

Ku coba pasang yang sebelah kanan. Wadawww...

Kinclong...

"Ayo lah, Uni. Bawa aku pulang. Jangan ragu lagi", bujuk sepatu merah.

Aku tersenyum simpul.

"Nafsu banget lho", ucapku meledek.

Dia menatapku terpana. Tak menyangka aku akan selancang itu bicara.

"Maaf deh...", ucapku sambil tetap membawanya ke arah kaca.

"Pas, Uni", ucap si Pelayan toko saat aku mematut2 di depan kaca.

"Berapa, Dek?,

"Kalau iko 275.000 pas nyo, Ni", jawabnya serius.

"Hahhhh", mahal bgt?.

"Itulah harga paliang bawah wak agiah an ka Uni tu", sambung si Pelayan toko dengan yakin.

Sekali dua kali nego, akhirnya sepatu deal dengan harga Rp 230.000. Ijab kabul terucap dengan lancar. Dan sepatu merah berjodoh dengan kaki seksiku.

Taraaaa...

Jadilah sepatu merah nan cantik itu ikut meramaikan hari nan fitri tahun ini. Merah menyala dan merah meriah pastinya.

#JeWe45
#polaldasuper
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Terlanjur Cantik

*Tugas 1*

*Terlanjur Cantik*
*By Noer*

Cantik itu ada dalam dirimu. Bersemayam dalam kalbu. Lalu kenapa harus berputar2 mendapatkannya?

_Ting tong_

Terdengar suara notifikasi saling berpacu. Aku beringsut lalu membelai dengan rasa sayang.

"assalamualaikum sahabatku", sapa sang guru.

"Apa warna nafasmu hari ini?"

_Hah???_

Kenapa dah mulai aja. Kan baru  pukul 19.35. Katanya pukul 20.02. Apa yang terjadi? Mungkin kelas ini terlanjur cantik.

_Ha_
_Ha_

Aku berpikiran hanya sapaan menjelang dimulai. Rupanya langsung ngegasss...

Ngeeeeng
Ngeeèeng

Tanpa pikir panjang. Aku langsung jawab itu pertanyaan dengan nafas tersengal2.

"Kuning. Karena kuning warna kebahagiaan yang penuh semangat. Selain itu warna kuning memberikan kesan ceria, bahagia, energik dan optimis."

Aku begitu semangat malam ini. Sesemangat dan seceria warna kuning.

Meooong
Meooong

Kucing kesayanganku tiba2 memecah konsentrasiku. Sepertinya ia lapar. Aku beranjak dari tempat dudukku menuju meja makan. Kemudian megambil nasi satu sendok dan menaburinya dengan serundeng yang dicampur ebi goreng.

Nyam
Nyam

Si Meong berlari menuju piring makannya. Piring empat persegi yang didominasi warna putih.

Ting
tong
tong
tong

Kelas semakin ramai. Aku segera berlari menuju kelas. Tampak pertanyaan semakin menumpuk.

"Siapa yang bertanggung jawab atas lika liku nafasmu?"

"Pastinya diriku sendiri dan campur tangan Allah swt", jawabku dengan yakin.

Apapun yang terjadi di alam semesta ini tak ada yang terlepas dari ijinNya. Sekalipun itu jatuhnya sehelai daun.

"Mengapa anda masih bernafas hari ini?"

"Karena Allah masih izinkan aku untuk memperbaiki diri guna menambah tabungan amal untuk bekal menuju kampung akhirat."

Alhamdulillah. Berulang kali aku mengucapkan puji syukur atas nikmat bernafas hari ini. Karena tak seorang pun yang tau kapan Allah akan menyetop nafas seseorang.

Untuk itu sudah sewajarnya sebagai makhluk di muka bumi agar  senantiasa beribadah kepadaNya.

"Bagaimana caramu menyedekahkan nafasmu?"

"Dengan cara menebar kebaikan setiap hari melalui sedekah. Salah satunya sedekah tulisan."

Sedekah adalah salah satu amal jariyah yang akan menolong manusia di akhirat nanti.

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu):
1. sedekah jariyah,
2. ilmu yang dimanfaatkan,
3. dan do’a anak yang sholeh (HR. Muslim).

"Apa yang terjadi jika nafasmu  nafaamu ngambek selama 3 menit?"

"Kiamat dah. Dunia tak seindah sebelumnya."

"Wow bisa kacau...masuk Ugd...imajinasiku lenyap aku merasa tak mampu lagi bersedekah..sedih merasa belum cukup amalku", sorak mba @⁨oomkomariyah9417⁩

Hampir semua sepakat, jika ini terjadi selesai perkara.

Tak lama kemudian, suara sang guru mulai meredup. Namun masih terdengar dengan jelas.

"Jadi, berapa harga nafasmu sebenernya?"

"Sangat mahal. Sehingga tak bisa dinominalkan dengan uang. Seharga kehidupanku sampai titik terakhir menuju keabadian."

Tak sedikitpun terbayang angka2 dalam pikiranku. Karena memang tak bisa diperjualbelikan. Apalagi dinegosiasikan.

Oh no...

"Sejujurnya, kapan kamu merasa benar benar mensyukuri nafasmu?"

"Saat terbangun malam tadi. Nafas begitu sesak. Tiba2 tersentak. Alhamdulillah aku masih bisa menarik dan menghembuskan nafasku dengan lega. Ngerinya😒

Allahu akbar

"Lalu, apa yang benar benar ingin kau katakan pada nafasmu?"

"Nafas. Tetaplah menjadi teman baikku. agar setiap helaanmu menjadi kebajikan dalam hidupku."

Alhamdulillah...

#JeWe45
#polaLDASUPER
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Air Asi Membelai Botol

*Tugas (7)*

*Air Asi Membelai Botol*
*By Noer*

_"Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya... (Albaqorah:233)"_

Menjadi seorang ibu merupakan takdir terindah bagi siapa yang dikehedndakiNya. Karena masih banyak di luar sana para wanita berjuang untuk menjadi seorang ibu dari anak2 yang di lahirkannya.

Lantas bagaimana perjuangan wanita yang telah ditakdirkan menjadi seorang ibu? Sudahkah sesuai dengan apa yang disyariatkan? Jangan sampai kufur nikmat!

"Sudah berapa orang anggotanya, Bu? Tanya seorang  ibu2 dalam angkot pagi tadi.

Tampak yang ditanya hanya senyum. Tak kuasa untuk menjawab sejujurnya. Selidik punya selidik, ternyata yang ditanya belum dikaruniai keturuan setelah menikah selama 9 tahun.

Untung saja ada anak kecil dalam angkot itu mengalihkan perhatian yang bertanya. Sehingga pertanyaan tak berlanjut.

"Ma, mimik", pinta bocah kecil.

Si Ibu muda mengeluarkan sebuah botol susu kecil dengan tutup berwarna kebiruan. Kemudian menyerahkan kepada si Bocah. Saat botol susu tersebut ada di genggamannya si Bocah seakan menemukan kedamaian dalam hidupnya. 

"Ma", ucap si Bocah.

Si Ibu menggendong anaknya. Seakan tau betul apa yang diinginkan anaknya. Ia peluk anaknya. Tak lama kemudian tampak mata si Bocah terpejam dan tertidur.

"Siko ciek, Da", ucapku pada supir angkot.

Angkot yang aku tumpangi berhenti. Kemudian membayar ongkos dengan uang pas. Karena di pintu angkot tertera sebuah pengumuman, "Bayarlah dengan uang pas". Aku mah orangnya taat aturan.

_Ihaaaaa_

Asi membelai botol. Semoga semua ibu2 di dunia ini bisa tetap mengisi botol dengan air asinya. Bukan asi buatan. Kecuali karena ulah atau sebab tertentu yang tak bisa ditoleransi.

Sehat selalu ya buibu❤❤❤

#JeWe45
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia