Selasa, 18 Februari 2020

Tek Nun si Psikopat Kelas Kakap


"Ibu ke pasar dulu yaa," teriak Bu Kartinah dari luar rumah kepada anak semata wayangnya sambil membawa keranjang menuju pasar.

Sontak sang anak yang lagi sibuk membaca novel didalam rumah kaget karena mendengar teriakan ibunya.

"I-iya bu," jawab sianak

Pagi sabtu ini merupakan kegiatan rutin Bu Kartinah untuk belanja kebutuhan mingguan di pasar didesanya. Bu Kartinah adalah salah satu tetangga jauh Tek Nun sekaligus teman mengaji di majelis taklim. Namun belakangan ini dia tak lagi pernah bertemu dengan Tek Nun. Hanya mendengar kabar angin tentang kondisi Tek Nun yang dikabarkan menggila.

Bu Kartinah pun berjalan dengan lenggoknya menuju pasar terdekat dari rumahnya. Berjarak sekitar 10 meter-an . Beberapa meter berjalan, Bu Kartinah bertemu dengan tetangganya. Mereka pun berjalan menuju pasar sambil bercerita mengenai Tek Nun yang mendadak heboh dengan berita menggila

"Tek Nun kenapa Bu Salamah, aku dengar ia sedang gila sekarang? Kok bisa?" Tanya Bu Kartinah pada tetangganya yang bernama Bu Salamah

"Dengar kabar burung katanya Tek Nun menggila setelah mengobati si Salsa anak Mr. Jhon, Bu," sahut Bu Salamah

"Lah kok bisa gitu? Emangnya anak mr. Jhon sakit apa? Kok bisa membuat Tek Nun jadi gila?" Balas Bu Kartinah.

"Nah kalau itu saya juga kurang tau, Bu.. " timpa Bu Salamah.

Dan akhirnya percakapan mereka pun terpotong. Karena pasar yang mereka tuju telah dekat. Maka berpisahlah mereka karena ingin membeli kebutuhan rumah tangga masing masing.
B
E
L
A
N
J
A
Setelah membeli semua bahan yang dirasa telah cukup untuk keperluan mingguan, akhirnya Bu Kartinah memutuskan untuk pulang.

Namun disaat hendak keluar pasar, Bu Kartinah pun melihat kerumunan orang orang di sebelah kiri pasar yang sedang membuat lingkaran seperti sedang menonton sesuatu pertunjukan. Karena rasa ingin tahu yang terlalu tinggi alias kepo, alhasil Bu Kartinah pun memutuskan untuk melihat ke sana..

"Maaf Bu, itu ada kerumunan apa ya?" Tanya Bu Kartinah pada seorang pedagang makanan tradisional yang berjarak 5 meter dari tempat tersebut.

"I-itu Bu sepertinya sedang ada pembunuhan" jawab ibu itu dengan suara gemetar karena ketakutan.

"Haah pembunuhan, ibu yang benar saja. Masa ada pembunuhan dipasar seramai ini," dengan ekspresi kaget dan bingung terpancar dari raut wajah Bu Kartinah.

"I-ya bu sedang ada pembunuhan,"

"Emang siapa yang melakukan pembunuhan di pasar seramai ini,Bu?" Tanya Bu Kartinah.

"Tek Nun, Bu. Dia sedang menggila dan melakukan aksi pembunuhan."

"Hah Tek Nun?" yang benar saja. Bukannya Tek Nun orang yang suka beribadah. Setiap Jumat Tek Nun tidak pernah absen untuk mengaji di majelis taklim."

"i-iya Bu. Tek Nun...." sambung Bu Salamah takut
tanpa mendengarkan perkataan bu salamah, Bu Kartinah pun berlari menuju kerumunan tersebut.

Dengan napas masih turun naik, mata Bu Kartinah pun dibuat melotot dengan apa yang sedang ia saksikan. Dijatuhkan keranjang bawaannya tadi sampai mencium tanah. Tubuhnya terasa terpaku dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini.

anpa disadari bulir bulir kaca pun jatuh dari mata Bu Kartinah. Tidak terfikirkan olehnya betapa kejamnya Tek Nun yang dengan tega mencoba menghabisi nyawa korban dengan cara yang amat tragis. Setau Bu Kartinah, Tek Nun merupakan orang yang sangat taat akan perintah agama. Jadi tidak mungkin rasanya jika Tek Nun melakukan pembunuhan.

Namun fakta berkata lain. Itulah yang terjadi sekarang. Tanpa rasa bersalah sedikit pun Tek Nun melakukan pembunuhan terhadap 3 korban yang tidak diketahui apa penyebabnya.

Semua warga tidak ada yang mengetahui secara pasti apa yang terjadi antara tek nun dan 3 korban yang ia habisi nyawanya ini. Warga sekitar hanya mengetahui keributan setelah Tek Nun meringkus ketiga korban dan mengikatnya di salah satu tiang bangunan yang ada di sudut pasar.

Dengan napas yang masih tersenggal, Bu Kartinah pun mencoba untuk menghentikan perbuatan Tek Nun. Namun, nihil semua warga menahan tubuh ringkih Bu Kartinah. Warga takut Bu Kartinah akan menjadi korban selanjutnya. Karena kegilaan Tek Nun yang semakin menjadi jadi.

Kini semua mata hanya bisa melototi apa yang dilakukan Tek Nun. Tidak ada dari warga yang melihat kejadian tersebut dapat menghentikan kasus pembunuhan yang terjadi karena takut akan kegilaan Tek Nun dan takut menjadi korban selanjutnya.

Namun disisi sebelah kanan Tek Nun, muncul segerombolan ibu-ibu yang mendukung aksi Tek Nun. Entah apa maksud dari segerombolan ibu ibu tadi sampai mendukung aksi Tek Nun tersebut. Yang tak habis fikir bahkan diantara mereka ada yang berteriak,

"Potong-potong saja mereka...."
"Penggal kepala mereka.."
"Keluarkan saja isi perutnya.."
"Kuliti saja sampai habis.."
Dan bahkan ada yang berkata
"Bakar saja mereka..."

Dan disayangkan lagi Tek Nun menuruti saja apa yang dikatakan ibu ibu tadi. Tanpa pikir panjang, Tek Nun pun membabat habis ketiga korbannya. Sampai ketiga tubuh korban tercerai berai karenanya.

Betapa ironisnya nasib ketiga korban tersebut. Tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka dari kegilaan Tek Nun hari ini.

Sontak Bu Kartinah pun lemah melihat kejadian tersebut. Lagi lagi bulir kaca itu terus bercucuran di pipi Bu Kartinah. Kakinya belutut ketanah melihat kekejaman tersebut. Tak tahan rasanya Bu Kartinah ingin menghentikan kekejaman ini. Namun, tak banyak yang bisa dilakukan Bu Kartinah. Akhirnya dia pasrah melihat ke-3 korban tersebut menjadi pelampiasan kegilaan Tek Nun.

Sungguh naas nasib 3 ekor ikan yang dibabat habis nyawanya oleh psikopat kelas kakap "Tek Nun" di salah satu pasar pagi itu. Dimana profesi Tek Nun pagi ini seketika berubah menjadi 'Psikopat Kelas Kakap' terhadap ikan hasil tangkapan salah satu pemancing profesional di kampungnya.

Sungguh ironis-_-

Colek Resi Fikria Islami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar