Senin, 30 Desember 2019

Panci Kebahagiaan


"Ini bukuku, mana bukumu?"  ucap uni Tria Cahaya sambil mengangkat cover bukunya.

Suaranya terdengar menggema di semua kelas. Kelas reguler, kelas premium dan kelas Internasional dipenuhi suara kebahagiaan.

Aku yang masih menikmati liburan terus memantau dari jarak jauh. Embun paginya menyentuh bagian dalam rasaku. Warna hijau dan percikan embun di cover bukunya begitu menyejukkan. Namun, membakar semangat panci bahagiaku.

"Panci bahagia? Maksud, Uni?" Tanya goreng ubi di atas piring.

"Iya. Panci kebahagiaan. Kau lihat betapa pencuri embun pagi uni Tria Cahaya mampu menyedot perhatian seluruh gen JW. Tampak panci bahagianya hampir penuh. Dan siap melimpah ke mana-mana."

"Ayo siap-siap, Uni. Siapkan juga panci kosong biar kalau melimpah langsung siap siaga."

"Asiaaaaaap." Jawabku dengan semangat 45.

Cuaca dingin sore ini tak mampu mendinginkan suasana hatiku. Aura pencuri embun pagi seakan mendesakku untuk terus menemukan beberapa bukti pembunuh tak berwajah.

"Pembunuh tak berwajah apa kabarnya?" Tanya pisau di atas meja.

"Insyaallah baik. Ia sedang mencari beberapa barang bukti lagi."

"Kenapa lama banget?"

Aku tak mau menjawab. Ntar dibilang ternak alasan. Padahal emang demikian adanya. Ideku sekarang lagi ambiyar bersama panci gosong.

Panci gosongku kini telah merambah kemana-mana. Walau telah gosong auranya masih tetap tampak kuning keemasan. Warna yang semua orang ingin memiliki.

Tak asa yang sehitam gosong panci. Namun, hitam bukan sembarang hitam. Hitamkan tekad untuk menjadi penulis laris.

Cie
Cie

"Penulis laris ni ye...," jagung rebus kembali melempar godaan.

"Iya dong. Gen JW gitu."

Tak satu jalan ke Roma. Tak ada istilah tak punya ide. Bagi gen Jw apapun bisa menjadi jembatan menjadi sukses.

Lihat sajat tulisan para gen JW. Pencuri jadilah Pencuri Embun Pagi. Pembunuh disulap menjadi Pembunuh Tak Berwajah. Gila menjadi Aku Mencoba Gila. Markonah, sebuah nama kampung yang diramu menjadi nama internasional. Markonah Elizabet. Dan juga bara yang berubah menjadi Bara Kasih.

"Panas eyyy," sorak seekor nyamuk.

"Bara bukan sembarang bara. Tapi bara yang terkasih.

Cuit
Cuit

Bagaimana sobat? Masih ngg yakin kalau panci kesuksesan mampu mengubah nasibmu?

#JW60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Minggu, 29 Desember 2019

Panci Kematian





Kita terlahir dengan satu cara. Namun, kematian menjemput dengan berbagai cara. Sudahkah kita siap?

Sajadah warna biru dan sandal menjadi barang bukti kepergian sahabatku. Subuh kelam yang mencekam merupakan hari terakhir bagi dia. Lantunan ayat suci yang diperdengarkan dari mesjid terdekat pertanda akan dijemputnya titipanNya.

Subuh kali ini dinginnya begitu menggigit. Rintik hujan belum mempakkan kebosanannya. Sedari senja hingga subuh ini masih saja setia membasahi bumi.

Paksu yang mau berangkat ke pasar terpaksa menerobos rintik hujan dengan pakaian lengkap mantel.

Setelah paksu hilang dari pandangan, aku mulai melanjutkan peperangan. Baju anti gores siap dikenakan. Dan sehelai kain lap menggantung di bahu.

"Aku duluan," teriak sapu ijuk dari belakang pintu.

"Kamu ntar aja. Aku duluan," sorak piring kotor dari dapur.

"Aku aja, Uni. Aku udah semalam berendam," sorak pakaian dalam ember.

Aku
Aku
Aku

Semua pada ribut. Aku harus segera ambil keputusan. Sebelum genderang perang ditabuh oleh seisi rumah.

"Tenang sobat. Semua akan dapat bagian. Kalian adalah bagian terpenting dalam hidupku." Ucapku sedikit ngerayu.

Notifikasi gawai terdengar sahut menyahut. Sambil mengambil sapu aku usap gawai dengan lembut. Sebuah pesan masuk di salah satu group wa. Gambar bencana tanah amblas. Sepertinya lokasi tak jauh dari rumah.

Kukembalikan gawai ke tempat semula. Kemudian memulai serangan dari ruang depan dengan senjata sapu ijuk. Sobekan kertas, gelas kotor bekas minuman si dedek, mainan, dan sampah puntung rokok aku ekspor ke ruang dapur. Sofa dan meja sekalian dibelai dengan kemoceng. Kemudian baru berpindah ke lantai dengan menggunakan trik goyangan sapu-sapu.

Lalu, ke ruangan tengah. Di sini medannya lebih berat lagi. Selain ruangan keluarga juga sekaligus ruang makan. Perkakas lebih komplit di sini. Meja belajar, alat tulis, mainan sidedek, makanan, dan yang lainnya ikut bertebaran. Semua minta dibelai. Resiko jadi emak-emak.

Selesai ruang tengah, aku harus ambil nafas sejenak. Karena sebentar lagi peperangan yang sebenarnya bakal dimulai. Eksekusi ruang dapur dan kamar mandi.

Di sini, senjata harus diganti. Spoon cuci piring, abu gosok dan sebotol sunlight siap melancarkan aksi.

Satu persatu piring kotor mulai di eksekusi. Senyuman peralatan makan tampak sumringah. Bersih dan kinclong tentunya. Berkat siapa? Berkat kerja sama spoon dan cairan sunlight.

"Aku dilupain nih," protes air kran.

"Ya ya, berkat kamu juga."

"Gitu dong. Jangan seperti kacang lupa kulitnya. Atau habis manis sepah dibuang."

He ... he ...

Dengan perlahan pekerjaan rumah hampir finis. Kini saatnya nyonya rumah bersih-bersih diri. Tak menghabiskan waktu sepuluh menit, proses mempercantik diri di kamar mandi selesai.

Rintik hujan masih saja setia membasahi bumi. Pakaian yangg sudah dicuci terpaksa di tahan dulu untuk dijemur. Sambil menunggu hujan reda, gawai melambaikam tangan untuk dibelai.

Saat membuka chatt di salah satu group, sebuah pertanyaan jenial menamparku berkali-kali. Aku terpana. Dan mencoba merenung sebelum menjawabya.

Hening ...

Lalu mencoba menjawab dengan ikhlas dan jujur.

"Apa warna kematianmu?"
Berharap agar kematianku nanti berwarna pink. Agar saat kembali kepadaNya dalam keadaan husnul khotimah. Dan bekal yang dibawa sudah mencukupi untuk kembali ke kampung abadi..

"Mengapa Allah menjanjikan kematian untukmu?"
Sesuai dengan janjiNya, bahwa setiap yang bernyawa pasti mati. Begitu Allah memberitahu dalam kitabNya. Tak bisa ditunda walau semenit ataupun dipercepat. Kapan dan di mana? Masih menjadi rahasiNya. Tak seorang pun yang dapat mengetahuinya.

"Bisakah engkau jual kematianmu?"
Tentu tidak. Karena kematian adalah janji pastinya Allah pada makhluk hidup. Terutama pada manusia.

Seperti berita yang dikabari PakSu pagi ini. Seorang sahabatku menjumpai sang khalikNya dengan cara tak biasa. Lobang yang terbentuk oleh gerusan saluran air telah menghantarkannya kembali kepadaNya. Alfatihah untuk sobat pengajianku. Moga surga menjadi tempat kembalimu.

"Berapa harga kematianmu?"
Pertanyaan yang satu ini sungguh menyulitkan. Tak bisa diuangkan memang. Aku mau harga kematianku setara dengan surgaNya. Imbalannya adah surga dan berkumpul bersama orang-orang yang beriman.

"Sudah siapkah engkau menanti hari kematianmu?"
Kematian bila telah menghampiri tak perlu menunggu siap atau belum. Namun, seorang mukmin sudah seyogyanya kita harus selalu mengingat kematian. Agar selalu mendekatkan diri pada sang pencipta. Dengan cara memperbanyak ibadah kepadaNya.

Bekerjalah untuk duniamu, jangan lupa akhiratmu!

#JeWe60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Jumat, 27 Desember 2019

Panci Patah Hati


Tidak ada kekecewaan jika tidak ada cinta yang mendalam.

Semenjak kejadian gosong-gosongan kemaren malam, panci tampak murung. Semangatnya turun drastis. Tak banyak yang ia lakukan selain bermurung durja dan merenung.

Teman-temannya memperhatikan dengan heran. Dia yang selalu riang tiap hari tiba-tiba menjadi pemurung. Dan sesekali ia mengurung diri dan tak mau diajak bicara.

Wajan jadi heran. Sudah 2x pagi ia tak melihat Panci beraktivitas. Biasanya subuh ia sudah tegak berdiri di atas kompor dengan gagah berani. Suaranya yang mellengking sering membuat tetangganya terbangun.

Melihat hal demikian, Wajan menghampiri dan mencoba bertanya dengan perlahan.

"Ci, kamu kurang enak badan ya?" Tanya Wajan dengan mata penuh selidik.

"Ngg. Aku baik-baik saja," jawab wajan seakan mengalihkan pembicaraan.

"Jangan bohong. Aku udah tau bener siapa dirimu, Ci. Ayo jawab dengan jujur."

"Ngg apa-apa. Aku baik-baik aja."

"Yakin?"

Panci diam. Ia tak menjawab. Namu, dari sudut matanya tampak aliran bening mulai menggenang. Tak lama kemudian jatuh sebutir membasahi pipinya.

"Panci, kamu kenapa," tanya Wajan sambil berpelukan.

"Aaa aaa akuu," menjawab sambil sesegukan.

Semua teman-temannya memandang dengan heran. Sebagian ada yang berbisik. Sebagian lain ada yang kepo hendak mengetahui apa yang teradi.

"Apa warna patah hatimu?"

Sebuah pertanyaan jenial menggema ke seluruh ruangan. Rupanya Pak Dokter Ferdhi melempar pertanyaan yang pas sekali dengan suasana.

Warna patah hatiku adalah biru. Aku merasa biru. Artinya kurang lebih sama dengan 'aku merasa sedih.'

Aku menyaksikan pertemanan Panci dengan teman-temannya begitu solid. Saling mensupport dikala duka. Tampak senyuman Panci mulai mekar.

"Cara radikal apa yang bisa membunuh patah hatimu?"

Hal pertama yang keluar dari mulutku adalah 'Percaya Diri.' Kedua membunuh mental blok. Karena dengan cara meningkatkan kepercayan diri dan membunuh mental blok, patah hati akan menjauh. Bukankah patah hati muncul saat rasa tak mampu mrnghampiri hati. Kemudian masuk dan bersemayam dalam diri.

Mendengar jawabanku, Panci terpana sambil mangguk-mangguk. Bak burung malam lagi merayu pasangannya.

"Emang balam kalau merayu mangguk-mangguk?" Tanya Wajan terus kepo.

"Bisa jadi. Klw kurang yakin liat aja ndiri," jawabku santai.

"Haruskah kau hidup dalam kegelapan dalam patah hatimu?"

Tidak dong. Mana aku mau gelap-gelapan. Secara arti namaku cahaya. Cahaya yang akan menerangi kegelapan. Cahaya kehidupan.

Panci tampak mengembangkan senyuman mansinya. Selidik punya selidik, rupanya ia patah hati karena dirinya berbeda dari temannya. Ia merasa percaya dirinya telah gosong. Seperti gosongnya sebagian anggota tubuhnya.

Bukankah pelangi indah karena ada perbedaan? Begitu juga dengan kehidupan. Ia akan indah jika ada yang berbeda.

#jw60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Kamis, 26 Desember 2019

Cinta Panci Gosong


Pertemuan ke-4 JeWe 60 malam itu bener-bener mengalahkan cintaku. Keriuhan kelas dan semangat kawan-kawan membuatku amnesia dini. Air yang direbus menggunakan panci hilang dari ingatan.

PakSu sudah menunggu secangkir kopi hitam sambil menyaksikan acara di salah satu stasiun televisi. Melihatku senyum-senyum sendiri ia ikut nimbrung.

"Apa warna warasmu, Dek?"

"Saat ini aku milih warna pink aja," jawabku spontan.

Pertanyaan dan jawaban sama jenialnya. Secara tak langsung PakSu ikut tergerus virus JeWe. Dalam hatiku, "rasain...emang enak kena virus."

Heh ...

Aku terus berselancar mengikuti pergerakan imajinasi. Tak tanggung-tanggung, beberapa pertanyaan jenial siap antri minta dieksekusi.

Untuk menghindari keributan aku menuliskan pertanyaan jenial yang mulai riuh. Aku buat list agar mereka tak membuat keributan. Agar tak terjadi saling sikut.

Sekelabat aroma kebakaran menyeruak ke seluruh ruangan. Aku mulai bertanya-tanya dalam hati. Takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena beberapa bulan kemaren, dua rumah di dekat rumahku habis dilalap sijago merah.

"Jadi buat kopinya, Dek?" PakSu menagih minumannya.

"Aduhhh ... sambil terus melangkah ke dapur."

Sesampainya di dapur, asap tampak mengepul dari panci yang mulai berubah warna.

"Alaaaa maaaaaak ... panciku gosong lagiiii," sorakku spontan.

PakSu yang masih asyik menonton spontan menghampiriku ke dapur.

"Napa, Dek?"

"Ini ..." sambil menunjuk panci yang pegangangan tutupnya sudah meleleh. Sementara bagian dalam panci juga sudah berubah warna.

Semangat JeWe 60 bener-bener telah mengalahkan cintaku sesaat. Pikiran dan perasaanku tertumpah sepenuhnya. Hingga PakSu terabaikan sementara waktu. Maafkan istrimu Paksu. Untuk selanjutnya janji tidak begini lagi. Itu kalau tidak lupa. Kalau lupa maaf lagi😃

#JeWe60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Danau Kembar

Danau Kembar

Danau di Ateh dan Danau di Bawah yang lebih dikenal dengan sebutan Danau Kembar berada di Kabupaten Solok, tepatnya di Alahan Panjang, Sumatera Barat. Disebut danau kembar karena kedua danau ini posisinya berdekatan dan hanya dipisahkan oleh sebuah bukit.

Keunikannya terletak pada posisinya. Danau di bawah lokasinya bearada di atas. Sementara Danau di Atas berada di bawah. Unik ya? Tapi keindahan alamnya dijamin takkan mengecewakan mata pengunjung. Selain masih asri juga lokasinya mudah dijangkau.

Selain itu, keindahan pemandangan dan riak-riak kecil danau juga sangat memanjakan mata dan telinga pengunjung. Dan pengunjung juga bisa melakukan wisata air berkeliling danau dengan menyewa perahu seharga 5.000 rupiah per orang.

Sementara di Danau Bawah wisata air tak bisa dilakukan. Karena kedalaman air yang kurang menjamin keselamatan. Namun, keindahan alamnya dapat dinikmati dari puncak Taman Panorama Danau Kembar.

Untuk masuk ke Taman Panorama Danau Kembar cukup membeli tiket seharga 5.000 rupiah per orang. Setelah itu anda puas menikmati keindahan alamnya. Anda juga bisa menikmati pinggiran danau dengan sedikit berjalan menuruni lereng perbukitan. Sekaligus dimanjakan dengan perkebunan berbagai macam sayur dan buah.

Anda tertarik? Silakan kunjungi kedua tempat ini untuk mengisi liburan anda.



Panci Gosong Naik Daun


By Noer Cakrawala
Tempat persembunyian luka yang paling nyaman adalah di balik sebuah senyuman.

"Kenapa senyum-senyum, Uni?" Tanya Rigo kucing piaraanku.

"Gimana ngg senyum coba. Panci gosongku naik daun."

"Lho, kok bisa?"

"Itu dia yang aneh. Selain naik daun juga banyak yang minat. Tapi maaf, aku ngg bakalan jual itu panci."

Dari semalam, pintu gawaiku tak henti-hentinya diketuk para penggemar panci. Yang anehnya mereka memburu panci gosongku. Padahal yang baru ada beberapa. Namun tetap saja pilihan mereka jatuh pada panci gosong.

"Apa warna senyummu?"

Sebuah pertanyaan jenial menyadarkanku dari lamunan. Rupanya mba Raddya masih saja ngotot untuk memviralkan panci gosongku. Padahal aku udah menyembunyikan itu panci. Tapi dasar panci sukanya emang sama emak-emak. Semakin aku sembunyikan semakin ia berusaha untuk mendekat.

"Dasar panci gatel," celetukku sambil mengaduk2 minuman dalam gelas.

"Salah siapa. Emang gue nyuruh Uni untuk menjadikan aku gosong?" Jawabnya menantang.

Aku diam. Tak memedulikan itu panci. Tapi jujur aku khawatir jika ia akan lebih dulu viral dari aku. Kan bikin ngiri aja. Dan tentunya juga bikin sesak di dada.

"Tenang, Uni. Aku ngg bakalan tinggalin Uni kok. Percaya deh sama aku," ucapnya sambil tersenyum.

"Yakin?"

"Yakin dong. Aku bakal menarik uni ke jenjang kesuksesan melalui antologi panci gosong," ucapnya bersemangat.

Aku terharu. Kejadian yang aku anggap sebuah bencana, rupanya mengandung hikmah. Nikmat tuhan mana lagi yang akan didustai. Kesalahan saja bisa menjadikan sebuah kebenaran, apalagi kebenaran.

Jika merasakan ujian sebesar kapal, maka yakinlah nikmat Allah sebesar lautan.

#JeWe60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Rabu, 25 Desember 2019

Ungunya Panci Gosongku


By Noer Cakrawala
Terkadang diam jauh lebih didengar daripada banyak bicara.

"Bu"

"Ya"

"Masih ada gula ngg?"

"Masih"

"Kopi?"

"Masih dong"

"Maaf Pak Su. Bentar, saya masak air dulu, " ucapku sambil berlalu ke ruang dapur.

Aku isi panci dengan beberapa gelas air. Kemudian menuang gula beberapa sendok ke dalam gelas. Ditambah kopi bubuk secukupnya.

Sembari menunggu air mendidih, aku kembali ke depan. Kuraih gawai yang masih terdengar sibuk. Karena kelas 60 lagi rame-ramenya.

Tak mau ketinggalan jauh. Aku mantengin kelas dengan serius. Tema malam ini pertanyaan jenial.

Menarik bukan?

Syarat sebuah pertanyaan jenial:
1. Terbuka
2. Simple
3. Imajinatif
4. Visualize
5. Simbolis analogis
6. Unik mengejutkan
7. Menampar kesadaran

Semua anggota kelas dibuat melongo dengan materi. Selain warna jaringnya materi kali ini mampu menggali ide penulis pemula lebih dalam lagi. Ngg percaya? Coba aja masuk JeWe. Dijamin ngg bakalan rugi deh. Percaya sama saya. Karena saya salah satu korbannya.

Instruksi membuat pertanyaan jenial yang awalnya tiga, meluber menjadi lima. Semua anggota kelas aktif. Tak tanggung-tanggung, sampai ada yang selingkuh dari pasangannya.

Jangan dilanjutkan membacanya. BERBAHAYA!

"Lho, kenapa bisa, Uni?" Tanya seseorang di sampingku.

"Ya. Aku yang awalnya berpasangan dengan dr Ferdhi, akhirnya harus jeruk makan jeruk."

"Aduh Uniii. Stop sampai di sini. Keimanan Uni mulai dipertaruhkan."

Aku tak ambil pusing. Terserah orang mau bilang apa. Aku kianmenyebar umpan ke segala arah. Dan alhasil, umpanku dimakan. Sekarang aku bukan lagi selingkuh tapi sudah gonta ganti pasangan.

Semakin aku nikmati semakin aku bahagia. Suamiku sepertinya juga tak mempermasahkan. Malah memberi ruang untuk aku berekspresi.

"Sadar Uni, sadar," Rogi kucing piaraanku memberi peringatan.

"Tenang Rogi. Insyaallah aku masih waras."

"Waras, tapi kenapa selingkuh?"

"Ini seligkuh bukan sembarang selingkuh. Tapi seligkuh yang diridhoi."

Makin penasaran kan? Makanya jangan dibaca. Tulisan ini mengandung virus!

"Bau apa ini, Bu?" Tanya Pak Su.

"Mana?" Sambil menggerakkan hidung.

Astagaaa...

Aku langsung berlari ke dapur. Kulihat asap mulai mengepul dari balik tutup panci. Warnanya yang tadinya putih sudah berubah menjadi coklat kehitam-hitaman. Ungu yang kudamba hitam yang kau beri.

Panciku jadi koban lagi. Gosongggggg...

Ok pembaca. Masalah perselingkuhan dipending dulu ceritanya. Aku selamatkan dulu minum Pak Su. Biar aku dapat restu.

Deal?

Terkadang tersenyum bukan karena ada yang menyenangkan. Tetapi karena bersedih tak menyelesaikan masalah.

#JeWe60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia









































Jumat, 20 Desember 2019

Cahaya Akal




By Noer
Suasana kelas mulai ramai. Aku mengintip dari kejauhan. Kulihat beberapa masih nongkrong di luar. Sementara yang lain sudah siap2 menunggu kedatangan sang rajawali.

Tiba-tiba...

"Apa warna akalmu?"

Sebuah pertanyaan terdengar dari kejauhan. Aku yang masih dalam perjalanan mencoba menambah kecepatan laju motor. Namun semakin dicoba ngegas kok malah tambah ngadat.

Aduhhh...rupanya motor kekurangan minum. Rintik hujan mulai jatuh satu persatu. Adrenalin untuk segera sampai di kelas semakin menggebu. Tapi apalah daya...mau jalan masih jauh. Mundur apalagi.

"Mengapa Allah memberikan akal pada manusia?"

Agar manusia dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Mana yang pantas utuk dilakukan atau pun tidak.

Pertanyaan demi pertanyaan datang bertubi-tubi. Suara riang teman2 seakan menyeretku agar cepat sampai di kelas. Namun apalah daya, ingin hati memeluk gunung. Apalah daya tangan tak sampai.

"Upsss...dobrak mental blockmu, Uni," kerikil dijalanan meledekku.

"Bagaimana caramu menggunakan akalmu?"

Dengan mengajaknya melakukan hal-hal yang bermanfaat. Bermanfaat untuk orang lain. Apalagi diri sendiri.

Aku terus menuntun motor vario warna silverku. Tak mau menyerah dengan keadaan. Berani memulai dan juga harus bertanggung jawab untuk mengakhirinya.

"Berapa harga yang pantas untuk akalmu?"

Tiga Milyar. Angka inilah yang tak putus-putusnya aku ucapkan setiap hari. Entah apa makna angka tiga tersebut? Sampai hari ini aku belum bisa memaknainya. Yang jelas aku menghargai dengan angka tersebut. Biarkan waktu yang memberikan jawaban.

"Apa yang membuat akalmu berfungsi dengan baik?"

Waduhhh...kepalaku seakan dipukul pentongan. Tak pernah terpikirkan sebelumnya untuk hal seperti ini. Hingga aku kembali bertanya pada diri sendiri. Apakah selama ini sudah memanfaatkan akal sesuai yang perintahkanNya?

Hening ...

Maafkan aku Tuhan, telah mengabaikan nikmat yang telah kau berikan.

"Siapa yang bertanggung jawab terhadap akalmu?"

Tentunya diri sendiri. Karena apa yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkab nanti di hadapanNya. Tak satu pun yang aka membantu selain diri sendiri.

"Lalu apa yang membuat akalmu tak berfungsi dengan baik?"

Perbuatan yang jauh dari ketentuanNya. Tak mengindahkan apa yang sudah menjadi kewajiban.

"Kapan akalmu benar benar berfungsi?"

Saat bisa melaksakan sesuatu sesuai koridor yang telah ditetapkan. Baik untuk urusan dunia apalagi urusan akhirat.

"Apa nama terbaik untuk akalmu?

Kali ini aku harus menamainya dengan CAHAYA. Berharap agar bisa menerangi setiap langkah kehidupan. Serta orang-orang yang membutuhkan.

"Sejujurnya , dimana akan kau sedekahkan akalmu?"

Dimana bumi dipijak disitu akal akan aku sedekahkan. Tak pilih pilah siapun yang membutuhkan. Sekalipun seekor nyamuk. Bismillah...moga diridhoiNya.

"Lalu apa yang ingin kau katakan pada akalmu?"

Tetaplah membersamaiku akal. Agar aku bisa memampukan diri menjadi manusia pilhanNya. Moga setiap langkah ini selalu dalam naunganNya.

Alhamdulillah...tak terasa pintu gerbang kelas sudah mulai kelihatan. Perjalanan yang tadinya terasa berat, akhirya bisa dijalani dengan ikhlas. Tanpa merasa terbebani. Akhirnya dengan semangat aku sampai di depan kelas. Permisiiiiiiiii....

#jw60
#jeniuswriting
#virusbahagia
#menulisitusedekah

Rabu, 18 Desember 2019

Jalan Sehat dalam Rangka Menyambut HAB Kemenag




By Noer
Hari ini, Kamis, 19 Desember 2019 Kementerian Agama Kota Bukittingi mengadakan gerak jalan santai. Hal ini dilakukan untuk menyambut Hari Amal Bakti yangbke-47. Acara di buka oleh Kapala Kemenag, Abrar Munanda di Pelataran Jam Gadang.

Peserta jalan sehat telah berkumpul semenjak pukul 06.30 wib. Adapun acara jalan satai ini merupakan salah satu rangkaian acara yang sebelumnya juga telah dilaksanakn. Seperti, lomba akademik. Keterampilan, kesenian.

Acara dilanjutkan nanti pada tanggal 03 Januari 2020 dengan upacara bendera, donor darah, dan ditutup dengan penyerahan hadiah lomba bagi pemenang.

Kepala Kemenag juga mengingatkan kepada peserta jalan santai, terutama kepada peserta didik agar mematuhi peraturan berlalu lintas. Dengan cara tidak keluar dari barisan, tertib, dan tak lupa berdoa.

Selanjutnya, jalan santai juga dilepas oleh Yuen Karnova selaku Sekda yang mewakili wali kota Bukittinggi. Dalam hal ini beliau memyampaikan bahwa Hari Amal Bakti bertepatan dengan Hari Bela Negara.

Dimana Bukittinggi pernah menjadi ibu kota indonesia. Saat Belanda memproklamirkan Indonesia telah bubar. Namun, masyarakat kota Bukittinggi mengambil alih pemerintahan darurat indonesia. Sehingga Indonesia dapat kembali dikendalikan.

Berdasarkan hal dibatas, maka pada tanggal 17 Agustus tiap tahunnya ada tiga kota yang diizinkan mengibarkan benndera pusaka, yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Bukittinggi. Hal ini dikarenakan karena provinsi yang bersangkutan pernah menjadi ibu kota.

Selanjutnya, beliau juga menyampaikan, bahwa umat yang rukun negara akan damai. Mari menjaga kerukunan, ketertiban agar keselamatan dan persatuan terwujud. Selamat Hari Amal Bakti.


Selasa, 17 Desember 2019

Mewujudkan Ruang Baca Idaman

By Noer
Ruang baca adalah sebuah tempat atau ruangan yang digagas khusus untuk membaca. Agar pembaca merasa nyaman saat menikmati bacaannya.

Untuk mewujudkan hal di atas, Rabu 18 Desember 2019 OSIM MAN 1 Kota Bukittinggi mengadakan kunjungan ke Rumah Baca Rimba Bulan. Berlokasi di Silaiang Bawah kota Padang Panjang.

Rombongan di terima langsung oleh Muhammad Subhan sebagai pendiri rumah baca. Selain itu penggiat literasi lainnya yang tergabung juga tak kalah semangatnya. Mereka juga ikut meramaikankan kunjungan.

Dalam sambutannya Muhammad Subhan menyampaikan, bahwa untuk mendirikan rumah baca idaman atau di gandrungi semua kalangan harus memenuhi beberapa kriteria.

Pertama, tempat. Maksudnya penggagas harus mendekor tempat agar suasana membaca menjadi nyaman. Tidak perlu menggunakan properti yang mahal. Cukup yang sederhana, tapi mendukung untuk suasana membaca.

Kedua, sumber daya manusia. Penggagas perlu menyediakan sumber daya manusia yang betul-betul peduli dengan kegiatan literasi. Bukan hanya sekedar peduli namun juga bersedia meluangkan waktu untuk mengembangkan literasi.

Ketiga, program. Inilah roda dari suksesnya sebuah organisasi. Percuma punya rumah baca yang keren dan bagus, jika tak punya program yang menunjang. Akhirnya bisa-bisa tinggal nama.

Keempat, perbanyak koleksi. Ini juga point penting dalam mendirikan sebuah rumah baca. Koleksi bacaan bisa diperbanyak dengan cara dibeli dan donasi berbagai pihak.

Kelima, relasi. Sebuah rumah baca harus memiliki relasi yang luas dengan berbagai pihak. Seperti dengan pustaka nasional, daerah, sekolah, dan rumah baca yang ada. Agar bisa saling sharing dalam rangka memajukan rumah baca.

Keenam, dokumentasi. Dokumentasi dan penyimpanan perlu dilakukan. Agar program yang telah dijalankan tersimpan dengan rapi. Baik dalam bentuk foto atau pun dokumen. Sewaktu-waktu jika diperlukan dokumen sudah tersedia dengan lengkap.

Ketujuh, publikasi. Inilah yang sangat dibutuhkan saat ini. Apapun kegiatan yang dilakukan perlu dipublikasikan. Baik melalui media massa maupun melalui group-group yang terkait. Tujuannya agar masyarakat mengertahui keberadaan rumah baca yang telah digagas.

Kedelapan, evaluasi. Perlu peninjauan ulang kembali. Apakah keberadaan rumah baca yang digagas telah memberi manfaat bagi masyarakat sekitar atau belum. Hal ini harus menjadi point penting untuk mendirikan rumah baca, agar menjadi taman bacaan yang diidamkan.

Selain itu, pada saat kunjungan juga ikut hadir mahasiswa S3 arkeolog dari Amerika, Ms. Katia yang sedang melakukan penelitian seni di kota Padang panjang. Dalam hal ini ia sempat menyampaikan, bahwa kita tidak harus mengetahui semua hal, cukup mengerti dan pahami. Lalu, eksekusi apa yang menjadi tujuan dan keinginan.

Salam literasi...


Senin, 16 Desember 2019

KREATIF


By Noer
Aku heran. Dia lelaki yang selalu mengenakan topi. Diam-diam aku mengintil warna topinya. Ada hijau, putih, merah, dan juga hitam.

Setiap kali ia posting foto, tak satu pun ia yang tidak memakai topi. Aku akui, dia emang cakep jika mengenakan topi.

Hingga aku penasaran. Apakah dengan memakai topi ia menjadi kreatif?

Entah lah...mari kita temukan jawbannya.

Kadang sebuah benda sangat berarti dalam penampilan. Bisa jadi orang yang aku maksud sangat merasa pede jika mengenakan topi.

"Lantas, jika dia tidak pakai topi kegantengannya berkurang?"

"Ngg juga. Cuma kurang pede aja mungkin. Itu menurut aku lo. Entahlah menurut dia."

Rupanya, bukan aku saja yang kepo dengan gayanya. Banyak lagi yang laen yang lebih kepo. Ada yang iseng malah. "Jangan2 kepalanya kutuan," ucap yang lain. Heeee...

Emang setiap kita punya fasion masing-masing. Tak hanya dalam hal berpakaian. Dalam menulis pun kita akan punya gaya tersendiri. Dan itu akan menjadi ciri khas tersendiri nantinya.

Akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca, jika penulis punya ciri khas. Nah, ini yang perlu menjadi perhatian bagi penulis pemula. Anda harus menentukan, apa yang membedakan antara tulisan anda dengan tulisan orang lain.

Tidak hanya sekedar menulis. Namun, harus punya tujuan yang ingin dicapai 5 tahun kedepan minimal. Seperti pertanyaan yang pernah diajukan Coach Luthfi. Dimana Anda 5 tahun memdatang? Atau berapa penghasilanmu dari tulisanmu 5 tahun mendatang?

Ini pertanyaan bukan sembarang pertanyaan. Tapi lebih kepada cita-cita kita sebagai gen JW. Menulis bukan hanya sekadar menulis, lebih kepada tujuan masa depan.

Fakta telah menunjukkan beberapa orang gen JW sudah mengibarkan sayap kesuksesannya. Novel mereka mampu memdongkrak semangat gen JW lainnya untuk terus berkarya. Mereka telah membuktikan, bahwa belajar di JW tidak hanya sekadar belajar menilis. Tetapi lebih kepada mewujudkan kesejahteraan dan kebahagian.

#polapecahtelor

Bernyawa Tapi Mati


By Noer Cakrawala
Dia gadis berkulit hitam manis. Memiliki tinggi yang sepadan dengan pramugari. Deretan giginya yang putih kian menamban aura kecantikannya.

Menjadi anak sulung dari empat bersaudara tak lantas menjadikan ia bisa bermanja-manja. Baru saja ijazah S1 diterima ia langsung beraksi. Lamar sana sini untuk mendapatkan pekerjan yang diinginkan.

Dua perusahaan langsung menjadi incarannya. Denga ikhtiar, tekad dan doa yang kuat, pinangannya diterima.

"Kedua-duanya, Uni?" Tanyaku suatu pagi pada mamanya.

"Iya...dia lagi galau tuh."

"Mana yang terbaik aja."

"Semoga."

Segala bentuk tes telah di laluinya. Pengorbanan tenaga, pikiran, perasaan juga tak mau kalah. Air mata pun ikut nimbrung.

Suatu pagi menjelang siang, si mama mendapatkan berita bahagia. Bahwa perusahaan yang ia pinang menerima dengan tangan terbuka. Alhamdulilah...usaha tak mengkhianati hasil.

Lalu, Apakah sidia bahagia? Tentunya. Apa yang ia impikan sekarang terwujud. Namun ada sedikit ganjalan yang membuat hati galau.

"Masih galau, Uni?"

"Iya."

"Dia maunya kerja di perusahaan A. Tapi yang lulus di perusahaan B."

"Alhamdulillah. Berarti itu yang rezeki."

Terkadang tuhan memang tak memberikan apa yang kita inginkan. Tapi percayalah tuhan pasti memberikan apa yang kita butuhkan.

Hati mulai bisa menerima keadaan. Mulai berdamai dengan perasaan. Mental dan pikiran juga sudah menerima dengan damai.

Satu persoalan lagi menghampiri. Yang membuat si dia uring-uringan. Itu lah hidup. Selesai satu persoalan, persoalan yang lain siap menanti.

"Tak boleh menggunakan gawai selama pendidikan."

"Ala maaaaak...."Bernyawa Tapi Mati,"

Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya. Maklum, anak milineal gitu. Hidup terasa hampa bila tak memyentuh gawai.

Namun, berkat dukungan keluarga si dia bisa melalui dengan enteng. Terutama dukungan dari sang mama. Semangat girl. Kamu pasti bisa💪











Kamis, 12 Desember 2019

Ketiban Cinta



Ketiban Cinta
By Noer Cakrawala

Ketiban cinta?
Sama ngg dengan ketiban mangga?
Atau ketiban durian?
Atau malah ketiban tangga?

Ha ha ha ....

Benda-benda di sekitarku berebutan untuk bertanya. Ada yang saling sikut. Malah juga saling dorong.

Sabarrrr ...

Pagi ini kita mulai aktivitas dengan unsur cinta. Kita sambut mentari pagi dengan aura cinta yang menggelora. Agar apa yang kita dengar, dengarlah dengan cinta. Apa yang diihat, lihatlah dengan cinta. Dan apapun yang akan kita kerjakan, kerjakanlah dengan cinta.

"Uni, cinta ini sama ngg dengan cindue tapai"

"Hmmm ...tergantung."

"Maksud, Uni?"

"Tergantung bagaimana kamu memandangnya. Dan kaca mata apa yang kamu gunakan."

Nah, sesuatu yang dilihat, didengar, dan dikerjakan, akan berbeda hasilnya pada setiap orang. Tergantung bagaimana cara pandang kita. Agar sesuatu itu bermakna maka pandanglah dengan menggunakan kaca mata cinta.

Cinta ...

Lima huruf dan satu kata yang mampu menyelesaikan setiap persoalan dengan enteng. Dunia akan terasa damai. Pekerjaan akan selesai sesuai target. Dan tentunya level bahagia akan semakin meningkat.

Lalu, bagaimana dengan ketiban cinta? Sakit atau malah senang?

Tentunya sobat akan menjawab senang. Kalau bisa sering-sering aja. Biar hidup yang dijalani terasa indah. Dan hidup pun menjadi damai.

Tapi persoalannya bagaimana agar kita bisa ketiban cinta? Apa yang harus dilakukan?

Sesuai pepatah, siapa yang menanam akan menuai. Maka, siapa yang menanam cinta akan menuai cinta.

Namun terkadang, padi ditanam tumbuh ilalang. Akankah anda ikhlas?

#jeniuswriting
#menebarvirusbahagia
#membagienergicinta

NURHAYATI (DPO)

NURHAYATI (DPO)
By Noerhayati

Pagi ini aku dikejutkan oleh sebuah chatt dari seorang teman sejawat.

"Uni, dicari pak CEO tu," ucapnya dengan emoticon serius.

"Dicari? Maksudnya?"

"Aku bingung. Masa seorang CEO mencariku? Aku bukan siapa2. Kalau mau diberi hadiah tentang tulis menulis, menulispun baru kemaren sore," ucapku dalam hati

"Ayo segera meluncur ke group Mediaguru." Kembali temanku bersorak.

"Asiaappp."

Aku menyisir tulisan satu persatu di laman efbi Mediaguru. Mataku terus mengamati nama CEO yang paling digandrungi itu. Penasaranku semakin naik level..

Taraaaa ....

Akhirnya kutemukan jua. Saat membaca kata demi kata rasa deg-degan merasukiku. Sebuah instruksi cetar membuatku terpana.

"Ada apa, Uni?"

"Ini ada info penting dari Pak CEO. Silakan dibaca."

"Ok. Sip."

Ada banyak guru penulis bernama Nur Hayati di MediaGuru. Tiga orang ini yang terdata karena hadir di Temu Nasional Guru Penulis (TNGP) 2019.

Saya minta mereka bertiga cari kembarannya.

Jadi, jika Anda juga punya nama Nur Hayati, segera gabung kelas Sagusabu. MediaGuru tertarik menerbitkan buku antologi yang ditulis oleh 20 NUR HAYATI SE-INDONESIA.

Bantu tag semua akun teman FB Anda yang bernama Nur Hayati.

Nyaingin kekompakan Udin sedunia, hehe..

Ok sobat... sudah kenal belom sama CEO Mediaguru?

Kalau belum, sini aku perkenalkan secara singkat.

Muhammad Ihsan adalah Founder & CEO Gurusiana. Pemimpin Umum Media Guru Indonesia (MediaGuru). CEO Majalah Literasi Indonesia.

Penggagas gerakan nasional Satu Guru Satu Buku (Sagusabu), Satu Siswa Satu Buku (Sasisabu), Satu Dosen Satu Buku (Sadosabu), dan Satu Mahasiswa Satu Buku (Samasabu). Alumni Jurusan Kimia IKIP Surabaya (sekarang Universitas Negeri Surabaya, Unesa).

Tinggal di Surabaya bersama istri dan 4 anak. Bisa dihubungi di Facebook mohammadihsan atau e-mail: ihsan@gurusiana.id

"Silakan bagi yang berminat ..."

"Berminat apanya?"

"Au ahhh ... aku mau melanjutkan cerita dulu."

Pertemuan trio Nurhayati di acara TNGP tanggal 29 November 2019 di Jakarta kemaren berbuntut panjang.

"Emang ada masalah apa, Uni?" Seseorang yang duduk di sampingku ikutan kepo.

"Ngg. Cuma menegaskan saja. Agar Nurhayati yang ada di seluruh Indonesia segera merapat. Karena menulis buku antologi dengan nama penulis NURHAYATI segera di mulai.

Wow keren ...

Iya dong...

Sebenarnya ini sudah lama kami gagas. Namun tenggelam seiring kesibukan. Sudah punya group WA juga yang dibuat oleh Nurhayati Batam pada tanggal 6 April 2019.

Ayooo...yang punya nama NURHAYATI. Anda ingin meningkatkan level bahagia?
Bergabunglah bersama kami😁

Note
Jika Anda menemukan NURHAYATI, segera lapor ke akunt di atas🤗

Rabu, 11 Desember 2019

NURHAYATI (DPO)

NURHAYATI (DPO)
By Noerhayati

Pagi ini aku dikejutkan oleh sebuah chatt dari seorang teman sejawat.

"Uni, dicari pak CEO tu," ucapnya dengan emoticon serius.

"Dicari? Maksudnya?"

"Aku bingung. Masa seorang CEO mencariku? Aku bukan siapa2. Kalau mau diberi hadiah tentang tulis menulis, menulispun baru kemaren sore," ucapku dalam hati

"Ayo segera meluncur ke group Mediaguru." Kembali temanku bersorak.

"Asiaappp."

Aku menyisir tulisan satu persatu di laman efbi Mediaguru. Mataku terus mengamati nama CEO yang paling digandrungi itu. Penasaranku semakin naik level..

Taraaaa ....

Akhirnya kutemukan jua. Saat membaca kata demi kata rasa deg-degan merasukiku. Sebuah instruksi cetar membuatku terpana.

"Ada apa, Uni?"

"Ini ada info penting dari Pak CEO. Silakan dibaca."

"Ok. Sip."

Ada banyak guru penulis bernama Nur Hayati di MediaGuru. Tiga orang ini yang terdata karena hadir di Temu Nasional Guru Penulis (TNGP) 2019.

Saya minta mereka bertiga cari kembarannya.

Jadi, jika Anda juga punya nama Nur Hayati, segera gabung kelas Sagusabu. MediaGuru tertarik menerbitkan buku antologi yang ditulis oleh 20 NUR HAYATI SE-INDONESIA.

Bantu tag semua akun teman FB Anda yang bernama Nur Hayati.

Nyaingin kekompakan Udin sedunia, hehe..

Ok sobat... sudah kenal belom sama CEO Mediaguru?

Kalau belum, sini aku perkenalkan secara singkat.

Muhammad Ihsan adalah Founder & CEO Gurusiana. Pemimpin Umum Media Guru Indonesia (MediaGuru). CEO Majalah Literasi Indonesia.

Penggagas gerakan nasional Satu Guru Satu Buku (Sagusabu), Satu Siswa Satu Buku (Sasisabu), Satu Dosen Satu Buku (Sadosabu), dan Satu Mahasiswa Satu Buku (Samasabu). Alumni Jurusan Kimia IKIP Surabaya (sekarang Universitas Negeri Surabaya, Unesa).

Tinggal di Surabaya bersama istri dan 4 anak. Bisa dihubungi di Facebook mohammadihsan atau e-mail: ihsan@gurusiana.id

"Silakan bagi yang berminat ..."

"Berminat apanya?"

"Au ahhh ... aku mau melanjutkan cerita dulu."

Pertemuan trio Nurhayati di acara TNGP tanggal 29 November 2019 di Jakarta kemaren berbuntut panjang.

"Emang ada masalah apa, Uni?" Seseorang yang duduk di sampingku ikutan kepo.

"Ngg. Cuma menegaskan saja. Agar Nurhayati yang ada di seluruh Indonesia segera merapat. Karena menulis buku antologi dengan nama penulis NURHAYATI segera di mulai.

Wow keren ...

Iya dong...

Sebenarnya ini sudah lama kami gagas. Namun tenggelam seiring kesibukan. Sudah punya group WA juga yang dibuat oleh Nurhayati Batam pada tanggal 6 April 2019.

Ayooo...yang punya nama NURHAYATI. Anda ingin meningkatkan level bahagia?
Bergabunglah bersama kami😁

Note
Jika Anda menemukan NURHAYATI, segera lapor ke akunt di atas🤗

Jumat, 19 Juli 2019

Sedih

*Sedih*
*By Noer*

"Apa warna sedihmu?" Tanya Pak Ujang tiba-tiba.

"Sedihku bernuansa kuning."

"Kenapa? Bukannya sedih biasanya cenderung dengan warna kalem. Sementara kuning akan beesanding dengan hal-hal yang membahagiakan."

"Terserah aku dong. Kan sedihku", dengan suara menantang.

Kesedihan bukan tanpa sebab. Semua ini berawal dari pertengkaran Umar dan Samsul tempo hari. Hingga menenggelamkan hatiku ke dalam lumpur ungu.

Lalu, melahirkan hijau dalam meranaku.

"Bohong lo. Mana bisa dikatakan merana. Sementara wajahmu hijau berseri."

"Bapak takkan pernah mengerti. Meranaku ini membuat wajah cantikku terciprat  jus alpokat buatannya nenek.

Lalu, pupuslah harapanku. Aku merasa Umar tak lagi seperti dulu. Malamku pun menjadi biru. Tanpa kehadirannya di sisiku.

Tangisku menjadi coklat. Katakan aku cengeng atau manja ala jewe. Biarlah. Aku emang benar-benar menginginkan kehadirannya.

Akhirnya, air mata abu-abuku tak mampu kubendung. Mengalir membasahi pipiku. Serta menembus lipstik merah kesayanganku.

Ahhh... hati ini terlanjur hampa. Berselimut kabut hitam. Sudahlah... semoga besok orange nya mentari mampu menghapus sedihku ini.

#JeWe45
#juruslelangi

Wanita Usil

*Wanita Usil*
*By Noer*

Sejauh mata memandang kulihat tulisanmu kian lincah. Affirmasimu kian mewabah. Lantas apa lagi yang membuatmu mual dan muntah?

Kudengar ia seorang wanita kuat dan tangguh. Walau sang kekasih sering selingkuh. Namun ia begitu kukuh. Menangkalnya dengan jurus ampuh.

Tak satupun yang ia risaukan. Kehidupannya begitu membahagiakan. Setiap kata-kata yang ia ucapkan. Akan berubah menjadi butiran berlian. Dan menjadi penulis adalah cita-cita yang paling diinginkan.

Tarian jempolya kian seksi. Setiap paragrafnya bertabur diksi. Membuat pembaca senyum senyum sendiri. Hingga lupa sedari pagi belum mandi.

Uni Noer nama beliau. Orangnya begitu memukau. Sering dapat kiriman baju dari Makaw. Jika ia sudah berdandan semua orang akan terpukau.

#JeWe45
#juruspancaindra
#bahagiadenganmenulis
#vibahvinta

Minggu, 14 Juli 2019

Kegilaan JW

*Kegilaan JW*
*By Noer*

Jika bisa gila kenapa harus waras. Jika bisa berkarya kenapa harus malas-malas.

Kelas 45 emang super duper. Apapun bisa jadi tulisan.

Mba Yuriz aja bisa makan cabe. Apalagi Linbad yang punya ilmu meneketehe🙈

Semenjak kenal JeWe keahlianku semakin bertambah. Perangaiku semakin lincah.

Mulai dari chattingan sambil goreng terong. Masak air sampai panci gosong. Hingga mengubah telor rebus menjadi telor bakar.

Tik
Tik
Tik

Bunyi dentingan panci gosong mengusik konsentrasiku. Asap mulai mengepul hingga menyapa penciuman dengan mesra.

Allahu Akbar

Kaki berlarian dengan cepat. Tangan beraksi dengan sigap. Mengambil air satu gayung. Memyelamatkan panci yang mulai gosong.

Membalas chatt sambil ngulek cabe? Bisa dong.

Itulah kerennya belajar di JW. Tak ada istilah beternak alasan. Apalagi manja-manjain. Bakalan  takkan diladeni.

Mau tau banyak tentang keseruan belajar di JW?

Yuk, segera bergabung!

#menulisitubahagia
#menulisitusedekah
#vintavibah

Rindu Tak Berpintu

*Rindu Tak Berpintu*
*By Noer*

Rindu itu berat. Kamu takkan kuat. Biar aku saja yang melarat. Asalkan yang disayang datang mendekat.

Selepas bertengkar sama Titin, aku sengaja menghilang dari peredaran. Bukan karena tak sudi melihat wajahnya. Namun keikhlasan jua yang belum sempurna.

Kucoba merenungi apa yang telah kuperbuat. Sehari dua hari. Sampai hari ketiga terasa begitu mengikat.

Sejauh mata memandang. Yang kulihat hanya hamparan sawah dan ladang. Akhirnya pandanganku tertumbuk pada hamparan berlian merah.

Apa itu?

Butiran mutiara merah menyala mengusik penglihatanku.

Apa warna rindumu?

Sebatang cabe merah menginterogasiku. Aku terpana dan memcoba memerhatikan gerak geriknya.

Kalau dia tahu apa warna rinduku, mungkin dia tak akan tega bertanya. Karena warna rinduku sudah merah kehitam-hitaman.

Seperti warna bisul menunggu meletus. Hitam, merah dan ada nanah di puncaknya.

Aku dekati pohon cabe yang buahnya sudah ranum. Kupetik dengan penuh rasa. Kemudian kutarik agar ia tak terepas dari genggaman.

"Kemana aja, Uni. Apa yang membuatmu mengurung diri?"

Pohon cabe yang berada di depanku tak puas-puasnya bertanya. Sepertinya ia khawatir dengan kondisi jiwaku.

Aku bukan tak mau curhat. Namun ini sulit. Karena berkaitan dengan pilihan hati.

Jika pilihan membuat otakmu buntu. Mengapa tak mengadu pada yang Satu.

#JeWe45
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#vintavibah

Tak Bisa Dipercaya

*Tak Bisa Dipercaya*
*By Noer*

Melihat Umar dan Samsul bertengkar, hati ini terasa di cabik-cabik. Apa yang harus aku lakukan? Berpihak kepada Samsul atau Umar?

Aku masih berdiri kaku di depan pintu. Menyaksikan Umar berdiri setelah ditinggal Samsul dengan kata-kata setajam silet. Aku tak menyangka Samsul akan setega itu. Padahal mereka berdua adalah kawan akrab bila dibandingkan dengan Budi dan Yudi.

Tega-teganya Samsul membuka aib orang tua Umar yang selama ini ia tutup rapat-rapat. Jangankan semut, angin saja tak ia biarkan masuk. Begitu ia menjaga agar tak ada satu pun yang mengetahui rahasia orang tuanya.

Sekarang, Samsul yang telah ia anggap sebagai orang yang paling ia percaya, tega mengumbarnya di depan teman-temanya. Sebagai teman curhatnya ia membobol pintu rahasia itu.

Umar masih tak percaya atas apa yang barusan diucapkan Samsul. "Sungguh tega kau, Samsul", ucap Umar lirih.

Aku mencoba berjalan beberapa langkah mendekati Umar. Namun tampak Umar berjalan ke arah kanan mendekati Titin yang sejak tadi sudah melirik-lirik ke arah Umar. Aku menyaksikan dengan mata telanjangku mereka berjalan berdua menuju kantin sekolah.

Hancur hati ini semakin tak terkira. Tak tau apa yang harus dilakukan. Akhirnya aku balik kanan dan  kembali ke dalam kelas.

"Apa warna pendengaranmu?" Sebuah suara memaksaku untuk mendongakkan kepala. Sebuah suara yang tak asing lagi aku dengar.

"Apa-apaan ini. Jangan ganggu aku. Tinggalkan aku sendiri," ucapku sedikit emosi.

"Tenang sobat. Dunia ini bukan milikmu. Jadi tak perlu sedu sedan itu," ucap suara itu.

"Orange. Orange yang kreatif dan kaya akan imajinasi," jawabku pelan.

Aku semakin tak habis pikir. Semakin ke sini Umar semakin sulit dipahami. Aku mau dia berterus terang. Sakit rasanya dipermainkan seperti ini.

Titin juga demikian. Sebenarnya ia tahu kalau aku suka pada Umar. Tapi lagi-lagi ia tak peduli akan perasaanku. Katanya berkawan, tapi Umar tetap ia embat. Benar-benar musuh dalam selimut.

"Mengapa kamu masih bisa mendengar sampai detik ini?

Suara itu kembali membuyarkan lamunanku. Kalau ditanya sekarang aku mau saja tak mendengar. Rasanya begitu sakit dan perih. Apalagi bisikan hati ini yang semakin jelas terdengar. Kalau bukan karena takut dicap sebagai manusia kufur nikmat, sudah ku buang ini pendengaran.

"Jangan putus asa begitu, Uni. Takkan lari gunung di kejar," sapa Maria mencoba menghiburku. Sambil ia terus berjalan keluar kelas.

Aku kembali membuka catatan harianku. Semua tentang Umar kusimpan rapi dalam diari. Bila wakyunya tiba, akan kuserahkan catatan ini padanya. Agar ia tahu isi hatiku yang sebenarnya. Akankah terwujud?

Entahlah!

"Bagaimana caramu menjual pendengaranmu?"

Pertanyaan ini membuat aku tertegun dan sejenak berpikir. "Apa sebaiknya aku jual saja pendengaran ini? Berapa harga yang harus aku patok? Biar aku tak perlu lagi mendengar kata hatiku.

"Jangan, Uni. Masa' gara-gara Umar mau ngejual pendengaran? Uni, waras? Tanya cicak di dinding yang sedari tadi memperhatikanku.

"Kapan sebenernya kamu betul betul mendengar dengan hati?"

"Saat ini. Saat hati terasa diiris-iris dan disiram perasan air jeruk," ucapku lirih.

Tiba-tiba Titin masuk tanpa Umar. Aku melirik kemudian kembali menatap diari. Tampak ia berjalan ke arahku.

"Maafkan aku Nur"

"Maaf? Untuk apa? Tanyaku tanpa menatap.

"Aku tau kau begitu menyukai Umar. Namun saat ini Umar lebih memilih aku sebagai teman dekatnya", penjelasan Titin begitu tajam.

"Begini yang dinamakan teman. Menggunting dalam lipatan. Kau bilang kau kawan. Kawan yang siap mendengar keluh kesahku. Tapi sekarang apa?"

Suaraku semakin meninggi. Dada terasa semakin sesak. Butiran bening mulai menggenang. Akhirnya jatuh membasahi pipi.

Aku tak kuasa lagi. Aku masukkan diariku ke dalam tas. Kemudian pergi meninggalkan Titin yang masih duduk termangu. Aku bergegas keluar tak ingin mendengar penjelasannya.  Apalagi melihat mukanya.

"Apa saja sih yang sebaiknya kau dengar?" Suara itu selalu menguntitku. Tak peduli aku sedang galau dan risau.

"Tentunya hal-hal yang baik dan yg bermanfaat." Aku masih berusaha menjawab pertanyaannya. Walau sebenarnya hati ini terasa begitu hancur dan lebur.

Bagaimana tidak. Titin yang sudah ku anggap lebih dari saudara kandung, begitu tega mengkhianatiku.

"Berapa harga pendengaraanmu?"
"Aduh...harga pendengaranku ditanya lagi. Ngg bakalan kujual"

Aku sedikit emosi. Karena aku belum bisa berpikir jernih. Hatiku galau. Antara melepaskan dan memperjuangkan.

Mau dipertahankan ia seperti acuh tak acuh. Hanya Titin saja yang memberikan penjelasan. Sementara ia masih memberi harapan. Ia masih mengirim pesan sekali sehari. Setidaknya menanyakan sudah makan atau belum. Sudah salat atau belum.

"Apa hubungan antara pendengaranmu dan tulisanmu?"
"Dengan mendengar banyak hal yang bisa ditulis. Sehingga ide tak saja parkir apalagi mangkir."

Aku tak mau pendengaranku bernasib seperti pertemananku dengan Titin. Lain yang didengar lain pula yang diperbuat. Tak seiring sejalan. Konco arek lawan kareh. Incek cubadak bagomok (licik).

Jauh dalam lubuk hatiku, tak terbersit sedikitpun untuk bermusuhan dengan Titin. Namun ini masalah hati. Aku tak bisa berbohong.

"Lalu, apa  saja  yang akan kau katatan pada pendengaranmu?"
"Pendengaranku yang jenial. Mulai dari sekarang dan seterusnya aku akan menggunakanmu menjadi sumber inspirasiku. Apapun yang kau dengar akan aku jadikan sebuah tulisan. Dan akan aku sedekah pada pembaca yang selalu merindukan tulisanku."

Mulai hari ini dan seterusnya, setiap yang aku dengar akan aku tulis menjadi sebuah kisah inspiratif. Seperti kisahku dalam mendapatkan cintanya Umar. Takkan kubiarkan ia lepas begitu saja.

"Terakhir, apa nama terbaik untuk pendengaran berlianmu?"
"Jenial"

Ssssetttt

Suara itu pergi bersamaan dengan pertanyaan yang sedari tadi terus mengintrogasi pendengaranku. Begitu juga dengan rasa pertemananku dengan Titin.

Tinggallah aku bersama kegalauanku. Entah kapan akan berakhir dan berlalu. Aku sendiripun tak tau. Semakin kutepis rasa ini semakin menyiksaku.

#JW45
#Tanggadramatik
#Menulisitusedekah
#Menulisdenganbahagi

Antara Ada dan Tiada

*Antara Ada dan Tiada*
*By Noer*

Sedang asyik-asyiknya ngobrolin Umar dan Samsul, tiba-tiba Pak Ujang tergopoh-gopoh masuk kelas. Hingga lupa mengucapkan salam. Apalagi menyapa muridnya.

Aduhhh...

Lyza dan Umar yang lagi asyik ngobrol di belakang pintu mengaduh kesakitan. Karena Pak Ujang mendorong pintu dengan kekuatan yang bercampur emosi.

Mendengar ada suara orang kesakitan, Pak Ujang menoleh ke arah sumber suara. Tanpa menggubris sedikitpun kemudian ia berlalu begitu saja.

Tanpa ba bi bu, Pak Ujang melempar pertanyaan tentang pendengaran.

"Apa warna pendengaranmu?"

Mendengar suara Pak Ujang, seketika semua muridnya berhamburan ke dalam kelas. Dan langsung menjawab dengan lugas.

"Orange. Orange yang kreatif dan kaya imajinasi", aku menjawab sesuai hijab yang aku pakai.

"Warna pendengaranku hitam bagai bayangan, kelihatan tapi tidak kedengaran. Seperti kedatangan coach", jawab Helda.

Karena saking seriusnya ngobrol, ia tak melihat Pak Ujang melintas di depannya.

"Pendengaranku berwarna bening air."

Dalam keheningan suara Eko terdengar menggema. Rupanya  ia menjawab pertanyaan Pak Ujang dari luar, nyaut dari jendela.

Semua sibuk dengan tugasnya masing-masing. Tapiii... tiba-tiba sosok Pak Ujang menghilang. Warga kelas ribut mencari sosok Pak Ujang.

"Sepertinya tadi bukan coach bundo," ucap Helda pada Darma dengan mimik ketakutan.

"Lha trus siapa mbak ??" Suara Titin bergetar.

"Samsul mungkin," Lyza menimpali.

"Jangan jangan...," Helda semakin ketakutan.

"Pak Ujang ngumpet di mana?" Oom mencari keberadaan beliau sampai ke kolong meja.

"Mengapa anda masih bisa mendengar sampai detik ini?
Bagaimana caramu menjual pendengaranmu?

Suara Pak Ujang mengagetkan Oom. Begitu juga dengan yang lain. Tak pernah Pak Ujang seperti ini. Hingga menimbulkan pertanyaan bagi muridnya.

"Karena anugrah yang luar biasa dari sang pencipta. Ia berikan kesempatan pada kita untuk mendengar. Agar pendengaran yang diberikanNya bisa dimanfaatkan untuk mendengar hal yang baik-baik."

"Dengan cara mendengarkan hal2 yang baik dan tak lupa pula menyampaikan hal yg baik itu pada orang lain. Agar pendengaran kita terasa manfaatnya."

Aku langsung menjawab pertanyaan dari pak Ujang dua sekaligus. Karena takut dia ngilang lagi.

"Kapan sebenernya anda betul betul mendengar dengan hati?"

"Saat hati mengalami problem. Saat itu perlu menggunakan hati untuk mendengar. Agar apa yang kita dengar betul2 hal yang patut didengar. Karena mendengar dengan hati jauh lebih bening dari pada mendengar dengan telinga."

"Apa saja sih yang sebaiknya anda dengar?"

"Tentunya hal2 yang baik dan yang bermanfaat".

"Berapa harga pendengaraanmu?

"Aduh...harga pendengaranku ditanya lagi. Ngg bakalan gua jual".

Aku agak tersinggung sebenarnya. Sudah berulangkali aku sampikan. Bahwa hal-hal yang berkaitan dengan diri, aku tak akan pernah menjualnya. Namun Pak Ujang seperti seringkali melakukan hal yang sama.

Hingga aku bertanya-tanya dalam hati. Apa Pak Ujang juga seorang pedagang? Pedagang apa? Jangan-jangan penjual bakso yang bahan dasarnya telinga manusia?

Upsss...

"Hati-hati lho bicara. Kedengaran sama Pak Ujang tau rasa lo", ucap pedengaranku berbisik.

"Biarin. Emang gua pikirin. Yang penting gua nulis. Ea ea", ucapku  sambil nyengir.

Tapi sepertinya Pak Ujang mendengar pembicaraanku. Karena tampak ia melirikku dengan sudut mata kiri. Melirik dengan sudut mata kiri menandakan orang itu tidak menyukai kita.

"Yakin lo", jilbab orange ku bertanya.

"Yakin ngg yakin sih".

"Apa hubungan antara pendengaranmu dan tulisanmu?"

"Dengan mendengar, banyak hal yang bisa ditulis. Sehingga ide tak saja parkir apalagi mangkir."

"Lalu, apa  saja  yang akan kau katakan pada pendengaranmu?"

"Pendengaranku yang jenial. Mulai dari sekarang dan seterusnya aku akan menggunakanmu menjadi sumber inspirasiku. Apapun yang kau lakukan akan aku jadikan sebuah tulisan. Dan akan aku sedekah pada pembaca yang selalu merindukan tulisanku."

"Apa nama terbaik untuk pendengaran berlianmu?"

"Jenial, dong". Jawabku dengan bangga.

Semua pertanyaan telah selesai dilempar Pak Ujang. Dengan menyuruh muridnya mengucap hamdalah. Namun sepertinya wajah beliau tampak kusut
Tak seperti biasanya.

"Yang sudah selesai silakan bertanya."

Saatnya kami muridnya menghujam Pak Ujang dengan berbagai macam pertanyaan.

Eko, Darma, Noer, Titin, Lyza, Jauharoh.

Namun semua pertanyaan tak ada yang mengena di hati beliau. "Kalian jangan manja dong. Buatlah pertanyaan cerdas". Begitu beliau menanggapinya.

"Awas, singa Pak Ujang mulai beraksi ", ucapku dalam hati.

"Kalau aku singa, masalah buat lo?" Beliau menghampiriku.

Aku ogah dengan tatapan tajamnya. "Emang gua pikirin." Semakin beliau melotot semakin aku penasaran.

Ea
Ea

#JW45
#Tanggadramatik
#Menulisitusedekah
#Menulisdenganbahagia

Niat Hati Memeluk Gunung Apa Daya Tangan Tak Sampai

*Niat Hati Memeluk Gunung Apa Daya Tangan Tak Sampai*
*By Noer*

Aufa adalah seorang siswa di salah satu SMP negeri di kampungnya. Sudah duduk di kelas IX. Tinggal menghitung hari untuk mengikuti ujian nasional.

Prestasinya memang tak begitu menonjol. Biasa-biasa saja. Namun ia rajin dan tekun. Tak pernah sekalipun ia ber masalah tentang nilai atau pun sikap. Ya, termasuk siswa yang patuh dan rajin.

Namun belakangan ini, ia tampak murung. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Sakit? Bukan. Ia masih tetap sekolah. Namun setiap pembelajan berlangsung konsentrasinya agak terganggu. Sering ia dapat teguran dari sang guru.

"Aufa. Apa kamu paham yang saya jelaskan tadi", sapa Pak Zam guru agama.

"Aaapa, Pak?" Ia kembali bertanya.

Tak satupun materi yang singgah di kepalanya. Masuk telinga kiri keluar lagi ke telinga kiri. Tak ada yang nyangkut.

Elya sebagai kawan akrabnya heran. Untuk bertanya ragu. Takut akan disangka terlalu ikut campur urusan pribadinya.

Semakin ia perhatikan Aufa semakin galau. Elya semakin tak tega melihat teman akrabnya.

"Aufa, temanin aku ke toilet bentar," ajak Elya.

Aufa mengangguk tanda setuju. Tanpa menjawab sepatah katapun. Kemudian mengikuti Elya dari belakang.

Elya berniat mengulik informasi kenapa ia begitu berbeda. Tak seperti biasanya. Periang dan pandai berkawan. Kadang juga usil.

"Tunggu aku bentar ya," sorak Elya sambil membanting pintu kamar mandi.

Prak

Aufa menunggu di luar sambil mencabik-cabik lembaran daun bunga bougenvil yang ditata di di sisi toilet. Sepertinya ia melepaskan gundah hatinya.

"Sini, ada sesuatu hal yang ingin gua sampaikan," Elya menarik tangan Aufa sedikit memaksa.

Aufa terpaksa mengikut di belakang. Walau sebenarnya hatinya menolak.

"Maaf, jika lancang. Sejak kapan kamu makan goreng lidah burung kutilang", tanya Elya menatap Aufa.

"Maksudmu?"

"Aku perhatikan beberapa hari ini lidahmu sangat kaku. Atau sariawan ya?"

Berbagai macam pertanyaan aneh dilontarkan Elya. Agar Aufa mau bercerita. Akhirny usik punya usik Aufa bercerita. Apa sesungguhnya yang menimpanya.

Orang tuannya menjodohkannya dengan anak saudara tetangganya yang bekerja sebagai pedagang kain. Sudah mandiri dan memiliki sepetak toko pemberian orang tuanya.

Ting
Ting

Belum selesai bercerita, bel tanda masuk telah berbunyi. Namun Elya sengaja menunda masuk kelas beberapa saat, demi mendengar curhatnya Aufa.

Juan nama pemuda itu. Orang ketiga yang hadir sebagai pengacau masa remaja Aufa. Jauh di lubuk hati Aufa yang paling dalam, sedikitpun tak menyukai Juan. Ia masih ingin melanjutkan sekolah.

Tapi apa hendak dikata. Pola pikir orang tuanya yang masih kampungan. Hingga membuat ia tak bisa berkutik. Jika ia menolak pinangan Juan, siap-siap dibuang dari keluarga.

Ini yang menjadi beban bagi Aufa. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi umurnya yang baru seumur jagung, darah pun baru setampuk pinang.

Tak bisa ia mencarikan solusi atas permasalahannya. Kedua orang tuanya tetap pada pendirian.

Egois?

Entahlah. Hanya tuhan dan dia yang paham.

#JeniusWriting
#vinta
#vibah

Usil Kesentil

Usil Kesentil
By Noer

Usil itu monyet
Monyet itu usil
Jika tidak usil
Itu bukan monyet.

Seketika kata-kata itu lewat di depanku.

Hap...

Lalu kutangkap. Sedikit saja terlambat. Yang lain siap mengembat.

Sesekali usil juga perlu. Agar pikiran tak parkir melulu. Dan imajinasi tak selalu sendu.

"Heiii tampar aku dong," sapaku pada salah seorang temanku.

"Kamu, waras," Umar menyergahku.

"Sudahku bilang darikemaren. Kewarasanku terganggu karena ulahmu."

Umar semakin tidak paham denganku. Semakin dia menjauh semakin aku mendekatinya. Hingga teman-temanku terheran-heran. Heran dengan kenekatanku.

Bukannya aku tak paham dengan isyaratnya Umar. Namun, usilnya itu yang membuat aku bahagia.

Sudahlah. Kita tinggalkan Umar dengan pesonanya. Kalau jodoh takkan kemana. Takkan lari gunung di kejar.

Takkan lari gunung di kejar
Usah hati cemas berdebar
Walau jauh nian perjalanan
Kan jumpa jua nan di angan

Kembali ke laptop!

Jika usil itu boleh, timbul pertanyaan. Usil yang seperti apa? Karena secara kbbi usil adalah adalah: suka mengusik (mengganggu, memperolok-olok, mencampuri urusan orang lain,....

Gawat dong kalau usil itu seperti yang dipaparkan kbbi.

Jangan cemas sobat. Jangan kaku. Karena tak semua usil itu berbahaya. Ada usil yang membuatmu bahagia. Mau tau? Atau mau tau banget?

Ok

Tak kasih tau.
Tadi pagi di padepokan JeWe terjadi tragedi usil-usilan. Membuat para gen JeWe tersenyum bahagia. Bagaimana tidak bahagia coba. Tiba-tiba sang guru bertanya tentang keusilan.

Apa warna usilmu hari ini? Memgapa penulis harus usil? Bagaimana cara mendapatkan income dari keusilan? Kapan Anda benar benar bisa memanfaatkan usilmu? Apa saja yg bisa kamu usilin? Apa hubungan usilmu dengn monyet? Berapa sih harga usilmu?

Beragam jawaban yang muncul dari gen JeWe. Mulai dari munculnya berbagai jenis warna. Mencolek panca indra. Bahkan sampai memecahkan telor.

Mau buat kue?

Bukan. Itu jurus ampuhnya sang guru. Kalau sobat mau tau, ayo mampir di padepokan JeWe. Tapi maaf aku tak bertaggung jawab jika sobat kena virus.

Virus?

Ya. Namanya vinta dan vibah.

"Dia Kembar?"

"Bukan. Serupa tapi tak sama."

Sudah
Sudah

Azan magrib berkumandang saatnya menunaikan perintahNya.

#JeWe
#vintadanvibah

Usil Itu Awet Muda

*Usil itu Awet Muda*
*By Noer*

Jika usil menghasilkan karya. Apalagi dibarengi dengan usaha. Lantas mengapa masih berleha dan terlena.

Sejauh mata memandang, kepala plontosnya Atuk semakin bersinar. Jika ada syarat untuk menjadi penyembuh batuk adalah sehelai rambut, sangatlah rumit.

"Atuuuk, kenapa gigi atuk lebih lebat dari rambut?, tanya Adek salah satu cucunya.

"Karena Atuk pintar", jawab Atuk tersenyum usil.

Owh...

Adek mengangguk kurang percaya. Padahal dalam kepalanya timbul berbagai macam pertanyaan.

Atuk pintar???

Dulu, Atuk memiliki rambut yang bagus. Warnanya hitam mengkilat bak sepatu siap disemir. Sehelai pun tak diizinkannya berdiri. Karena menghabiskan sebotol minyak kemiri dalam sepekan.

Sekarang entah apa yang terjadi. Hingga merontokkan semua helaian rambutnya. Jangankan segenggam, sehelai pun tak bersisa. Namun Nenek tetap cinta. Malah semakin mesra. Mengalahkan pasangan pengantin baru yang masih malu-malu.

Ahaiii...

Nanti Atuk berencana akan pakai wig katanya. Biar tambah gagah. Agar nenek tak berpaling ke lain hati.

"Nek, uang hasil penjualan padi bulan kemaren boleh, Atuk pinjam dulu ngg?"

"Atuk mau umrah lagi?", tanya nenek sambil menikmati pisang goreng hangat.

"Mau beli rambut palsu. Biar tambah ganteng", jawab Atuk tersenyum simpul.

"Eeee...ingat umur, Tuk. Udah tueng. Atau jangan-jangan?...."

Heeee...

"Umur jika telah melewati umur nabi, sudah seharusnya diwaspadai. Karena sudah merupakan bonus dari sang Ilahi. Kenapa masih saja mengejar kesenangan duniawi", nenek mulai menceramahi.

"Sabarrr, cinta Atuk hanya untuk  nenek seorang", sambil mencubit pipi kempot nenek.

Ihaaaaa, suara Adek mengganggu kemesraan mereka berdua. Sementara nenek sudah terbang melayang ke udara. Cemburu di hati hilang seketika.

Layang-layang terbang tinggi melenggok kanan dan kiri
Walau kadang menyenggol hati Namun Atuk tetap di hati

#JeWenasional
#juruspancaindra
#jurusdsn
#juruspecahtelor

Mata

*Tugas 3/5*

*MATA*
*By Noer*

Menjadi lebih baik setelah sempat terjatuh itu penting. Karena dari situlah kita tahu bahwa hidup ini butuh perjuangan. Tak ada satupu di dunia ini tanpa perjuangan. Sekalipun untuk menelan sebutir nasi. Lantas, apa yang akan kau perjuangkan hari ini?

Ambisi itu juga tak kalah penting. Tanpa ambisi hidup ini tak bertujuan. Jangankan kita sebagai khalifah di muka bumi. Setan pun punya ambisi untuk menggoda manusia kepada kesesatan. Tidakkah mereka telah meminta ijin pada Allah agar diperbolehkan untuk menyesatkan manusia. Lalu, manusia seperti apa yang mudah digodanya? Dan apa benteng dirimu agar tak mudah dimakan rayuannya?

Tentunya iman yang kokoh. Iman yang terpaut akan keesaanNya. Hanya manusia yang punya tujuan hidup dunia dan akhirat yang mampu mengenyahkan godaan dari dalam dirinya. Apakah dari arah depan, kiri, kanan dan juga belakang. Seperti yang terdapat dalam surat Al-A'raf ayat 17.

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

"Aku akan mendatangi mereka dari seluruh arah dan sisi. Maka aku akan menghalangi mereka dari jalan kebenaran, dan aku akan tampakan seperti indah kepada mereka sebuah kebatilan, dan aku dorong mereka mencintai dunia serta aku sebarkan keraguan-raguan pada mereka tentang akhirat. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan anak keturunan adam bersukur terhadap nikmat-nikmatMu. ”

Wallahu a'lam.

#JeWe45
#tugasjuruspecahtelor
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Mata

*Tugas (2/5)*

*MATA*
*By Noer*

Menjadi mata-mata untuk diri sendiri itu penting. Agar apa yang kita lakukan selalu dalam kehati-hatian. Karena semua perbuatan kelak akan diminta pertanggungjawabannya.

Agar setiap langkah kita tetap dalam lingkaran kebaikan, tentunya sesuai dengan tuntunan yang telah digariskan. Tak boleh keluar dari rel yang sesungguhnya. Apalagi kalau bukan sesuai dengan tuntunan ayat-ayatNya. Alquran dan hadistnya.

Tetapi, mengapa masih saja ada yang membutakan mata. Membutakan mata dari kebenaran. Tidakkah keduanya sebaik-baik pedoman. Mengapa masih saja banyak yang mengingkarinya? Mengingkari kebenaran hati lebih tepatnya.

Akhir dari perjalanan manusia adalah kembali kepadaNya. Siap atau tidak pasti waktunya akan tiba. Sedetik tak bisa ditunda. Apalagi untuk mempercepatnya.  Sudahkah mempersiapkan diri berjumpa denganNya?

Wallahu a'lam

#JeWe45
#tugas5juruspecahtelor
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Umar

*Umar*
*By Noer*

*Usaha* adalah seperangkat kekuatan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Seperti layang-layang yang begitu membutuhkan angin. Ia tak akan terbang sebelum ada hembusan. Tak akan melayang sebelum ada belaian.

*Menyayangi* adalah kodratnya manusia. Manusia yang bagaimana? Manusia yang punya segala rasa. Rasa sayang yang terutama. Rasa cinta yang pertama.

*Asa* merupakan harapan yang seharusnya diwujudkan. Demi tercapainya keinginan. Tak sebatas dalam angan. Agar hati tergembirakan. Segera genggam kebahagiaan.

*Rasa* adalah sesuatu yang ada dalam dada. Penuhi jiwa dengan doa. Agar sorga menjadi tujuan utama. Jauhi murka di dunia. Agar bahagia selamanya.

*Ini Umarku, mana Umarmu?😊

#JeWe45
#tugasjuruspecahtelor
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Colek mba @⁨Titin Prasetyawati⁩

Mata

*Mata*
*By Noer*

Mendengarkan suaramu saja sudah terobati hati nan luka. Apalagi kehadiranmu benar-benar nyata. Seakan  berada di taman surga.

Aku tak menyangka kau begitu memesona. Padahal sejauh mata memandang beribu bintang yang bercahaya. Namun, kenapa kamu yang selalu membuat tergila-gila.

Tak pernah aku bercita-cita. Akan menjadikanmu pelipur lara. Tetapi itulah kehidupan dunia. Tak ada seorangpun yang bisa menduga.

Aku hanya bisa berusaha dan berdoa. Jika suatu masa kau dan aku hidup berdua. Aku mau kau akan tetap setia. Walau badai selalu menimpa. Tak kan goyah diterjang gempa. Takkan hilang di telan masa.

#JeWe45
#juruspecahtelor
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Colek mba @⁨Lyza⁩
Silakan dihajarrr😃

Bertepuk Sebelah Tangan

*Bertepuk Sebelah Tangan*
*By Noer*

Jika menatapmu saja sudah lebih dari segalanya. Apalagi memilikimu untuk selamanya. Alamat dunia milik kita berdua.

Entah apa yang membuat aku jatuh cinta padannya. Bentuk rupa biasa biasa saja. Kepintaran lebih sedikit dari rata-rata. Kalau ia bergaya membuat orang yang menatapya ketawa dan terpana.

Aku masih bertanya-tanya. Siapa orang ini sebenarnya? Menurut teman-teman sebaya. Ia keturunan orang malaya.

"Assalamualaikum, sobat"

Pak Ujang membuayarkan lamuanku. Padahal aku baru saja duduk dibangku. Sambil melirik seseorang yang selalu menari dalam ingatanku.

Siapakah dia???

Dia yang menurutku begitu memesona. Padahal teman-temanku tak pernah menduga. Aku akan tergila-gila padanya.

Tak lama terdengar Pak Ujang membuka pelajaran dengan pertanyaan tentang pesona.

Kenapa harus dimulai dengan serangkaian pertanyaan?

Menurut pak Ujang di beberapa kelas yang pernah aku ikuti, beliau menyampaikan bahwa  pertanyaan sering lebih penting dari jawaban.

Makanya pak Ujang selalu memulai pembelajaran dengan rangkaian pertanyaan. Agar otak kreatif siswanya tersentil dan menghasilkan tulisan yang bagus.

Pertanyaan yang dilontarkan pak Ujang kami lahap dengan semangat. Tak peduli mulut ikut komat kamit. Yang penting diri ikut selamat.

Sambil menunggu yang lain. Silakan amati unsur-unsur tulisan berikut. Pak ujang menayangkan sebuah gambar berwarna orange bercampur sedikit warna hitam. Yang di dalamnya terdapat 7 poin penting dalam menulis.

"Jika sudah silakan bertanya", ucap pak Ujang.

"Alur yang cetar itu bagaimana, Pak?", maria bertanya.

"Yang tak mudah diduga".

Hello sobat.

Kalau kalian mau tau kenapa aku suka pada Umar. Jawaban Pak Ujang ini bisa mewakili sebagian dari jawabanku.

Ini dia jawaban dari pertanyaan yang selama ini kalian pertanyakan. Kenapa aku suka? Karena ia orangnya susah ditebak. Tak gampang lho untuk menaklukkan hatinya.

He...

"Waow, butuh contoh ini, Pak", Maria memelas.


"Manja", pak Ujang langsung menangkis.

Aku sih sudah menduga. Dengan hitungan detik, Maria akan kena sentil. Rupanya benar dugaanku.

Ha
Ha

Kalimat adalah unsur vital dalam sebuah tulisan. Tanpa kalimat takkan ada tulisan.

Jika kalimatmu lezat maka pembaca akan terpikat dan menuntaskan membaca sampai akhir.

Sebaliknya, jika kalimatmu kaku, bertele dan buyar maka pembaca cepat capek dan bosan.

Ok

"Sampai di sini kalian paham?" Tanya pak Ujang. Kami semua manggut-manggut.

Sambil menunggu aksi Pak Ujang selanjutnya, aku sempatin melirik Umar dengan sudut mata. Namun, lagi lagi ia tak bergidik sedikitpun. Padahal aku sangat berharap bisa bertemu pandang. Tapi...

Ya sudahlah. Tak satu jalan ke Roma. Bukan aku namanya jika berhenti sebelum menang.

"Siapa disini yang ingin kalimatnya lezat disantap pembaca?, Pak Ujang membuyarkan lamunanku.

Semua yang ada dalam kelas tunjuk tangan. Kecuali Umar.

"Hei, Umar. Kamu sudah paham belum", tanya pak Ujang.

"Apa, Paaak?" Ia kembali bertanya. Seperti tak terjadi apa-apa.

"Ya sudah, kau, lanjutkan saja melamunnya". Sepertinya Pak ujang tak mau berurusan dengan orang aneh seperti Umar. Sambil kembali menulis di papan tulis.

1. Aku tak lagi mencintaimu  setulus hatiku. Karena berulangkali kau menipuku dengan gayamu. Karena kamu sering bohong padaku

2. Aku tak lagi cinta kamu sepenuh hati.

"Dari dua contoh di atas, mana yg lebih enak rima dan iramanya?" Tanya Pak Ujang.

Kami semua sepakat pada yang nomor satu. Selain mudah dipahami juga enak dibaca.

Ok

Untuk memudahkan kalian memahami unsur-unsur tulisan lezat, silakan di praktekkan dengan 3 pola berikut. Pak Umar langsung memberikan tugas.

1. Hidupku bagai.....
2. Pikiranku bagai.....  hingga.....
3. Kalimatku bagai....  hingga...  akhirnya..

"Buat kalimat dengan pola ini sebanyak 3 kali",  pak Ujang mengingatkan.

"Ini saatnya aku balas dendam",  dalam hatiku.

Aku sengaja buat tugas dua. Satu untuk aku serahkan sebagai tugas. Satunya lagi akan kutitip sama Eko. Agar diberikan pada Umar.

Sudah waktunya aku berterus terang. Bahwa aku menyukainya. Aku tak mau cintaku bertepuk sebelah tangan.

#JeWe45
#tugasresumepart4
#bahagiadenganmenulis
#menulisitubahagia
#virusbahagia

Pertemuan yang Memesona

*Pertemuan yang Memesona*
*By Noer*

Jika guru perlu digugu. Ilmunya bisa ditiru. Mengapa masih duduk termangu?

Suasana kelas mulai ramai. Tak sabar ingin memulai. Menunggu guru yang lembut gemulai. Namun jika beraksi tak lupa mengeluarkan samurai.

"Assalamualaikum, Sobat"

Sapaan singkat nan memikat. Membuat muridnya  bersemangat. Hingga lupa kemaren kena damprat.

Prakkk...

Kalimat adalah unsur vital dalam sebuah tulisan. tanpa kalimat takkan ada tulisan.

Jika kalimatmu kezat maka pembaca akan terpikat dan menuntaskan membaca sampai akhir hayat.

Sebaliknya, jika kalimatmu kaku, bertele dan terpaku maka pembaca capek dan bosan prikitiu.

'Bisa aja kamu, Guru", dalam hatiku.

Begitu sang guru memulai kelas malam minggu.

"Siapa disini yang ingin kalimatnya lezat disantap pembaca?"

Saya
Saya
Saya

Begitu jawab murid serempak. Bak martabak siap ditembak. Bertebaran menghiasi gerobak.

"Maaf telat", salah seorang murid datang telat. Semua menatap lekat. Ke arah pintu yang engselnya mulai berkarat.

Krrrrttt

Pintu terbuka seketika. Mata menyorot tak kira-kira. Oom masuk dengan gembira.

"langsung ikut dulu ya, ga usah jawab pertanyaan yang awal. Karena telah dibawa kabur oleh Bang Priwal. Lantaran berada dalam bulan Syawal.

Siap, jawab mba oom dengan terkesiap. Karena sang guru telah siap-siap. Ambil ancang-ancang melempar materi kalimat lezat.

Kalimat lezat:
1. Aktif
2. Irama dan rimanya enak
3. Visualize
4. Maksimal 11 kata
5. Efektif
6. Satu ide utuh
7. Ada makna baru

"Simak dan bertanyalah", perintah sang guru, yang suaranya sering megundang rindu.

"Saya, guru", Helda mengacungkan jempol seksinya yang sedari tadi menahan diri.

"Coach, walaupun sudah menghafal dan selalu mengingat diagramnya, mengapa kadang kalimat dan paragraf masih tak lezat?"

"Jam terbang dan keikhlasan", jawab sang guru singkat, padat, dan memikat.

Hai
Hai
Hai

"Perhatikan ke depan. Saat jari saya menari dengan sopan", sorak sang guru setengah tampan.

Pertama, AKTIF
Aktif itu subjek mengerjakan sesuatu.

Aku menampar Anton (aktif)
Anton ditampar aku (pasif)

Guru memberikan contoh sambil berseloroh.

"Paham sampai di sini?. Kalau ngg paham coba sedikit menampar diri. Canda guru sambil terus menari.

Kedua, IRAMA DAN RIMANYA ENAK
Irama itu berkaitan dg nada. Rima itu berkaitan dg suku kata akhir. Kalimat aktif itu secara tidak langsung irama dan ritmenya cenderung lebih enak.

aku tak lagi mencintaimu  setulus hatiku. Karena berulangkali kau menipuku dengan gayamu. karena kamu sering bohong padaku

aku taklagi cinta kamu sepenuh hati.

Silakan dicermati kedua kelompok kalimat tersebut. Dan jawablah sesuai kemampuanmu", perintah sang guru.

Semuanya saling rebut. Titin, Darma, Noer, Maria. Mereka sepakat menjawab nomor satu. Tapi bukan yang 01 itu ya.

Iya
Yang tu tu

Sssttt

Ketiga, VISUALIZE
Bisa dibayangkan. Tidak mengacaukan pikiran.

Mengapa harus visualize?
Agar mudah diresap oleh memori pembaca. Agar pembaca lebih terlibat karena ada tindakan.

Keempat, MAKSIMAL 11 KATA
Biar pembaca lebih lega membaca tulisan kita. Tak perlu latihan olah nafas dulu. Jika bisa pendek, mengapa harus dipanjang-panjangin dan bertele. Jika lebih dari 11 kata akan mengurangi daya serap memori. Dan itu merepotkan pembaca.

Kelima, EFEKTIF
Efektif itu tidak bertele-tele dan tidak menggunakan kalimat majemuk.

Keenam, SATU IDE UTUH
Satu kalimat itu tidak ada gagasan yang bertubrukan.

Yang Anda salah paham adalah semua ide dan maksudmu harus termuat dalam satu kalimat. Padahal bisa dilanjutkan pada kalimat berikutnya.

Kesalahan prinsip inilah yang membuat kalimatmu panjang, bertele-tele, lebay, dan tidak satu gagasan utuh.

"Ayo ngaku siapa yang sering bertubrukan?" Sang guru melirik  kami satu persatu.

Ketujuh, ADA MAKNA BARU
Kalimat yang mampu memunculkan makna baru sangat disukai pembaca

Hal ini paling penting dalam menulis. Karena tulisan yang runtut banget itu monoton kurang menghargai imajinasi pembaca.

Semua yang ada dikelas manggut manggut balam. Karena memang sudah larut malam. Saatnya tidur dengan menggunakan talam eh bantal maksudnya.

Wassalam

#JeWe45
#tugaskalimatlezat
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Dopamin Membelai Bajaj

*Dopamin Membelai Bajaj*
*By Noer*

Puas berkeliling-keliling dengan andong saatnya beristirahat sejenak. Selain capek, ini badan belum mandi semenjak pagi.

Bau ngg?

Lumayanlah. Asalkan jangan terlalu mendekat, dijamin aman. Tak sampai merontokkan bulu hidung.

He...

Andong tepat berhenti di depan penginapan yang kami sewa. Rasanya tak sabaran ingin bertemu dengan air. Rasa rindu tak terbendung lagi.

"Aku duluan ya", sambil menyandang handuk ke kamar mandi.

Biurrrr...

Seperti ikan bertemu air. Klepek-klepek. Saat disiram, segarnya sampai ke ubun-ubun.

Istirahat sejenak sambil menunggu kedatangan mba Yuriz.

Ting
Tong

Notifikasi gawaiku sedikit membuyarkan istirahatku. Rupanya pesan dari mba Yuriz.

"Maaf, Uni. Aku sedikit mengalami masalah. Istrinya Abang Becak mengamuk. Disangkanya saya menculik suaminya. Karena tidak pulang semalaman. Mohon bersabar menunggu".

Ondeh Mande...

Uni @⁨Maria Ulfa⁩ yang sedang rebahan langsung duduk mendengar teriakan suaraku. Begitu juga dengan mba @⁨Titin Prasetyawati⁩

"Kenapa, Uni?, tanya mereka seolah serempak.

Aku paparkanlah apa yang menimpa mba Yuriz. Mereka bukannya mencarikan solusi dari masalahnya. Malah tertawa terbahak-bahak.

Ha
Ha
Ha

"Jangan ketawa dong. Carikan jalan keluarnya gitu. Biar kita ngg kelamaan menunggu", protesku pada mereka berdua.

"Tenang, Uni. Mba yuris itu orangnya pintar. Tak ada masalah yang rumit bagi dia. Kalau tidak alang kepalang mana mau dia ke Jogja pake becak", kata mba Titin menjelaskan.

Aku mangguk-mangguk mendengarkan penjelasan mba Titin.

 "Iya juga ya", dalam hatiku.

"Kita jalan lagi yuuk", ajak Uni Maria.

"Ayuuk", jawabku dengan semangat.

Kali ini aku mau jalan-jalan dengan naik bajaj. Ini mengingatkan aku pada nostalgia tiga puluh tahun silam. Saat ayahku mengajakku jalan-jalan mengelilingi kota padang dengan naik bajaj.

Mendengar suara bajaj yang cempreng kembali aku seperti kecil lagi. Ingatanku menghantarkan pada masa kecil yang bahagia. Duniaku kecilku sangat indah sekali.

Masih lekat diingatanku warna bajaj yang ku naiki bersama Ayah dan Emakku saat itu. Warna biru langit nan memesona. Ada bel di bagian atapnya. Digunakan memberi tau sang sopir bila ada yang mau turun.

Ingatanku masih jernih tentang masa kecilku. Sejernih kehidupanku saat ini. Insyaallah dengan izinNya.

Begitulah kalau hormon dopamin yang ada dalam tubuh terjaga dengan stabil. Memori bisa menyimpan masa lalu dengan sempurna.

#JeWe45
#tugas9part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Gastrin Memakan Andong

*Gastrin Memakan Andong*
*By Noer*

Gen JeWe 45 memiliki semangat yang luar biasa. Apalagi seringnya rekreasi ke luar kota. Banyak hal yang membuat mereka semakin bahagia. Apalagi ditambah dengan cerita perjalanan mba @⁨Yuriz⁩

Tau ngg gaes, mba Yuriz ke Jogjanya pake becak. Apa ngg bertelor coba menunggunya. Ditambah ketika dihubungi jawabannya aneh-aneh lagi.

Nomor yang anda tuju selingkuh.

Nomor yang anda tuju sedang ngambek.

Yang terbaru, nomor yang anda tuju sedang nyasar.

Apa ngg kesel coba!

Untung saja mba ketua orangnya paling sabar. Paling pandai menghibur teman. Walau hanya cuma sekadar berkeliling-keliling cuci mata bolehlah. Dan Uni Maria yang kocak. Sehingga aku yang agak bosanan orangnya bisa sedikit terhibur.

Kring
Kring

Aku kembali menghubungi mba Yuriz. Alhamdulillah kali ini ada jawaban.

"Mba Yuriz, kamu di mana?", tanyaku dengan suara agak meninggi.

"Aku nyasar, Uni", sambil langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak.

"Aduhhh...", keluhku sambil menepuk jidat.

Mba Titin terheran-heran melihat wajah kesalku. Lalu menghampiriku sambil bertanya posisi mba Yuriz. Aku sampaikanlah apa yang barusan diomongin mba Yuriz.

Sudah
Sudah

"Sekarang saatnya memanjakan kampung tengah. Kita lupakan sejenak mba Yuriz. Biarkan ia menikmati nyasarnya bersama abang becak"? Ajak mba Titin

"Ayuuk", ajakku dengan semangat.

Tak jauh dari tempat kami berdiri tampak sebuah warung makan padang. Yang belakangan sempat viral akan diboikot. Namun, tak ada yang berani melakukannya. Mana ada yang tahan dengan godaan rendang.

Kami berjalan menuju warung nasi padang. Semua sepakat makan pake rendang. Termasuk aku sendiri. Selain rendang, ada beberapa jenis masakan padang yang juga tidak kalah enaknya. Kali ini aku  mengambil gulai cempedak berbuah nangka yang dicampur rebung dan lobak hijau.

Sedaaap...

"Tambuah ciek, Da", sorakku pada salah seorang pelayan.

Entah karena lapar atau doyan, aku nambah beberapa kali. Apalagi nasi panas disiram gulai kapau. Enaknya sampai ke langit yang ketujuh.

Lebay...

Ngg percaya? Yuk mari dicoba!

Selesai makan dunia terasa nyaman. Mata mulai beraksi.

Ngantuk...

Tapi... kenapa perutku bernyanyk-nyanyi. Apanya yang salah. Telat makan? Sedikit iya. Terlalu penuh? Iya. Komplit dah.

Perut semakin tidak nyaman. Berkali-kali aku mengamankan dengan cara memegangnya. Namun, kali ini tak bisa lagi.

Lariiiii...

Untung kamar mandi rumah makannya ngg banyak orang antrian. Jadi aku bebas berlarian.

Prakkk...

Bunyi pintu kamar mandi kubanting keras. Karena tergesa-gesa. Akhirnya apa yang barusan masuk langsung keluar.

Untung selesai melapor perutku terasa agak nyaman. Jadi bisa melanjutkan perjalanan menyisir sudut kota Jogja yang sudah làma aku idam-idamkan.

Namun biar agak santai aku dan teman-teman menyewa andong untuk berkeliling-keliling. Biar lebih santai dan bisa menyimpan sedikit tenaga.

#JeWe45
#tugas8part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Progesteron Mencakar Delman

*Progesteron Mencakar Delman*
*By Noer*

"Beri bocoran dikit dong celok tentang hormon progesteron", pintaku pada @⁨dr. Darmanelly⁩

"Hormon nya perempuan", jawab Celok singkat.

Sebelumnya aku benar-benar tidak tahu tentang istilah hormon yang ada dalam tubuh. Setelah digoogling rupanya semuanya ada dalam tubuh kita. Dan tubuh kita bisa memproduksinya sendiri.

"Nikmat tuhan mana lagi yang akan kau dustakan", begitu dalam Alquran.

Kita saja yang kadang kurang pandai menjaga nikmat yang diberikanNya. Aku semakin takjub terhadap setiap tugas yang di berikan Coach. Ujung-ujungnya pasti bermuara pada rasa syukur.

Setelah kembali dari perjalanan jauh bersama teman-teman JeWe, aku lanjut tancap gas menyelesaikan tugas yang diberikan Coach. Harus selesai sebelum kelas mulai. Jika tak mau kena usir.

Sadis ya...

Ngg apa-apalah sadis dikit demi kepintaran kita jua.

Aku membaca beberapa artikel tentang hormon progesteron. Benar apa yang disampaikan Celok. Bahwa hormon progesteron adalah hormon untuk wanita.

Hormon wanita yang diproduksi oleh indung telur dan berfungsi untuk menjaga kehamilan dan tumbuh kembang embrio, serta mengatur siklus menstruasi dengan mengendalikan pertumbuhan jaringan dinding rahim.

Kerennn...

Begitu kira-kira pemahamanku tentang hormon yang satu ini. Wanita banget rupanya.

Aku semakin takjub dengan kesempurnaan ciptaanNya. Ciptaan yang sungguh sangat sempurna. Tak ada satupun yang bisa menandingi ciptaanNya.

Seperti ucapan Coach, kita masih manusia. Makhluk mulia yang punya Akal. Akal adalah salah satu Anugrah terbesar  kehidupan. Akal laksana server bagi hamparan energi semesta. Pengendali dan pemandu gelombang nasib keberkahan. Sadarkah kita?

Ting
Tong

Sebuah pesan masuk dari Uni @⁨Maria Ulfa⁩

"Maen ke Lombo yuk. Biaya ngg usah pikirin. Biar aku yang nanggung semua".

Mata siapa yang tidak melotot mendapatkan tawaran jalan-jalan gratis. Ke Lombok lagi. Terbayang sudah pantainya yang memiliki pesona eksotis. Dengan *pasir ping* berserakan di sepanjang pantai. Pulau *Gilitrawang* yang memesona.

Ahaiiii...

Aku langsung komen.."Aku ikuuut".

Dasar emak-emak. Kalau urusan jalan-jalan barisannya paling depan.

Mudah-mudahan tak ada yang dalam kondisi hamil. Agar tak beresiko terhadap kehamilannya. Yang dapat rezeki hamil tunda dulu jalan-jalannya.

He....

"Lalu, kapan kita berangkatnya, Uni @⁨Maria Ulfa⁩ ?"

Mohon kepastiannya 🥰

#JeWe45
#tugas7part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Testoteron Melukis Pedati

*Testoteron Melukis Pedati*
*By Noer*

Tiiit
Tiiit

Klakson bus yang akan mengangkutku ke kota Jogja bersama teman-teman memanggilku dari luar. Sekali lagi aku berpamitan pada anggota keluargaku.

"Cepat pulangnya ya, Bu", ucap Adek sambil dadah dadah.

Di mobil sudah ada mba @⁨Titin Prasetyawati⁩, uni @⁨Maria Ulfa⁩  mba @⁨Helda⁩ dan mas @⁨Joko Waluyo⁩

"Yang lain mana mba ketua?", tanyaku pada mba Titin.

"Beberapa ada yang berhalangan. Celok @⁨dr. Darmanelly⁩ banyak jadwal kegiatan yang tidak bisa beliau tinggalkan. Seperti malam tadi beliau mewakili walikota Pontianak menghadiri acara pemilihan Duta Genre. Mudah-mudahan lain waktu bisa berkumpul bersama kita", mba Titin menjelaskan panjang lebar.

Mba @⁨oomkomariyah9417⁩  sibuk kopdar sana sini bersama Coach. Mba @⁨Jauharoh⁩ beberapa hari ini tak ada kabar. Mba @⁨PipitTyas⁩ juga suaranya agak jauh. Mba @⁨Lyza⁩  agak ragu-ragu sepertinya. Bunda @⁨Rosnani hasnan⁩ ada kesibukan. Mas Eko @⁨nopri_e⁩ ada halangan. Mba @⁨lisanafajarwati⁩ juga ada kesibukan.

Ok
Ok

"Semoga suatu saat kita bisa berkumpul bersama", ucapku.

Upsss

"Mba Yuriz?" Biar ku hubungi dulu.

Tuuut
Tuuut

"Nomor yang anda tuju sedang ngambek"

"What???"

"Ngambek katanya mba ketua", sorakku ke arah mba Titin.

"Alhamdulillah ada penurunan aktivitas. Kemaren selingkuh sekarang ngambek", jawab mba ketua.

Bus yang membawa kami terus berjalan menyusuri jalan. Suasana tampak bersahabat. Sesekali berpapasan dengan orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

"Lima puluh meter lagi ada persimpangan berhenti sebentar ya pak sopir. Ada teman yang mau naik", pinta mba ketua kepada sang sopir.

"Siap, mba", jawab sang sopir dari depan.

Tak berapa lama bus yang kami tumpangi berhenti. Tampak mba Yuriz berdiri sambil melihat serius ke arah bus yang kami tumpangi.

Bus berhenti dengan pelan. Mba yuriz naik tampak bersemangat. Posisi duduk untuk beliau sudah diatur. Tentunya berdekatan dengan mas Joko.

"Sini mba @⁨Yuriz⁩". Aku mengarahkan telunjukku ke samping mas Joko.

Langkah pertama urusan saya. Setelah itu terserah anda.

Ahaiiii

Bus melaju dengan kecepatan sedang. Kadang-kadang terhenti sejenak karena ada keramaian.

Kali ini terhenti di salah satu pasar tradisional. Cukup lama macetnya. Karena pasarnya tumpah sampai ke jalan. Tampak di depan pasar tersebut berjejer berbagai macam kendaraan tradisional. Parkir menunggu penumpang. Ada becak motor, becak sepeda, delman, dan pedati, dan lain-lain.

Diantara sekian banyak kendaraan tradisional, pedati menjadi pusat perhatianku.

Kenapa? Karena kendaraannya di tarik oleh seekor sapi. Dan dikendalikan oleh seorang kakek menggunakan penutup kepala meruncing ke atas. Apa namanya saya kurang tau.

Dinding pedatinya cukup menarik perhatian bagi yang melihat. Dihiasi dengan berbagai macam lukisan. Salah satunya lukisan lelaki berotot yang dimiliki oleh si kakek. Sepertinya disesuaikan dengan kesukaan pemiliknya. Tampak perkasa dan jantan sekali lukisannya.

Apa kabar dengan mba Yuriz dan mas Joko?

Tunggu kelanjutannya ya, Sobat!

Heee...

Jika suasana hati mempengaruhi perbuatan. Dan perbuatan menentukan siapa pemiliknya. Mengapa masih ragu menata hati.

#JeWe45
#tugas6part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia