Selasa, 18 Februari 2020

Wajah-Wajah Mencurigakan

PEMBUNUH TAK BERWAJAH (Part 19)

Wajah-Wajah Mencurigakan
By Noer Cakrawala

Ketika prasangka buruk tertanam dalam hati, segala yang terjadi akan terasa muak dan tak berarti.

Ucapan PakWo di pos ronda siang tadi membuat Noe semakin penasaran. Sambil mempersiapkan bekal untuk dibawa ke Padang besok, Noe terus berpikir dan bertanya-tanya dalam hati.

"Apakah ada keterlibatan orang terdekat?" Tanya Noe dalam hati.

"Assalamaualaikum," terdengar ucapan salam dari pintu depan.

"Nak, da orang di depan, coba dilihat," sorak ibunya Noe dari arah dapur.

"Iya Bu. Bentar," jawab Noe sambil mengenakan jilbab biru dongker di kepalanya.

Noe menyibak gorden berwarna orange untuk mengintip siapa yang ada di luar. Sudah merupakan kebiasaan dari kecil, jika ada yang datang sebaiknya diintip dulu sebelum membukakan pintu. Karena tak semua orang yang berkunjung ke rumah kita adalah orang baik. Begitu nenek mengingatkan.

Melihat sosok di luar, Noe langsung membukakan pintu. Karena yang adalah di luar adalah Tek Nda bersama suaminya.

"Eee...Tek Nda. Silakan masuk Tek, Pak Etek," ucap Noe sambil bersalaman.

"Buuu...ada Tek Nda," sorak Noe memberi tau ibunya.

"Ya sebentar," jawab ibunya Noe dari dapur.

"Silakan duduk Tek, Pak Etek," Noe mempersilakan Tek Nda dan suaminya duduk di ruang tamu. Sementara ia menuju dapur menghampiri ibunya.

"Biar aku yang lanjutkan, Bu," Noe mengambil alih pekerjaan ibunya di dapur membersihkan ayam potong untuk bekal sambal yang akan dibawanya esok pagi.

"Iya. Kalau udah selesai masukkan dulu ke kulkas."

"Ya, Bu."

Noe terus membersihkan ayam potong sampai selesai. Kemudian memasukkannya ke kulkas sesuai saran ibunya.

"Noeee, buatkan Pak Etek minum," sorak ibunya dari luar.

"Ya, sebentar Bu."

Noe menyeduh teh hangat dua gelas. Kemudian membawanya ke ruang tamu. Tampak kepulan asap keluar dari gelas. Pertanda teh manis yang dihidangkan belum bisa diminum langsung. Harus menunggu beberapa saat karena masih panas.

"Silakan minum, Pak Etek," sambil berbasa basi.

"Ya, terima kasih."

Noe kemudian ikut duduk bersama di ruang tamu di sebelah kanan ibunya.

"Yakin mau ke Padang besok?" Tanya Tek Nda kepada Noe.

"Insyaallah, Tek. Sudah terlalu lama aku libur. Sudah banyak juga tugas yang harus dikerjakan."

"Kan masih sakit. Insyallah mereka para dosen paham kok."

"Ngg apa-apa Tek. Insyaallah kuat," jawab Noe meyakinkan Tek Nda.

Semenjak kematian nenek, kakak beradik ini, ibu dan kakaknya semakin akrab saja. Kasih sayang yang sempat renggang kembali akur lagi. Noe kembali merasakan keakraban keluarga besar itu.

Sambil mendengarkan obrolan kakak beradik itu, Noe memperhatikan wajah mereka satu persatu. Ada aura kebahagiaan terpancar dari wajah mereka masing-masing. Aura yang sempat hilang beberapa waktu.

"Astaghfirullah...Wajah ituuuuuu?" Noe sedikit terlonjak melihat sosok di depannya.

Wajah yang begitu persis sama seperti yang diceritakan PakWo di pos ronda siang tadi. "Pak Etekkk....." ucap Noe dalam hati sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Ia tak percaya apa yang barusan ia lihat di depannya. Seseorang yang memakai topi hitam dan bekas luka di pipi sebelah kanannya. Noe seperti bermimpi. Ia coba mengucek matanya berkali-kali. Namun, apa yang dilihatnya persis seperti yang didengarnya kemaren siang.

"Kenapa, pusing lagi?" Tanya ibunya.

"Ngg apa-apa Bu," jawab Noe berusaha menenangkan diri.

"Jika belum pulih benar ngg usah dipksain dulu kuliahnya. Ntar kalau kambuh gimana," ucap Tek Nda dengan nada khawatir.

Noe tak menjawab. Ia berusaha untuk tenang, namun tak berani untuk melihat apa yang ada di depannya.

"Ya sudah' stirahat dulu di kamar. Moga besok udah agak mendingan," ibunya Noe semakin khawatir dengan keaadaan anak semata wayangnya.

"Iya, Bu." Sambil berjalan ke arah kamar.

Di kamar bukannya tidur. Noe duduk di tepi ranjang sambil memegang kepalanya yang tidak sakit. Ia tak percaya sedikit pun apa yang barusan ia lihat. Kekhawatiran mulai menyerang pikirannya sambil terus bertanya-tanya dalam hati, "Mungkinkah dia pelakunya?"

Kekhawatiran itu seperti kursi goyang, ia memberimu sesuatu yang bisa dilakukan, tetapi tidak membawamu kemana pun.

#virusbahagia
#menulisitusedekah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar