Jumat, 19 Juli 2019

Sedih

*Sedih*
*By Noer*

"Apa warna sedihmu?" Tanya Pak Ujang tiba-tiba.

"Sedihku bernuansa kuning."

"Kenapa? Bukannya sedih biasanya cenderung dengan warna kalem. Sementara kuning akan beesanding dengan hal-hal yang membahagiakan."

"Terserah aku dong. Kan sedihku", dengan suara menantang.

Kesedihan bukan tanpa sebab. Semua ini berawal dari pertengkaran Umar dan Samsul tempo hari. Hingga menenggelamkan hatiku ke dalam lumpur ungu.

Lalu, melahirkan hijau dalam meranaku.

"Bohong lo. Mana bisa dikatakan merana. Sementara wajahmu hijau berseri."

"Bapak takkan pernah mengerti. Meranaku ini membuat wajah cantikku terciprat  jus alpokat buatannya nenek.

Lalu, pupuslah harapanku. Aku merasa Umar tak lagi seperti dulu. Malamku pun menjadi biru. Tanpa kehadirannya di sisiku.

Tangisku menjadi coklat. Katakan aku cengeng atau manja ala jewe. Biarlah. Aku emang benar-benar menginginkan kehadirannya.

Akhirnya, air mata abu-abuku tak mampu kubendung. Mengalir membasahi pipiku. Serta menembus lipstik merah kesayanganku.

Ahhh... hati ini terlanjur hampa. Berselimut kabut hitam. Sudahlah... semoga besok orange nya mentari mampu menghapus sedihku ini.

#JeWe45
#juruslelangi

Wanita Usil

*Wanita Usil*
*By Noer*

Sejauh mata memandang kulihat tulisanmu kian lincah. Affirmasimu kian mewabah. Lantas apa lagi yang membuatmu mual dan muntah?

Kudengar ia seorang wanita kuat dan tangguh. Walau sang kekasih sering selingkuh. Namun ia begitu kukuh. Menangkalnya dengan jurus ampuh.

Tak satupun yang ia risaukan. Kehidupannya begitu membahagiakan. Setiap kata-kata yang ia ucapkan. Akan berubah menjadi butiran berlian. Dan menjadi penulis adalah cita-cita yang paling diinginkan.

Tarian jempolya kian seksi. Setiap paragrafnya bertabur diksi. Membuat pembaca senyum senyum sendiri. Hingga lupa sedari pagi belum mandi.

Uni Noer nama beliau. Orangnya begitu memukau. Sering dapat kiriman baju dari Makaw. Jika ia sudah berdandan semua orang akan terpukau.

#JeWe45
#juruspancaindra
#bahagiadenganmenulis
#vibahvinta

Minggu, 14 Juli 2019

Kegilaan JW

*Kegilaan JW*
*By Noer*

Jika bisa gila kenapa harus waras. Jika bisa berkarya kenapa harus malas-malas.

Kelas 45 emang super duper. Apapun bisa jadi tulisan.

Mba Yuriz aja bisa makan cabe. Apalagi Linbad yang punya ilmu meneketehe🙈

Semenjak kenal JeWe keahlianku semakin bertambah. Perangaiku semakin lincah.

Mulai dari chattingan sambil goreng terong. Masak air sampai panci gosong. Hingga mengubah telor rebus menjadi telor bakar.

Tik
Tik
Tik

Bunyi dentingan panci gosong mengusik konsentrasiku. Asap mulai mengepul hingga menyapa penciuman dengan mesra.

Allahu Akbar

Kaki berlarian dengan cepat. Tangan beraksi dengan sigap. Mengambil air satu gayung. Memyelamatkan panci yang mulai gosong.

Membalas chatt sambil ngulek cabe? Bisa dong.

Itulah kerennya belajar di JW. Tak ada istilah beternak alasan. Apalagi manja-manjain. Bakalan  takkan diladeni.

Mau tau banyak tentang keseruan belajar di JW?

Yuk, segera bergabung!

#menulisitubahagia
#menulisitusedekah
#vintavibah

Rindu Tak Berpintu

*Rindu Tak Berpintu*
*By Noer*

Rindu itu berat. Kamu takkan kuat. Biar aku saja yang melarat. Asalkan yang disayang datang mendekat.

Selepas bertengkar sama Titin, aku sengaja menghilang dari peredaran. Bukan karena tak sudi melihat wajahnya. Namun keikhlasan jua yang belum sempurna.

Kucoba merenungi apa yang telah kuperbuat. Sehari dua hari. Sampai hari ketiga terasa begitu mengikat.

Sejauh mata memandang. Yang kulihat hanya hamparan sawah dan ladang. Akhirnya pandanganku tertumbuk pada hamparan berlian merah.

Apa itu?

Butiran mutiara merah menyala mengusik penglihatanku.

Apa warna rindumu?

Sebatang cabe merah menginterogasiku. Aku terpana dan memcoba memerhatikan gerak geriknya.

Kalau dia tahu apa warna rinduku, mungkin dia tak akan tega bertanya. Karena warna rinduku sudah merah kehitam-hitaman.

Seperti warna bisul menunggu meletus. Hitam, merah dan ada nanah di puncaknya.

Aku dekati pohon cabe yang buahnya sudah ranum. Kupetik dengan penuh rasa. Kemudian kutarik agar ia tak terepas dari genggaman.

"Kemana aja, Uni. Apa yang membuatmu mengurung diri?"

Pohon cabe yang berada di depanku tak puas-puasnya bertanya. Sepertinya ia khawatir dengan kondisi jiwaku.

Aku bukan tak mau curhat. Namun ini sulit. Karena berkaitan dengan pilihan hati.

Jika pilihan membuat otakmu buntu. Mengapa tak mengadu pada yang Satu.

#JeWe45
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#vintavibah

Tak Bisa Dipercaya

*Tak Bisa Dipercaya*
*By Noer*

Melihat Umar dan Samsul bertengkar, hati ini terasa di cabik-cabik. Apa yang harus aku lakukan? Berpihak kepada Samsul atau Umar?

Aku masih berdiri kaku di depan pintu. Menyaksikan Umar berdiri setelah ditinggal Samsul dengan kata-kata setajam silet. Aku tak menyangka Samsul akan setega itu. Padahal mereka berdua adalah kawan akrab bila dibandingkan dengan Budi dan Yudi.

Tega-teganya Samsul membuka aib orang tua Umar yang selama ini ia tutup rapat-rapat. Jangankan semut, angin saja tak ia biarkan masuk. Begitu ia menjaga agar tak ada satu pun yang mengetahui rahasia orang tuanya.

Sekarang, Samsul yang telah ia anggap sebagai orang yang paling ia percaya, tega mengumbarnya di depan teman-temanya. Sebagai teman curhatnya ia membobol pintu rahasia itu.

Umar masih tak percaya atas apa yang barusan diucapkan Samsul. "Sungguh tega kau, Samsul", ucap Umar lirih.

Aku mencoba berjalan beberapa langkah mendekati Umar. Namun tampak Umar berjalan ke arah kanan mendekati Titin yang sejak tadi sudah melirik-lirik ke arah Umar. Aku menyaksikan dengan mata telanjangku mereka berjalan berdua menuju kantin sekolah.

Hancur hati ini semakin tak terkira. Tak tau apa yang harus dilakukan. Akhirnya aku balik kanan dan  kembali ke dalam kelas.

"Apa warna pendengaranmu?" Sebuah suara memaksaku untuk mendongakkan kepala. Sebuah suara yang tak asing lagi aku dengar.

"Apa-apaan ini. Jangan ganggu aku. Tinggalkan aku sendiri," ucapku sedikit emosi.

"Tenang sobat. Dunia ini bukan milikmu. Jadi tak perlu sedu sedan itu," ucap suara itu.

"Orange. Orange yang kreatif dan kaya akan imajinasi," jawabku pelan.

Aku semakin tak habis pikir. Semakin ke sini Umar semakin sulit dipahami. Aku mau dia berterus terang. Sakit rasanya dipermainkan seperti ini.

Titin juga demikian. Sebenarnya ia tahu kalau aku suka pada Umar. Tapi lagi-lagi ia tak peduli akan perasaanku. Katanya berkawan, tapi Umar tetap ia embat. Benar-benar musuh dalam selimut.

"Mengapa kamu masih bisa mendengar sampai detik ini?

Suara itu kembali membuyarkan lamunanku. Kalau ditanya sekarang aku mau saja tak mendengar. Rasanya begitu sakit dan perih. Apalagi bisikan hati ini yang semakin jelas terdengar. Kalau bukan karena takut dicap sebagai manusia kufur nikmat, sudah ku buang ini pendengaran.

"Jangan putus asa begitu, Uni. Takkan lari gunung di kejar," sapa Maria mencoba menghiburku. Sambil ia terus berjalan keluar kelas.

Aku kembali membuka catatan harianku. Semua tentang Umar kusimpan rapi dalam diari. Bila wakyunya tiba, akan kuserahkan catatan ini padanya. Agar ia tahu isi hatiku yang sebenarnya. Akankah terwujud?

Entahlah!

"Bagaimana caramu menjual pendengaranmu?"

Pertanyaan ini membuat aku tertegun dan sejenak berpikir. "Apa sebaiknya aku jual saja pendengaran ini? Berapa harga yang harus aku patok? Biar aku tak perlu lagi mendengar kata hatiku.

"Jangan, Uni. Masa' gara-gara Umar mau ngejual pendengaran? Uni, waras? Tanya cicak di dinding yang sedari tadi memperhatikanku.

"Kapan sebenernya kamu betul betul mendengar dengan hati?"

"Saat ini. Saat hati terasa diiris-iris dan disiram perasan air jeruk," ucapku lirih.

Tiba-tiba Titin masuk tanpa Umar. Aku melirik kemudian kembali menatap diari. Tampak ia berjalan ke arahku.

"Maafkan aku Nur"

"Maaf? Untuk apa? Tanyaku tanpa menatap.

"Aku tau kau begitu menyukai Umar. Namun saat ini Umar lebih memilih aku sebagai teman dekatnya", penjelasan Titin begitu tajam.

"Begini yang dinamakan teman. Menggunting dalam lipatan. Kau bilang kau kawan. Kawan yang siap mendengar keluh kesahku. Tapi sekarang apa?"

Suaraku semakin meninggi. Dada terasa semakin sesak. Butiran bening mulai menggenang. Akhirnya jatuh membasahi pipi.

Aku tak kuasa lagi. Aku masukkan diariku ke dalam tas. Kemudian pergi meninggalkan Titin yang masih duduk termangu. Aku bergegas keluar tak ingin mendengar penjelasannya.  Apalagi melihat mukanya.

"Apa saja sih yang sebaiknya kau dengar?" Suara itu selalu menguntitku. Tak peduli aku sedang galau dan risau.

"Tentunya hal-hal yang baik dan yg bermanfaat." Aku masih berusaha menjawab pertanyaannya. Walau sebenarnya hati ini terasa begitu hancur dan lebur.

Bagaimana tidak. Titin yang sudah ku anggap lebih dari saudara kandung, begitu tega mengkhianatiku.

"Berapa harga pendengaraanmu?"
"Aduh...harga pendengaranku ditanya lagi. Ngg bakalan kujual"

Aku sedikit emosi. Karena aku belum bisa berpikir jernih. Hatiku galau. Antara melepaskan dan memperjuangkan.

Mau dipertahankan ia seperti acuh tak acuh. Hanya Titin saja yang memberikan penjelasan. Sementara ia masih memberi harapan. Ia masih mengirim pesan sekali sehari. Setidaknya menanyakan sudah makan atau belum. Sudah salat atau belum.

"Apa hubungan antara pendengaranmu dan tulisanmu?"
"Dengan mendengar banyak hal yang bisa ditulis. Sehingga ide tak saja parkir apalagi mangkir."

Aku tak mau pendengaranku bernasib seperti pertemananku dengan Titin. Lain yang didengar lain pula yang diperbuat. Tak seiring sejalan. Konco arek lawan kareh. Incek cubadak bagomok (licik).

Jauh dalam lubuk hatiku, tak terbersit sedikitpun untuk bermusuhan dengan Titin. Namun ini masalah hati. Aku tak bisa berbohong.

"Lalu, apa  saja  yang akan kau katatan pada pendengaranmu?"
"Pendengaranku yang jenial. Mulai dari sekarang dan seterusnya aku akan menggunakanmu menjadi sumber inspirasiku. Apapun yang kau dengar akan aku jadikan sebuah tulisan. Dan akan aku sedekah pada pembaca yang selalu merindukan tulisanku."

Mulai hari ini dan seterusnya, setiap yang aku dengar akan aku tulis menjadi sebuah kisah inspiratif. Seperti kisahku dalam mendapatkan cintanya Umar. Takkan kubiarkan ia lepas begitu saja.

"Terakhir, apa nama terbaik untuk pendengaran berlianmu?"
"Jenial"

Ssssetttt

Suara itu pergi bersamaan dengan pertanyaan yang sedari tadi terus mengintrogasi pendengaranku. Begitu juga dengan rasa pertemananku dengan Titin.

Tinggallah aku bersama kegalauanku. Entah kapan akan berakhir dan berlalu. Aku sendiripun tak tau. Semakin kutepis rasa ini semakin menyiksaku.

#JW45
#Tanggadramatik
#Menulisitusedekah
#Menulisdenganbahagi

Antara Ada dan Tiada

*Antara Ada dan Tiada*
*By Noer*

Sedang asyik-asyiknya ngobrolin Umar dan Samsul, tiba-tiba Pak Ujang tergopoh-gopoh masuk kelas. Hingga lupa mengucapkan salam. Apalagi menyapa muridnya.

Aduhhh...

Lyza dan Umar yang lagi asyik ngobrol di belakang pintu mengaduh kesakitan. Karena Pak Ujang mendorong pintu dengan kekuatan yang bercampur emosi.

Mendengar ada suara orang kesakitan, Pak Ujang menoleh ke arah sumber suara. Tanpa menggubris sedikitpun kemudian ia berlalu begitu saja.

Tanpa ba bi bu, Pak Ujang melempar pertanyaan tentang pendengaran.

"Apa warna pendengaranmu?"

Mendengar suara Pak Ujang, seketika semua muridnya berhamburan ke dalam kelas. Dan langsung menjawab dengan lugas.

"Orange. Orange yang kreatif dan kaya imajinasi", aku menjawab sesuai hijab yang aku pakai.

"Warna pendengaranku hitam bagai bayangan, kelihatan tapi tidak kedengaran. Seperti kedatangan coach", jawab Helda.

Karena saking seriusnya ngobrol, ia tak melihat Pak Ujang melintas di depannya.

"Pendengaranku berwarna bening air."

Dalam keheningan suara Eko terdengar menggema. Rupanya  ia menjawab pertanyaan Pak Ujang dari luar, nyaut dari jendela.

Semua sibuk dengan tugasnya masing-masing. Tapiii... tiba-tiba sosok Pak Ujang menghilang. Warga kelas ribut mencari sosok Pak Ujang.

"Sepertinya tadi bukan coach bundo," ucap Helda pada Darma dengan mimik ketakutan.

"Lha trus siapa mbak ??" Suara Titin bergetar.

"Samsul mungkin," Lyza menimpali.

"Jangan jangan...," Helda semakin ketakutan.

"Pak Ujang ngumpet di mana?" Oom mencari keberadaan beliau sampai ke kolong meja.

"Mengapa anda masih bisa mendengar sampai detik ini?
Bagaimana caramu menjual pendengaranmu?

Suara Pak Ujang mengagetkan Oom. Begitu juga dengan yang lain. Tak pernah Pak Ujang seperti ini. Hingga menimbulkan pertanyaan bagi muridnya.

"Karena anugrah yang luar biasa dari sang pencipta. Ia berikan kesempatan pada kita untuk mendengar. Agar pendengaran yang diberikanNya bisa dimanfaatkan untuk mendengar hal yang baik-baik."

"Dengan cara mendengarkan hal2 yang baik dan tak lupa pula menyampaikan hal yg baik itu pada orang lain. Agar pendengaran kita terasa manfaatnya."

Aku langsung menjawab pertanyaan dari pak Ujang dua sekaligus. Karena takut dia ngilang lagi.

"Kapan sebenernya anda betul betul mendengar dengan hati?"

"Saat hati mengalami problem. Saat itu perlu menggunakan hati untuk mendengar. Agar apa yang kita dengar betul2 hal yang patut didengar. Karena mendengar dengan hati jauh lebih bening dari pada mendengar dengan telinga."

"Apa saja sih yang sebaiknya anda dengar?"

"Tentunya hal2 yang baik dan yang bermanfaat".

"Berapa harga pendengaraanmu?

"Aduh...harga pendengaranku ditanya lagi. Ngg bakalan gua jual".

Aku agak tersinggung sebenarnya. Sudah berulangkali aku sampikan. Bahwa hal-hal yang berkaitan dengan diri, aku tak akan pernah menjualnya. Namun Pak Ujang seperti seringkali melakukan hal yang sama.

Hingga aku bertanya-tanya dalam hati. Apa Pak Ujang juga seorang pedagang? Pedagang apa? Jangan-jangan penjual bakso yang bahan dasarnya telinga manusia?

Upsss...

"Hati-hati lho bicara. Kedengaran sama Pak Ujang tau rasa lo", ucap pedengaranku berbisik.

"Biarin. Emang gua pikirin. Yang penting gua nulis. Ea ea", ucapku  sambil nyengir.

Tapi sepertinya Pak Ujang mendengar pembicaraanku. Karena tampak ia melirikku dengan sudut mata kiri. Melirik dengan sudut mata kiri menandakan orang itu tidak menyukai kita.

"Yakin lo", jilbab orange ku bertanya.

"Yakin ngg yakin sih".

"Apa hubungan antara pendengaranmu dan tulisanmu?"

"Dengan mendengar, banyak hal yang bisa ditulis. Sehingga ide tak saja parkir apalagi mangkir."

"Lalu, apa  saja  yang akan kau katakan pada pendengaranmu?"

"Pendengaranku yang jenial. Mulai dari sekarang dan seterusnya aku akan menggunakanmu menjadi sumber inspirasiku. Apapun yang kau lakukan akan aku jadikan sebuah tulisan. Dan akan aku sedekah pada pembaca yang selalu merindukan tulisanku."

"Apa nama terbaik untuk pendengaran berlianmu?"

"Jenial, dong". Jawabku dengan bangga.

Semua pertanyaan telah selesai dilempar Pak Ujang. Dengan menyuruh muridnya mengucap hamdalah. Namun sepertinya wajah beliau tampak kusut
Tak seperti biasanya.

"Yang sudah selesai silakan bertanya."

Saatnya kami muridnya menghujam Pak Ujang dengan berbagai macam pertanyaan.

Eko, Darma, Noer, Titin, Lyza, Jauharoh.

Namun semua pertanyaan tak ada yang mengena di hati beliau. "Kalian jangan manja dong. Buatlah pertanyaan cerdas". Begitu beliau menanggapinya.

"Awas, singa Pak Ujang mulai beraksi ", ucapku dalam hati.

"Kalau aku singa, masalah buat lo?" Beliau menghampiriku.

Aku ogah dengan tatapan tajamnya. "Emang gua pikirin." Semakin beliau melotot semakin aku penasaran.

Ea
Ea

#JW45
#Tanggadramatik
#Menulisitusedekah
#Menulisdenganbahagia

Niat Hati Memeluk Gunung Apa Daya Tangan Tak Sampai

*Niat Hati Memeluk Gunung Apa Daya Tangan Tak Sampai*
*By Noer*

Aufa adalah seorang siswa di salah satu SMP negeri di kampungnya. Sudah duduk di kelas IX. Tinggal menghitung hari untuk mengikuti ujian nasional.

Prestasinya memang tak begitu menonjol. Biasa-biasa saja. Namun ia rajin dan tekun. Tak pernah sekalipun ia ber masalah tentang nilai atau pun sikap. Ya, termasuk siswa yang patuh dan rajin.

Namun belakangan ini, ia tampak murung. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Sakit? Bukan. Ia masih tetap sekolah. Namun setiap pembelajan berlangsung konsentrasinya agak terganggu. Sering ia dapat teguran dari sang guru.

"Aufa. Apa kamu paham yang saya jelaskan tadi", sapa Pak Zam guru agama.

"Aaapa, Pak?" Ia kembali bertanya.

Tak satupun materi yang singgah di kepalanya. Masuk telinga kiri keluar lagi ke telinga kiri. Tak ada yang nyangkut.

Elya sebagai kawan akrabnya heran. Untuk bertanya ragu. Takut akan disangka terlalu ikut campur urusan pribadinya.

Semakin ia perhatikan Aufa semakin galau. Elya semakin tak tega melihat teman akrabnya.

"Aufa, temanin aku ke toilet bentar," ajak Elya.

Aufa mengangguk tanda setuju. Tanpa menjawab sepatah katapun. Kemudian mengikuti Elya dari belakang.

Elya berniat mengulik informasi kenapa ia begitu berbeda. Tak seperti biasanya. Periang dan pandai berkawan. Kadang juga usil.

"Tunggu aku bentar ya," sorak Elya sambil membanting pintu kamar mandi.

Prak

Aufa menunggu di luar sambil mencabik-cabik lembaran daun bunga bougenvil yang ditata di di sisi toilet. Sepertinya ia melepaskan gundah hatinya.

"Sini, ada sesuatu hal yang ingin gua sampaikan," Elya menarik tangan Aufa sedikit memaksa.

Aufa terpaksa mengikut di belakang. Walau sebenarnya hatinya menolak.

"Maaf, jika lancang. Sejak kapan kamu makan goreng lidah burung kutilang", tanya Elya menatap Aufa.

"Maksudmu?"

"Aku perhatikan beberapa hari ini lidahmu sangat kaku. Atau sariawan ya?"

Berbagai macam pertanyaan aneh dilontarkan Elya. Agar Aufa mau bercerita. Akhirny usik punya usik Aufa bercerita. Apa sesungguhnya yang menimpanya.

Orang tuannya menjodohkannya dengan anak saudara tetangganya yang bekerja sebagai pedagang kain. Sudah mandiri dan memiliki sepetak toko pemberian orang tuanya.

Ting
Ting

Belum selesai bercerita, bel tanda masuk telah berbunyi. Namun Elya sengaja menunda masuk kelas beberapa saat, demi mendengar curhatnya Aufa.

Juan nama pemuda itu. Orang ketiga yang hadir sebagai pengacau masa remaja Aufa. Jauh di lubuk hati Aufa yang paling dalam, sedikitpun tak menyukai Juan. Ia masih ingin melanjutkan sekolah.

Tapi apa hendak dikata. Pola pikir orang tuanya yang masih kampungan. Hingga membuat ia tak bisa berkutik. Jika ia menolak pinangan Juan, siap-siap dibuang dari keluarga.

Ini yang menjadi beban bagi Aufa. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi umurnya yang baru seumur jagung, darah pun baru setampuk pinang.

Tak bisa ia mencarikan solusi atas permasalahannya. Kedua orang tuanya tetap pada pendirian.

Egois?

Entahlah. Hanya tuhan dan dia yang paham.

#JeniusWriting
#vinta
#vibah

Usil Kesentil

Usil Kesentil
By Noer

Usil itu monyet
Monyet itu usil
Jika tidak usil
Itu bukan monyet.

Seketika kata-kata itu lewat di depanku.

Hap...

Lalu kutangkap. Sedikit saja terlambat. Yang lain siap mengembat.

Sesekali usil juga perlu. Agar pikiran tak parkir melulu. Dan imajinasi tak selalu sendu.

"Heiii tampar aku dong," sapaku pada salah seorang temanku.

"Kamu, waras," Umar menyergahku.

"Sudahku bilang darikemaren. Kewarasanku terganggu karena ulahmu."

Umar semakin tidak paham denganku. Semakin dia menjauh semakin aku mendekatinya. Hingga teman-temanku terheran-heran. Heran dengan kenekatanku.

Bukannya aku tak paham dengan isyaratnya Umar. Namun, usilnya itu yang membuat aku bahagia.

Sudahlah. Kita tinggalkan Umar dengan pesonanya. Kalau jodoh takkan kemana. Takkan lari gunung di kejar.

Takkan lari gunung di kejar
Usah hati cemas berdebar
Walau jauh nian perjalanan
Kan jumpa jua nan di angan

Kembali ke laptop!

Jika usil itu boleh, timbul pertanyaan. Usil yang seperti apa? Karena secara kbbi usil adalah adalah: suka mengusik (mengganggu, memperolok-olok, mencampuri urusan orang lain,....

Gawat dong kalau usil itu seperti yang dipaparkan kbbi.

Jangan cemas sobat. Jangan kaku. Karena tak semua usil itu berbahaya. Ada usil yang membuatmu bahagia. Mau tau? Atau mau tau banget?

Ok

Tak kasih tau.
Tadi pagi di padepokan JeWe terjadi tragedi usil-usilan. Membuat para gen JeWe tersenyum bahagia. Bagaimana tidak bahagia coba. Tiba-tiba sang guru bertanya tentang keusilan.

Apa warna usilmu hari ini? Memgapa penulis harus usil? Bagaimana cara mendapatkan income dari keusilan? Kapan Anda benar benar bisa memanfaatkan usilmu? Apa saja yg bisa kamu usilin? Apa hubungan usilmu dengn monyet? Berapa sih harga usilmu?

Beragam jawaban yang muncul dari gen JeWe. Mulai dari munculnya berbagai jenis warna. Mencolek panca indra. Bahkan sampai memecahkan telor.

Mau buat kue?

Bukan. Itu jurus ampuhnya sang guru. Kalau sobat mau tau, ayo mampir di padepokan JeWe. Tapi maaf aku tak bertaggung jawab jika sobat kena virus.

Virus?

Ya. Namanya vinta dan vibah.

"Dia Kembar?"

"Bukan. Serupa tapi tak sama."

Sudah
Sudah

Azan magrib berkumandang saatnya menunaikan perintahNya.

#JeWe
#vintadanvibah

Usil Itu Awet Muda

*Usil itu Awet Muda*
*By Noer*

Jika usil menghasilkan karya. Apalagi dibarengi dengan usaha. Lantas mengapa masih berleha dan terlena.

Sejauh mata memandang, kepala plontosnya Atuk semakin bersinar. Jika ada syarat untuk menjadi penyembuh batuk adalah sehelai rambut, sangatlah rumit.

"Atuuuk, kenapa gigi atuk lebih lebat dari rambut?, tanya Adek salah satu cucunya.

"Karena Atuk pintar", jawab Atuk tersenyum usil.

Owh...

Adek mengangguk kurang percaya. Padahal dalam kepalanya timbul berbagai macam pertanyaan.

Atuk pintar???

Dulu, Atuk memiliki rambut yang bagus. Warnanya hitam mengkilat bak sepatu siap disemir. Sehelai pun tak diizinkannya berdiri. Karena menghabiskan sebotol minyak kemiri dalam sepekan.

Sekarang entah apa yang terjadi. Hingga merontokkan semua helaian rambutnya. Jangankan segenggam, sehelai pun tak bersisa. Namun Nenek tetap cinta. Malah semakin mesra. Mengalahkan pasangan pengantin baru yang masih malu-malu.

Ahaiii...

Nanti Atuk berencana akan pakai wig katanya. Biar tambah gagah. Agar nenek tak berpaling ke lain hati.

"Nek, uang hasil penjualan padi bulan kemaren boleh, Atuk pinjam dulu ngg?"

"Atuk mau umrah lagi?", tanya nenek sambil menikmati pisang goreng hangat.

"Mau beli rambut palsu. Biar tambah ganteng", jawab Atuk tersenyum simpul.

"Eeee...ingat umur, Tuk. Udah tueng. Atau jangan-jangan?...."

Heeee...

"Umur jika telah melewati umur nabi, sudah seharusnya diwaspadai. Karena sudah merupakan bonus dari sang Ilahi. Kenapa masih saja mengejar kesenangan duniawi", nenek mulai menceramahi.

"Sabarrr, cinta Atuk hanya untuk  nenek seorang", sambil mencubit pipi kempot nenek.

Ihaaaaa, suara Adek mengganggu kemesraan mereka berdua. Sementara nenek sudah terbang melayang ke udara. Cemburu di hati hilang seketika.

Layang-layang terbang tinggi melenggok kanan dan kiri
Walau kadang menyenggol hati Namun Atuk tetap di hati

#JeWenasional
#juruspancaindra
#jurusdsn
#juruspecahtelor

Mata

*Tugas 3/5*

*MATA*
*By Noer*

Menjadi lebih baik setelah sempat terjatuh itu penting. Karena dari situlah kita tahu bahwa hidup ini butuh perjuangan. Tak ada satupu di dunia ini tanpa perjuangan. Sekalipun untuk menelan sebutir nasi. Lantas, apa yang akan kau perjuangkan hari ini?

Ambisi itu juga tak kalah penting. Tanpa ambisi hidup ini tak bertujuan. Jangankan kita sebagai khalifah di muka bumi. Setan pun punya ambisi untuk menggoda manusia kepada kesesatan. Tidakkah mereka telah meminta ijin pada Allah agar diperbolehkan untuk menyesatkan manusia. Lalu, manusia seperti apa yang mudah digodanya? Dan apa benteng dirimu agar tak mudah dimakan rayuannya?

Tentunya iman yang kokoh. Iman yang terpaut akan keesaanNya. Hanya manusia yang punya tujuan hidup dunia dan akhirat yang mampu mengenyahkan godaan dari dalam dirinya. Apakah dari arah depan, kiri, kanan dan juga belakang. Seperti yang terdapat dalam surat Al-A'raf ayat 17.

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

"Aku akan mendatangi mereka dari seluruh arah dan sisi. Maka aku akan menghalangi mereka dari jalan kebenaran, dan aku akan tampakan seperti indah kepada mereka sebuah kebatilan, dan aku dorong mereka mencintai dunia serta aku sebarkan keraguan-raguan pada mereka tentang akhirat. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan anak keturunan adam bersukur terhadap nikmat-nikmatMu. ”

Wallahu a'lam.

#JeWe45
#tugasjuruspecahtelor
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Mata

*Tugas (2/5)*

*MATA*
*By Noer*

Menjadi mata-mata untuk diri sendiri itu penting. Agar apa yang kita lakukan selalu dalam kehati-hatian. Karena semua perbuatan kelak akan diminta pertanggungjawabannya.

Agar setiap langkah kita tetap dalam lingkaran kebaikan, tentunya sesuai dengan tuntunan yang telah digariskan. Tak boleh keluar dari rel yang sesungguhnya. Apalagi kalau bukan sesuai dengan tuntunan ayat-ayatNya. Alquran dan hadistnya.

Tetapi, mengapa masih saja ada yang membutakan mata. Membutakan mata dari kebenaran. Tidakkah keduanya sebaik-baik pedoman. Mengapa masih saja banyak yang mengingkarinya? Mengingkari kebenaran hati lebih tepatnya.

Akhir dari perjalanan manusia adalah kembali kepadaNya. Siap atau tidak pasti waktunya akan tiba. Sedetik tak bisa ditunda. Apalagi untuk mempercepatnya.  Sudahkah mempersiapkan diri berjumpa denganNya?

Wallahu a'lam

#JeWe45
#tugas5juruspecahtelor
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Umar

*Umar*
*By Noer*

*Usaha* adalah seperangkat kekuatan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Seperti layang-layang yang begitu membutuhkan angin. Ia tak akan terbang sebelum ada hembusan. Tak akan melayang sebelum ada belaian.

*Menyayangi* adalah kodratnya manusia. Manusia yang bagaimana? Manusia yang punya segala rasa. Rasa sayang yang terutama. Rasa cinta yang pertama.

*Asa* merupakan harapan yang seharusnya diwujudkan. Demi tercapainya keinginan. Tak sebatas dalam angan. Agar hati tergembirakan. Segera genggam kebahagiaan.

*Rasa* adalah sesuatu yang ada dalam dada. Penuhi jiwa dengan doa. Agar sorga menjadi tujuan utama. Jauhi murka di dunia. Agar bahagia selamanya.

*Ini Umarku, mana Umarmu?😊

#JeWe45
#tugasjuruspecahtelor
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Colek mba @⁨Titin Prasetyawati⁩

Mata

*Mata*
*By Noer*

Mendengarkan suaramu saja sudah terobati hati nan luka. Apalagi kehadiranmu benar-benar nyata. Seakan  berada di taman surga.

Aku tak menyangka kau begitu memesona. Padahal sejauh mata memandang beribu bintang yang bercahaya. Namun, kenapa kamu yang selalu membuat tergila-gila.

Tak pernah aku bercita-cita. Akan menjadikanmu pelipur lara. Tetapi itulah kehidupan dunia. Tak ada seorangpun yang bisa menduga.

Aku hanya bisa berusaha dan berdoa. Jika suatu masa kau dan aku hidup berdua. Aku mau kau akan tetap setia. Walau badai selalu menimpa. Tak kan goyah diterjang gempa. Takkan hilang di telan masa.

#JeWe45
#juruspecahtelor
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Colek mba @⁨Lyza⁩
Silakan dihajarrr😃

Bertepuk Sebelah Tangan

*Bertepuk Sebelah Tangan*
*By Noer*

Jika menatapmu saja sudah lebih dari segalanya. Apalagi memilikimu untuk selamanya. Alamat dunia milik kita berdua.

Entah apa yang membuat aku jatuh cinta padannya. Bentuk rupa biasa biasa saja. Kepintaran lebih sedikit dari rata-rata. Kalau ia bergaya membuat orang yang menatapya ketawa dan terpana.

Aku masih bertanya-tanya. Siapa orang ini sebenarnya? Menurut teman-teman sebaya. Ia keturunan orang malaya.

"Assalamualaikum, sobat"

Pak Ujang membuayarkan lamuanku. Padahal aku baru saja duduk dibangku. Sambil melirik seseorang yang selalu menari dalam ingatanku.

Siapakah dia???

Dia yang menurutku begitu memesona. Padahal teman-temanku tak pernah menduga. Aku akan tergila-gila padanya.

Tak lama terdengar Pak Ujang membuka pelajaran dengan pertanyaan tentang pesona.

Kenapa harus dimulai dengan serangkaian pertanyaan?

Menurut pak Ujang di beberapa kelas yang pernah aku ikuti, beliau menyampaikan bahwa  pertanyaan sering lebih penting dari jawaban.

Makanya pak Ujang selalu memulai pembelajaran dengan rangkaian pertanyaan. Agar otak kreatif siswanya tersentil dan menghasilkan tulisan yang bagus.

Pertanyaan yang dilontarkan pak Ujang kami lahap dengan semangat. Tak peduli mulut ikut komat kamit. Yang penting diri ikut selamat.

Sambil menunggu yang lain. Silakan amati unsur-unsur tulisan berikut. Pak ujang menayangkan sebuah gambar berwarna orange bercampur sedikit warna hitam. Yang di dalamnya terdapat 7 poin penting dalam menulis.

"Jika sudah silakan bertanya", ucap pak Ujang.

"Alur yang cetar itu bagaimana, Pak?", maria bertanya.

"Yang tak mudah diduga".

Hello sobat.

Kalau kalian mau tau kenapa aku suka pada Umar. Jawaban Pak Ujang ini bisa mewakili sebagian dari jawabanku.

Ini dia jawaban dari pertanyaan yang selama ini kalian pertanyakan. Kenapa aku suka? Karena ia orangnya susah ditebak. Tak gampang lho untuk menaklukkan hatinya.

He...

"Waow, butuh contoh ini, Pak", Maria memelas.


"Manja", pak Ujang langsung menangkis.

Aku sih sudah menduga. Dengan hitungan detik, Maria akan kena sentil. Rupanya benar dugaanku.

Ha
Ha

Kalimat adalah unsur vital dalam sebuah tulisan. Tanpa kalimat takkan ada tulisan.

Jika kalimatmu lezat maka pembaca akan terpikat dan menuntaskan membaca sampai akhir.

Sebaliknya, jika kalimatmu kaku, bertele dan buyar maka pembaca cepat capek dan bosan.

Ok

"Sampai di sini kalian paham?" Tanya pak Ujang. Kami semua manggut-manggut.

Sambil menunggu aksi Pak Ujang selanjutnya, aku sempatin melirik Umar dengan sudut mata. Namun, lagi lagi ia tak bergidik sedikitpun. Padahal aku sangat berharap bisa bertemu pandang. Tapi...

Ya sudahlah. Tak satu jalan ke Roma. Bukan aku namanya jika berhenti sebelum menang.

"Siapa disini yang ingin kalimatnya lezat disantap pembaca?, Pak Ujang membuyarkan lamunanku.

Semua yang ada dalam kelas tunjuk tangan. Kecuali Umar.

"Hei, Umar. Kamu sudah paham belum", tanya pak Ujang.

"Apa, Paaak?" Ia kembali bertanya. Seperti tak terjadi apa-apa.

"Ya sudah, kau, lanjutkan saja melamunnya". Sepertinya Pak ujang tak mau berurusan dengan orang aneh seperti Umar. Sambil kembali menulis di papan tulis.

1. Aku tak lagi mencintaimu  setulus hatiku. Karena berulangkali kau menipuku dengan gayamu. Karena kamu sering bohong padaku

2. Aku tak lagi cinta kamu sepenuh hati.

"Dari dua contoh di atas, mana yg lebih enak rima dan iramanya?" Tanya Pak Ujang.

Kami semua sepakat pada yang nomor satu. Selain mudah dipahami juga enak dibaca.

Ok

Untuk memudahkan kalian memahami unsur-unsur tulisan lezat, silakan di praktekkan dengan 3 pola berikut. Pak Umar langsung memberikan tugas.

1. Hidupku bagai.....
2. Pikiranku bagai.....  hingga.....
3. Kalimatku bagai....  hingga...  akhirnya..

"Buat kalimat dengan pola ini sebanyak 3 kali",  pak Ujang mengingatkan.

"Ini saatnya aku balas dendam",  dalam hatiku.

Aku sengaja buat tugas dua. Satu untuk aku serahkan sebagai tugas. Satunya lagi akan kutitip sama Eko. Agar diberikan pada Umar.

Sudah waktunya aku berterus terang. Bahwa aku menyukainya. Aku tak mau cintaku bertepuk sebelah tangan.

#JeWe45
#tugasresumepart4
#bahagiadenganmenulis
#menulisitubahagia
#virusbahagia

Pertemuan yang Memesona

*Pertemuan yang Memesona*
*By Noer*

Jika guru perlu digugu. Ilmunya bisa ditiru. Mengapa masih duduk termangu?

Suasana kelas mulai ramai. Tak sabar ingin memulai. Menunggu guru yang lembut gemulai. Namun jika beraksi tak lupa mengeluarkan samurai.

"Assalamualaikum, Sobat"

Sapaan singkat nan memikat. Membuat muridnya  bersemangat. Hingga lupa kemaren kena damprat.

Prakkk...

Kalimat adalah unsur vital dalam sebuah tulisan. tanpa kalimat takkan ada tulisan.

Jika kalimatmu kezat maka pembaca akan terpikat dan menuntaskan membaca sampai akhir hayat.

Sebaliknya, jika kalimatmu kaku, bertele dan terpaku maka pembaca capek dan bosan prikitiu.

'Bisa aja kamu, Guru", dalam hatiku.

Begitu sang guru memulai kelas malam minggu.

"Siapa disini yang ingin kalimatnya lezat disantap pembaca?"

Saya
Saya
Saya

Begitu jawab murid serempak. Bak martabak siap ditembak. Bertebaran menghiasi gerobak.

"Maaf telat", salah seorang murid datang telat. Semua menatap lekat. Ke arah pintu yang engselnya mulai berkarat.

Krrrrttt

Pintu terbuka seketika. Mata menyorot tak kira-kira. Oom masuk dengan gembira.

"langsung ikut dulu ya, ga usah jawab pertanyaan yang awal. Karena telah dibawa kabur oleh Bang Priwal. Lantaran berada dalam bulan Syawal.

Siap, jawab mba oom dengan terkesiap. Karena sang guru telah siap-siap. Ambil ancang-ancang melempar materi kalimat lezat.

Kalimat lezat:
1. Aktif
2. Irama dan rimanya enak
3. Visualize
4. Maksimal 11 kata
5. Efektif
6. Satu ide utuh
7. Ada makna baru

"Simak dan bertanyalah", perintah sang guru, yang suaranya sering megundang rindu.

"Saya, guru", Helda mengacungkan jempol seksinya yang sedari tadi menahan diri.

"Coach, walaupun sudah menghafal dan selalu mengingat diagramnya, mengapa kadang kalimat dan paragraf masih tak lezat?"

"Jam terbang dan keikhlasan", jawab sang guru singkat, padat, dan memikat.

Hai
Hai
Hai

"Perhatikan ke depan. Saat jari saya menari dengan sopan", sorak sang guru setengah tampan.

Pertama, AKTIF
Aktif itu subjek mengerjakan sesuatu.

Aku menampar Anton (aktif)
Anton ditampar aku (pasif)

Guru memberikan contoh sambil berseloroh.

"Paham sampai di sini?. Kalau ngg paham coba sedikit menampar diri. Canda guru sambil terus menari.

Kedua, IRAMA DAN RIMANYA ENAK
Irama itu berkaitan dg nada. Rima itu berkaitan dg suku kata akhir. Kalimat aktif itu secara tidak langsung irama dan ritmenya cenderung lebih enak.

aku tak lagi mencintaimu  setulus hatiku. Karena berulangkali kau menipuku dengan gayamu. karena kamu sering bohong padaku

aku taklagi cinta kamu sepenuh hati.

Silakan dicermati kedua kelompok kalimat tersebut. Dan jawablah sesuai kemampuanmu", perintah sang guru.

Semuanya saling rebut. Titin, Darma, Noer, Maria. Mereka sepakat menjawab nomor satu. Tapi bukan yang 01 itu ya.

Iya
Yang tu tu

Sssttt

Ketiga, VISUALIZE
Bisa dibayangkan. Tidak mengacaukan pikiran.

Mengapa harus visualize?
Agar mudah diresap oleh memori pembaca. Agar pembaca lebih terlibat karena ada tindakan.

Keempat, MAKSIMAL 11 KATA
Biar pembaca lebih lega membaca tulisan kita. Tak perlu latihan olah nafas dulu. Jika bisa pendek, mengapa harus dipanjang-panjangin dan bertele. Jika lebih dari 11 kata akan mengurangi daya serap memori. Dan itu merepotkan pembaca.

Kelima, EFEKTIF
Efektif itu tidak bertele-tele dan tidak menggunakan kalimat majemuk.

Keenam, SATU IDE UTUH
Satu kalimat itu tidak ada gagasan yang bertubrukan.

Yang Anda salah paham adalah semua ide dan maksudmu harus termuat dalam satu kalimat. Padahal bisa dilanjutkan pada kalimat berikutnya.

Kesalahan prinsip inilah yang membuat kalimatmu panjang, bertele-tele, lebay, dan tidak satu gagasan utuh.

"Ayo ngaku siapa yang sering bertubrukan?" Sang guru melirik  kami satu persatu.

Ketujuh, ADA MAKNA BARU
Kalimat yang mampu memunculkan makna baru sangat disukai pembaca

Hal ini paling penting dalam menulis. Karena tulisan yang runtut banget itu monoton kurang menghargai imajinasi pembaca.

Semua yang ada dikelas manggut manggut balam. Karena memang sudah larut malam. Saatnya tidur dengan menggunakan talam eh bantal maksudnya.

Wassalam

#JeWe45
#tugaskalimatlezat
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Dopamin Membelai Bajaj

*Dopamin Membelai Bajaj*
*By Noer*

Puas berkeliling-keliling dengan andong saatnya beristirahat sejenak. Selain capek, ini badan belum mandi semenjak pagi.

Bau ngg?

Lumayanlah. Asalkan jangan terlalu mendekat, dijamin aman. Tak sampai merontokkan bulu hidung.

He...

Andong tepat berhenti di depan penginapan yang kami sewa. Rasanya tak sabaran ingin bertemu dengan air. Rasa rindu tak terbendung lagi.

"Aku duluan ya", sambil menyandang handuk ke kamar mandi.

Biurrrr...

Seperti ikan bertemu air. Klepek-klepek. Saat disiram, segarnya sampai ke ubun-ubun.

Istirahat sejenak sambil menunggu kedatangan mba Yuriz.

Ting
Tong

Notifikasi gawaiku sedikit membuyarkan istirahatku. Rupanya pesan dari mba Yuriz.

"Maaf, Uni. Aku sedikit mengalami masalah. Istrinya Abang Becak mengamuk. Disangkanya saya menculik suaminya. Karena tidak pulang semalaman. Mohon bersabar menunggu".

Ondeh Mande...

Uni @⁨Maria Ulfa⁩ yang sedang rebahan langsung duduk mendengar teriakan suaraku. Begitu juga dengan mba @⁨Titin Prasetyawati⁩

"Kenapa, Uni?, tanya mereka seolah serempak.

Aku paparkanlah apa yang menimpa mba Yuriz. Mereka bukannya mencarikan solusi dari masalahnya. Malah tertawa terbahak-bahak.

Ha
Ha
Ha

"Jangan ketawa dong. Carikan jalan keluarnya gitu. Biar kita ngg kelamaan menunggu", protesku pada mereka berdua.

"Tenang, Uni. Mba yuris itu orangnya pintar. Tak ada masalah yang rumit bagi dia. Kalau tidak alang kepalang mana mau dia ke Jogja pake becak", kata mba Titin menjelaskan.

Aku mangguk-mangguk mendengarkan penjelasan mba Titin.

 "Iya juga ya", dalam hatiku.

"Kita jalan lagi yuuk", ajak Uni Maria.

"Ayuuk", jawabku dengan semangat.

Kali ini aku mau jalan-jalan dengan naik bajaj. Ini mengingatkan aku pada nostalgia tiga puluh tahun silam. Saat ayahku mengajakku jalan-jalan mengelilingi kota padang dengan naik bajaj.

Mendengar suara bajaj yang cempreng kembali aku seperti kecil lagi. Ingatanku menghantarkan pada masa kecil yang bahagia. Duniaku kecilku sangat indah sekali.

Masih lekat diingatanku warna bajaj yang ku naiki bersama Ayah dan Emakku saat itu. Warna biru langit nan memesona. Ada bel di bagian atapnya. Digunakan memberi tau sang sopir bila ada yang mau turun.

Ingatanku masih jernih tentang masa kecilku. Sejernih kehidupanku saat ini. Insyaallah dengan izinNya.

Begitulah kalau hormon dopamin yang ada dalam tubuh terjaga dengan stabil. Memori bisa menyimpan masa lalu dengan sempurna.

#JeWe45
#tugas9part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Gastrin Memakan Andong

*Gastrin Memakan Andong*
*By Noer*

Gen JeWe 45 memiliki semangat yang luar biasa. Apalagi seringnya rekreasi ke luar kota. Banyak hal yang membuat mereka semakin bahagia. Apalagi ditambah dengan cerita perjalanan mba @⁨Yuriz⁩

Tau ngg gaes, mba Yuriz ke Jogjanya pake becak. Apa ngg bertelor coba menunggunya. Ditambah ketika dihubungi jawabannya aneh-aneh lagi.

Nomor yang anda tuju selingkuh.

Nomor yang anda tuju sedang ngambek.

Yang terbaru, nomor yang anda tuju sedang nyasar.

Apa ngg kesel coba!

Untung saja mba ketua orangnya paling sabar. Paling pandai menghibur teman. Walau hanya cuma sekadar berkeliling-keliling cuci mata bolehlah. Dan Uni Maria yang kocak. Sehingga aku yang agak bosanan orangnya bisa sedikit terhibur.

Kring
Kring

Aku kembali menghubungi mba Yuriz. Alhamdulillah kali ini ada jawaban.

"Mba Yuriz, kamu di mana?", tanyaku dengan suara agak meninggi.

"Aku nyasar, Uni", sambil langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak.

"Aduhhh...", keluhku sambil menepuk jidat.

Mba Titin terheran-heran melihat wajah kesalku. Lalu menghampiriku sambil bertanya posisi mba Yuriz. Aku sampaikanlah apa yang barusan diomongin mba Yuriz.

Sudah
Sudah

"Sekarang saatnya memanjakan kampung tengah. Kita lupakan sejenak mba Yuriz. Biarkan ia menikmati nyasarnya bersama abang becak"? Ajak mba Titin

"Ayuuk", ajakku dengan semangat.

Tak jauh dari tempat kami berdiri tampak sebuah warung makan padang. Yang belakangan sempat viral akan diboikot. Namun, tak ada yang berani melakukannya. Mana ada yang tahan dengan godaan rendang.

Kami berjalan menuju warung nasi padang. Semua sepakat makan pake rendang. Termasuk aku sendiri. Selain rendang, ada beberapa jenis masakan padang yang juga tidak kalah enaknya. Kali ini aku  mengambil gulai cempedak berbuah nangka yang dicampur rebung dan lobak hijau.

Sedaaap...

"Tambuah ciek, Da", sorakku pada salah seorang pelayan.

Entah karena lapar atau doyan, aku nambah beberapa kali. Apalagi nasi panas disiram gulai kapau. Enaknya sampai ke langit yang ketujuh.

Lebay...

Ngg percaya? Yuk mari dicoba!

Selesai makan dunia terasa nyaman. Mata mulai beraksi.

Ngantuk...

Tapi... kenapa perutku bernyanyk-nyanyi. Apanya yang salah. Telat makan? Sedikit iya. Terlalu penuh? Iya. Komplit dah.

Perut semakin tidak nyaman. Berkali-kali aku mengamankan dengan cara memegangnya. Namun, kali ini tak bisa lagi.

Lariiiii...

Untung kamar mandi rumah makannya ngg banyak orang antrian. Jadi aku bebas berlarian.

Prakkk...

Bunyi pintu kamar mandi kubanting keras. Karena tergesa-gesa. Akhirnya apa yang barusan masuk langsung keluar.

Untung selesai melapor perutku terasa agak nyaman. Jadi bisa melanjutkan perjalanan menyisir sudut kota Jogja yang sudah làma aku idam-idamkan.

Namun biar agak santai aku dan teman-teman menyewa andong untuk berkeliling-keliling. Biar lebih santai dan bisa menyimpan sedikit tenaga.

#JeWe45
#tugas8part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Progesteron Mencakar Delman

*Progesteron Mencakar Delman*
*By Noer*

"Beri bocoran dikit dong celok tentang hormon progesteron", pintaku pada @⁨dr. Darmanelly⁩

"Hormon nya perempuan", jawab Celok singkat.

Sebelumnya aku benar-benar tidak tahu tentang istilah hormon yang ada dalam tubuh. Setelah digoogling rupanya semuanya ada dalam tubuh kita. Dan tubuh kita bisa memproduksinya sendiri.

"Nikmat tuhan mana lagi yang akan kau dustakan", begitu dalam Alquran.

Kita saja yang kadang kurang pandai menjaga nikmat yang diberikanNya. Aku semakin takjub terhadap setiap tugas yang di berikan Coach. Ujung-ujungnya pasti bermuara pada rasa syukur.

Setelah kembali dari perjalanan jauh bersama teman-teman JeWe, aku lanjut tancap gas menyelesaikan tugas yang diberikan Coach. Harus selesai sebelum kelas mulai. Jika tak mau kena usir.

Sadis ya...

Ngg apa-apalah sadis dikit demi kepintaran kita jua.

Aku membaca beberapa artikel tentang hormon progesteron. Benar apa yang disampaikan Celok. Bahwa hormon progesteron adalah hormon untuk wanita.

Hormon wanita yang diproduksi oleh indung telur dan berfungsi untuk menjaga kehamilan dan tumbuh kembang embrio, serta mengatur siklus menstruasi dengan mengendalikan pertumbuhan jaringan dinding rahim.

Kerennn...

Begitu kira-kira pemahamanku tentang hormon yang satu ini. Wanita banget rupanya.

Aku semakin takjub dengan kesempurnaan ciptaanNya. Ciptaan yang sungguh sangat sempurna. Tak ada satupun yang bisa menandingi ciptaanNya.

Seperti ucapan Coach, kita masih manusia. Makhluk mulia yang punya Akal. Akal adalah salah satu Anugrah terbesar  kehidupan. Akal laksana server bagi hamparan energi semesta. Pengendali dan pemandu gelombang nasib keberkahan. Sadarkah kita?

Ting
Tong

Sebuah pesan masuk dari Uni @⁨Maria Ulfa⁩

"Maen ke Lombo yuk. Biaya ngg usah pikirin. Biar aku yang nanggung semua".

Mata siapa yang tidak melotot mendapatkan tawaran jalan-jalan gratis. Ke Lombok lagi. Terbayang sudah pantainya yang memiliki pesona eksotis. Dengan *pasir ping* berserakan di sepanjang pantai. Pulau *Gilitrawang* yang memesona.

Ahaiiii...

Aku langsung komen.."Aku ikuuut".

Dasar emak-emak. Kalau urusan jalan-jalan barisannya paling depan.

Mudah-mudahan tak ada yang dalam kondisi hamil. Agar tak beresiko terhadap kehamilannya. Yang dapat rezeki hamil tunda dulu jalan-jalannya.

He....

"Lalu, kapan kita berangkatnya, Uni @⁨Maria Ulfa⁩ ?"

Mohon kepastiannya 🥰

#JeWe45
#tugas7part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Testoteron Melukis Pedati

*Testoteron Melukis Pedati*
*By Noer*

Tiiit
Tiiit

Klakson bus yang akan mengangkutku ke kota Jogja bersama teman-teman memanggilku dari luar. Sekali lagi aku berpamitan pada anggota keluargaku.

"Cepat pulangnya ya, Bu", ucap Adek sambil dadah dadah.

Di mobil sudah ada mba @⁨Titin Prasetyawati⁩, uni @⁨Maria Ulfa⁩  mba @⁨Helda⁩ dan mas @⁨Joko Waluyo⁩

"Yang lain mana mba ketua?", tanyaku pada mba Titin.

"Beberapa ada yang berhalangan. Celok @⁨dr. Darmanelly⁩ banyak jadwal kegiatan yang tidak bisa beliau tinggalkan. Seperti malam tadi beliau mewakili walikota Pontianak menghadiri acara pemilihan Duta Genre. Mudah-mudahan lain waktu bisa berkumpul bersama kita", mba Titin menjelaskan panjang lebar.

Mba @⁨oomkomariyah9417⁩  sibuk kopdar sana sini bersama Coach. Mba @⁨Jauharoh⁩ beberapa hari ini tak ada kabar. Mba @⁨PipitTyas⁩ juga suaranya agak jauh. Mba @⁨Lyza⁩  agak ragu-ragu sepertinya. Bunda @⁨Rosnani hasnan⁩ ada kesibukan. Mas Eko @⁨nopri_e⁩ ada halangan. Mba @⁨lisanafajarwati⁩ juga ada kesibukan.

Ok
Ok

"Semoga suatu saat kita bisa berkumpul bersama", ucapku.

Upsss

"Mba Yuriz?" Biar ku hubungi dulu.

Tuuut
Tuuut

"Nomor yang anda tuju sedang ngambek"

"What???"

"Ngambek katanya mba ketua", sorakku ke arah mba Titin.

"Alhamdulillah ada penurunan aktivitas. Kemaren selingkuh sekarang ngambek", jawab mba ketua.

Bus yang membawa kami terus berjalan menyusuri jalan. Suasana tampak bersahabat. Sesekali berpapasan dengan orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

"Lima puluh meter lagi ada persimpangan berhenti sebentar ya pak sopir. Ada teman yang mau naik", pinta mba ketua kepada sang sopir.

"Siap, mba", jawab sang sopir dari depan.

Tak berapa lama bus yang kami tumpangi berhenti. Tampak mba Yuriz berdiri sambil melihat serius ke arah bus yang kami tumpangi.

Bus berhenti dengan pelan. Mba yuriz naik tampak bersemangat. Posisi duduk untuk beliau sudah diatur. Tentunya berdekatan dengan mas Joko.

"Sini mba @⁨Yuriz⁩". Aku mengarahkan telunjukku ke samping mas Joko.

Langkah pertama urusan saya. Setelah itu terserah anda.

Ahaiiii

Bus melaju dengan kecepatan sedang. Kadang-kadang terhenti sejenak karena ada keramaian.

Kali ini terhenti di salah satu pasar tradisional. Cukup lama macetnya. Karena pasarnya tumpah sampai ke jalan. Tampak di depan pasar tersebut berjejer berbagai macam kendaraan tradisional. Parkir menunggu penumpang. Ada becak motor, becak sepeda, delman, dan pedati, dan lain-lain.

Diantara sekian banyak kendaraan tradisional, pedati menjadi pusat perhatianku.

Kenapa? Karena kendaraannya di tarik oleh seekor sapi. Dan dikendalikan oleh seorang kakek menggunakan penutup kepala meruncing ke atas. Apa namanya saya kurang tau.

Dinding pedatinya cukup menarik perhatian bagi yang melihat. Dihiasi dengan berbagai macam lukisan. Salah satunya lukisan lelaki berotot yang dimiliki oleh si kakek. Sepertinya disesuaikan dengan kesukaan pemiliknya. Tampak perkasa dan jantan sekali lukisannya.

Apa kabar dengan mba Yuriz dan mas Joko?

Tunggu kelanjutannya ya, Sobat!

Heee...

Jika suasana hati mempengaruhi perbuatan. Dan perbuatan menentukan siapa pemiliknya. Mengapa masih ragu menata hati.

#JeWe45
#tugas6part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Insulin Mengontrol Mobil

*Insulin Mengontrol Mobil*
*By Noer*

Sepulang dari rumahnya Celok, Adek semakin pintar berbicara. Membuat aku penasaran. Katanya ia mau jadi dokter seperti Celok, @⁨dr. Darmanelly⁩ .

"Senang betul pulang dari rumah, Celok. Cerita apa tadi di sana?, tanyaku sedikit kepo.

"Iya, Buk. Adek mau jadi dokter seperti Celok", jawabnya berapi-api.

"Kenapa?"

"Kalau jadi dokter Adek bisa nolong orang sakit".

"Owhhh... Kalau mau jadi dokter apa syaratnya", tanyaku.

"Harus rajin belajar".

"Pinter anak, Ibuk", seraya memujinya.

Melihat Adek bercerita dengan penuh semangat aku mangguk-mangguk. Sementara Atuk senyum-senyum sampai kempotnya terlihat dengan jelas.

Tung
Tang

Nada notifikasi gawaiku memecah konsentrasi saat mendengar cerita Adek. Aku usap gawaiku yang sedari tadi berada dalam genggamanku. Rupanya pesan dari mba @⁨Titin Prasetyawati⁩

"Uni, kita jadi berangkatnya besok ya?"

Aku tatap gawaiku sambil berpikir agak lama. Lalu bertanya-tanya sendiri. "Mau berangkat kemana ya", dalam hatiku.

"Ooo iya, kemaren aku mengusulkan sebuah ide untuk refresing ke Jogja. Jadi rupanya. He...

"Jadi kita perginya mba?" Tanyaku mengirim sebuah pesan.

"Jadi, dong".

Ok
Ok

Malamnya aku pamit pada semua anggota keluarga. Termasuk sama si Kakak dan Adek.

Paginya sebelum berangkat, aku iseng menghubungi momor kontak mba @⁨Yuriz⁩

Namun, jawaban dari seberang sana tak mengenakkan telinga.

Apa?

"Nomor yang Anda tuju sedang selingkuh?'

"Selingkuh?"

Aku heran deh. Kemaren aku dituduh mba Yuriz selingkuh sama mas @⁨Joko Waluyo⁩ kenyataannya mas nya kedapatan duduk berdua sama uni @⁨Maria Ulfa⁩. Sekarang dihubungi katanya selingkuh. Gimana ngg kesel coba.

He...

Tapi aku paham betul karakternya mba Yuriz. Mana bisa dia musuhan sama aku. Apalagi kalau ngeliat aku bawa rempeyek.

Mana tahaaan...

Aku telah mempersiapkan ide cemerlang untuk mba Yuriz. Aku siapkan strategi jitu agar dia baekan lagi sama mas Joko. Sebuah strategi agar hormon insulinnya berfungsi sebagaimana mestinya.

Mau tau, atau mau tau bingit?

Ikutin kelanjutannya!

Heee...

#JeWe45
#tugas5part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Adrenalin Melempar Sepeda

*Adrenalin Melempar Sepeda*
*By Noer*

Adek tampak begitu sangat riang mendengar ajakan Atuk ke rumah Celok @⁨dr. Darmanelly⁩. Apalagi naik becak. Adek melonjak geringan.

"Ayo cepat, Atuuuk", sambil menarik-narik tangan Atuk.

Adek nampak tak sabaran lagi. Semangatnya nampak menggebu-nggebu.

"Cepat cari topinya. Biar kepalanya ngg kepanasan", perintah Atuk pada Adek.

"Ibuuuk, mana topi, Adeeek", bersorak sambil berlari ke kamarnya. Sementara Atuk mengeluarkan becak dari kandangnya.

Tit
Tit
Tit

Bunyi klakson becak Atuk seakan memanggil-manggil Adek agar cepat. Sementar Adek masih berputar-putar mencari topinya di kamar.

"Dimana Adek tarok?", tanyaku sambil membantu mencari. Setelah puas mencari akhirnya ditemukan. Topinya ada dalam keranjang bersama mainan lainnya.

"Ini dia, Dek".

Adek memgambil topinya secepat kilat dari tangannku. Kemudian langsung berlari keluar menghampiri Atuk yang sedari tadi telah menunggunya.

"Ayook, Tuk. Kita berangkat.

"Siap, Bos", jawab Atuk.

Atuk begitu tampak semangat mengayuh becaknya. Sementara Adek begitu bersemangat menikmati perjalananya menuju rumah Celok. Rumah yang sekaligus tempat prakteknya. Ia menikmati perjalanan sambil bersenandung.

Saya mau tamasya
Berkeliling keliling kota
Hendak melihat-lihat keramaian yang ada
Saya panggilkan becak
Kereta tak berkuda
Becak, becak, coba bawa saya

Saya duduk sendiri sambil mengangkat kaki
Melihat dengan asyik
Ke kanan dan ke kiri
Lihat becakku lari
Bagaikan tak berhenti
Becak, becak, jalan hati-hati

Tak berapa lama Atuk dan Adek sampai di depan rumah Celok. Adik turun denga  hati-hati sementara Atuk memarkir becaknya di samping halaman yang agak teduh. Di bawah pohon jambu merah.

Tampak beberapa orang sedang duduk di teras rumahnya Celok.

"Assalamualaikuuum", ucap Atuk sesampai di depan pintu rumahnya Celok.

"Waalaikum salaaam", terdengar sahutan dari dalam.

Celok keluar dan menghampiri Atuk dan Adek.

"Wahh ada Atuk, Adek. Silakan masuk dulu. Aku ada pasien satu orang lagi", ucap Celok.

"Ya ya. Silakan", jawab Atuk dengan senyum kempotnya.

"Bibiii, buatkan minum dua", sorak Celok kepada pembantunya sambil menuju ruang perawatan".

Tak lama kemudian pembantu Celok keluar dengan membawa dua gelas minuman dengan nampan.

"Silakan diminum, Tuk, Adek", tegur si Bibi.

"Iya, Nak. Terima kasih".

Atuk merasa Celok sudah seperti anak kandungnya sendiri. Karena layanannya sebagai dokter sangat profesional. Sehingga siapa saja yang datang berobat kepadanya akan merasa senang. Baik anak kecil maupun orang dewasa.

Jika senyum membuat bahagia. Bersilaturrahmi membuka jalan ke surga. Mengapa permusuhan jua yang di raba.

#JeWe45
#tugas4part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Tiroid Memaafkan Gerobak

*Tiroid Memaafkan Gerobak*
*By Noer*

_Pikiranku bagai pelangi yang penuh warna warni menghiasi bumi pertiwi_

"Atuk jahat", sungut si Adek sambil memungut mainan kereta apinya.

"Bukan jahat, sayang. Atuk ngg sengaja", ucapku membujuknya.

Cit
Cit
Cit

Terdengar suara anak ayam begitu rame di luar. Si Adek langsung berlari keluar menghampiri Atuk.

"Wah, bagus-bagus warnanya, Tuk. Adek suka".

"Iya. Adek mau melihara?", tanya Atuk.

"Mau banget, Tuk", terdengar suara si Adek bersemangat.

"Atuuuk, Adek takuuut", terdengar pekikannya begitu keras.

Rupanya si induk hampir saja mematuk si Adek demi menyelamatkan anak-anaknya. Di kiranya si Adek pemangsa. Hingga si Adek lari berhamburan kembali ke dalam.

Atuk malah ketawa melihat ekspresi si Adek ketakutan. Begitu juga dengan aku.

"Katanya pahlawan, kok sama ayam takut", godaku.

"Adek ngg mau lagi berteman sama Atuk. Atuk jahat. Ayamnya juga"

"Heee... anak sholeh ngg boleh dendam. Mana senyumnya?" Aku tetap menggoda. Sampai si Adek kembali tersenyum.

Atuk masih sibuk dengan ayam piaraannya di halaman depan. Sambil menjemur anak-anak ayam yang baru saja menetas.

Hus
Hus
Hus

Tampak Atuk mengusir si meong agar menjauh dari ayam piaraannya. Musuh bebuyutannya ayam. Ini mah tak boleh lengah. Sedikit saja khilaf. Habis dah...

"Nuuun, bawa sini minum Atuk", sorak Atuk dari halaman depan. Sepertinya ia tak mau meninggalkan piaraannya.

"Ya, Tuuk".

Aku membawakan minuman Atuk yang sedari tadi ditinggalkannya. Sibuk dengan piaraan barunya.

"Wuizzz, banyaknya. Berapa ekor, Tuk?

"Enam belas"

"Waduh. Pintar induk an, Atuk. Menetas semua telurnya".

"Iya. Jago dia". Atuk tampak bahagia.

Dari tempat aku berdiri, tampak Emak terduduk lesu di kedai. Sambil mengurut-urut pundaknya. Melihat Emak demikian aku menghampiri beliau.

"Kenapa, Mak?"

"Rasanya badan Emak lemas semua. Padahal baru saja makan".

"Emak demam?"

"Engga. Cuma lemas".

Hmmm

"Mungkin Emak kurang makan sayur". Ucapku.

Aku ingat pelajaran tentang jenis-jenis hormon saat kuliah di universitas JeWe. Seingatku, jika badan terasa kurang semangat dan terasa lemas itu tandanya kurang hormon tiroid dalam tubuh.

Dan salah satu cara meningkatkan hormon tersebut adalah dengan mengonsumsi sayuran dengan cukup.

"Ok, Mak. Stok sayur masih banyak. Ntar makan siang kita masak sayur yang banyak", ucapku bersemangat.

Kemudian meninggalkan Emak yang masih tampak lemas. Dan aku melanjutkan pekerjaan yang masih terbengkalai.

Jika mencegah lebih baik daripada mengobati. Sehat lebih berharga dari emas permata. Mengapa masih tergoda dengan yang instan semata?

#JeWe45
#tugas3part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Seretonin Menendang Kereta

*Seretonin Menendang Kereta*
*By Noer*

"Ibuk, Kakak nak mandi", sorak anak gadisku membuyarkan konsentrasiku.

Kedua anakku sudah mulai libur sekolah. Setelah menerima rapor hasil belajar mereka selama dua semester.

Si Kakak naik ke kelas tiga. Alhamdulillah rangking satu di kelasnya. Sementara si Adek akan masuk esde.

Mendengar si Kakak bersorak, aku kemudian beranjak kebelakang menuju sumber suara.

Wow...

Rupanya si Kakak sudah basah-basahan di kamar mandi. Rambut dan bajunya sudah kuyup.

"Mengapa pagi-pagi sudah main air, Kak?, tanyaku sambil memperhatikan peralatan mandi yang "Iya, Buk. Tadi Kakak buang air. Celananya basah", jawab si Kakak sambil terus bermain air.

"Ya udah. Cepat mandinya, Kak. Ibuk mau mencuci."

"Ok, Ibuk", jawab si Kakak dengan riang.

Sambil menunggu si Kakak selesai mandi, aku membersihkan kamar dan ruang tengah. Tampak si Adek yang masih asyik dengan berbagai macam mainannya. Mulai dari mainan robot, mobil-mobilan, motor, dan kereta api.

Tut
Tut
Tuuut

Siapa hendak ikut ke bandung surabaya...

Terdengar si Adek bermain sambil bersenandung.

Tung
Tang

Mainan kereta api si Adek terpelanting jauh dari posisi semula. Rupanya Atuk masuk dengan berjalan tergesa-gesa. Entah apa yang membuat beliau berjalan agak cepat dari biasanya.

Atuk tampak bersemangat sekali. Hingga beliau tak memedulikan apa yang telah disepaknya.

"Atuuuk" suara si Adek spontan bersorak. Namun Atuk hanya melirik kemudian berlalu ke belakang.

Tak lama tampak Atuk  menenteng sebuah kardus.

"Untuk apa kardus, Tuk?",

"Ayam Atuk dah menetas", dengan senyum kempotnya.

"Pantesan semangat sekali. Rupanya ada yang melahirkan", dalam hatiku.

Begitulah sobat, jika hormon seretonin beraksi. Suasana hati alias mood akan ikut berubah.

Apa itu seretonin?

Mau tau atau tau banget?

Serotonin adalah salah satu zat kimia tubuh yang berperan untuk mengendalikan emosi dan suasana hati seseorang.

Jika suasana hati bisa mengendalikan keadaan. Dan keadaan bisa mengubah ekspresi. Lantas apa yang lebih menentukan arah hidupmu?

He..

#JeWe45
#tugas2part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Melatonin Menyelamatkan Motor

*Melatonin Menyelamatkan Motor*
*By Noer*

Pagi sekali Zean adik bungsuku telah siap-siap mau berangkat sekolah. Padahal biasanya sangat sulit membangunkannya untuk salat subuh. Tunggu Emak marah-mrah dulu baru ia akan bergerak.

Namun pagi ini agak beda. Entah apa gerangan yang membuat ia semangat bangun pagi.

"Wah, gagah bana anak bungsu, Emak", ucap Emak menyapa si bungsunya.

(Ganteng sekali anak bungsu, Emak)

"Iya dong. Siapa dulu, si bungsu, Emak", ucapnya sambil tersenyum sumringah.

Di meja makan sudah tersedia nasi goreng putih kesukaan anak-anak Emak. Kami sebagai anak-anaknya sudah terbiasa dengan masakan yang satu ini. Dan resepnya sudah turun temurun sampai ke cucu-cucunya.

Kami memberikan nama nasi goreng putih, karena resepnya yang sangat sederhana.

Bahan: nasi putih secukupnya, irisan bawang merah, seledri beberapa tangkai, dan garam secukupnya.

Cara membuat: panaskan minyak untuk menggoreng irisan bawang merah. Setelah agak sedikit menguning masukkan nasi. Lalu taburi dengan seledri dan garam secukupnya.

Taraaa...

Nasi goreng putih siap disajikan.

Mudahkan sobat?

Inilah masakan yang telah menghantarkan anak-anak Emak mengecap pendidikan sampai perguruan tinggi. Entah dari mana Emak mendapatkan ide. Hingga beliau selalu membuatkan anak-anaknya nasi goreng putih setiap akan berangkat sekolah.

Setau kami? Emak mewajibkan anak-anaknya makan pagi sebelum berangkat sekolah. Dan sampsi hari ini sudah menjadi kebiasaan.

"Makan, ayo makan", sorak Zean sambil menuangkan nasi goreng putih ke piringnya.

Mendengar pamannya makan, si Kakak dan si Adek langsung beraksi. Ia berlari ke meja makan dengan semangat paginya.

"Adek mau telor dadar atau telor mata sapi?, tanyaku sambil mengambilkan nasi goreng.

"Telor dadar" jawabnya singkat.

"Kakak juga", si Kakak ikut menimpali.

"Masih sekolah, An", sapa Emak dengan panggilan sayangnya pada Zean.

"Ya, Mak. Hari ini pembukaan class meeting", jawab Zean sambil makan dengan lahap.

Tak lama berselang, kegiatan makan pagi selesai. Zean siap-siap berangkat ke sekolah.

"Ambo berangkat dulu, Mak", sorak Zean dari pintu.

Kemudian Mak menyusul keluar. Sudah merupakan kebiasaan Emak, jika ada yang mau pergi beliau selalu melepas di depan rumah.

"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut", mak memberi nasehat pada Zean.

"Iya, Mak", sambil tak lupa bersalaman.

Setelah dipastikan motor Zean tak terlihat lagi baru Emak kembali ke dalam.

"Udah berangkat Zean, Mak?"

"Sudah", jawab Mak sambil berlalu ke dapur.

Aku tertegun di depan televisi. Baru saja terjadi kecelakaan beruntun pada sebuah tayangan televisi swasta. Kecelakaan di akibatkan oleh sopir mengantuk saat mengemudi. Karena semalaman tak bisa tidur.

Pada berita tersebut di jelaskan sopir mengalami gangguan sulit tidur di malam hari. Atau biasa dikenal dengan insomnia.

Hal ini kerap dialami oleh masyarakat saat ini. Ada berbagai hal yang menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan tidur. Salah satunya adalah menurunnya kadar melatonin dalam tubuh.

Aku langsung teringat pada Zean yang barusan berangkat sekolah. "Mudah-mudahan selamat sampai sekolah", doaku.

Namun kemudian aku kembali lega. Karena Zean bukan mengidap penyakit insomnia. Dan alhamdulillah, kadar hormon melatonin dalam tubuhnya cukup.

Terbukti tidurnya semalam nyenyak. Ditandai dengan irama dengkurannya yang berirama. Dan yang terpenting sat ini motor yang ia kendarai selamat.  Termasuk dirinya sendiri.

_Tulislah sesuatu yang berharga bagi orang lain. Atau lakukan yang berharga agar ditulis orang lain. Kamu pilih yang mana?(Hitam Putih)_

#JeWe45
#tugas1part3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Virus Bahagia

*Virus Bahagia*
*By Noer*

 Jika bahagia membuat kita terhindar dari kata merana. Berbagi salah satu cara menuju surga. Mengapa masih duduk dengan mengiba.

Jam yang menggantung di dinding rumahku menunjukkan pukul 20.08 wib.  Gawaiku nampak mengedipkan matanya yang diiringi suara merdunya.

Ting
Tong

"Assalamualaikum sahabatku", sebuah sapaan yang sangat ditunggu-tunggu.

"Waalaikum salam, Coach"  aku langsung menjawab salam Coach yang langsung diikuti yang lain.

"Siapa yang telah kau bahagiakan hari ini?"

Aku tersenyum mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang membuat aku langsung menatap semua anggota keluargaku yang masih berkumpul di ruang tengah.

Kami baru saja selesai makan malam bersama. Dengan melihat mereka bahagia akupun ikut tersenyum.

"Anggota keluargaku. Dengan masakan yang super enak dan lezat. Sehigga makan malam begitu bergairah dan bersemangat", aku jawab pertanyaan Coach dengan apa yang barusan terjadi.

"Bagaimana caramu membahagiakan orang orang tercinta?"

"Dengan membuat ia tersenyum. Menghadapi hidup tanpa beban. Percaya sepenuhnya kepada ketentuan yang ditakdirkan tuhan. Insyaallah bisa menjalani hidup dengan penuh cinta dan bahagia."

Wow...

Aku terkesima dengan jawabanku. Sepertinya aku menasehati diri sendiri.

Ok
Ok

"Insyaallah mulai hari ini, aku akan menjalani hidup sesuai tuntunan nasehat tadi", ucapku dalam hati.

"Mengapa bahagia itu penting?"

Coach tak henti-hentinya mengorek informasi tentang diriku.

"Karena tanpa bahagia mustahil seseorang bisa menjalani hidupnya. Karena hidup tak mudah coy", aku sedikit menambah volume suara.

Eik...

Tampak Coach melirikku dengan sudut matanya. Lirikan penuh makna. Apa maknanya Cari aja ndiri, heee...

"Apa hubungan bahagia dengan pikiranmu?

Aku tertegun, memikirkan jawaban dari pertanyaan ini. Setelah beberapa detik, keluarlah jawaban apa adanya. Karena bahagianya seseorang sangat menentukan aktivitas yang dilakukannya.

"Jika bahagia, pikiran otomatis akan menjadi tenang. Dan aktivitas berjalan dengan lancar."

"Bagaimana caramu menebar bahagia lewat tulisan?"

Ini lho pertanyaan yang aku tunggu-tunggu dari tadi. Mengapa munculnya sekarang?

"Dengan cara menuliskan hal-hal yang positif yang mengandung virus-virus cinta tentunya."

Aku sekarang entah kenapa suka sekali dengan yang namanya virus. Kurelakan diri ini digerus virus. Orang dengan langkah seribu menghindari virus, aku malah mendekat seribu langkah.

Virus apa?

Vinta

Ada yang tau apa itu vinta?
Yuk main ke padepokan JeWe. Kamu tidak hanya sekedar tau tapi juga akan ketagihan dibuatnya.

"Sejujurnya, apa saja yg bisa membuatmu bahagia?" Coach melemparkan pertanyaan bertubi-tubi. Tanpa kenal lelah.

"Apa saja yang ada di sekitarku. Seperti halnya saat menulis dengan pola LDA."

Ahai...
Belum move on rupanya.

"Kapan anda pernah benar benar berniat menjadi magnet KEBAHAGIAAN?"

"Mulai saat ini dan selanjutnya. Insyaallah aku akan menjadi magnet kebahagiaan bagi orang lain melalui tulisanku."

Kembali aku beraffirmasi dengan suara lantang. Hingga Coach memberikan acungan jempol seksinya ke arahku.

"Yess", ucap Coach sambil menyunggingkan senyuman khasnya. Senyuman penebar vibah.

"Hei, Uni. Apaan itu vibah?", uni Maria menyapaku dengan sebuah pertanyaan.

"Uni mau tau, yuk ikuti aku", sombongnya.

"Yuk baca alfaatihah", ucap Coach mengakhiri pertanyaannya.


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ🤲

Aku mengambil nafas dan melepaskannya perlahan

Hufff
Hufff

Belum selesai mengatur nafas, Coach kembali bersuara.

"Silakan bertanya sambil nunggu yg lain".

Pertanyaan pertama diawali oleh mba Nursih.

"Kenapa kadang mood dan ide macet di tengah jalan dan apa solusinya?"

"Itu hal yang wajar.
Ini penyebab ide macet
1. konsentrasi buyar
2. banyak hal yang sedang mengganggu pikiran
3. takut dan cemas

Solusinya?
Agar macet ide kembali lancar:
1. senyum dan pejamkan mata
2. ambil nafas tetatur
3. tulis dengan ikhlas, cepat
4. mainkan imajinasi

Celok Darmanelly melempar pertanyaannya. Dengan sigap Coach langsung menangkap.

Hap

"Bolehkah tulisan melenceng dari yang sudah direncanakan?"

"Justru boleh. Karena ini wilayah kreatif. Ide awal hanyalah batu loncatan.

Mba helda juga tak mau kalah. Beliau berlari ke depan menyerbu Coach dengan pertanyaan jenialnya.

"Tentang agar tulisan tidak menggurui coach. Itu kadang bikin macet juga."

Agar tulisan tak menggurui
1. pakai pola bercerita
2. buatlah perumpamaan
3. bungkus dengan imajinasi secukupnya.

Aku memperhatikan kawan-kawan mèlemparkan beberapa pertanyaan.

Nah, aku?

Ini aku yang tak bisa. Tak bisa meramu pertanyaan. Rupanya bertanya tak semudah membuat adonan rempeyek. Semua pertanyaanku tumpul.

Sudah berulang kali disampaikan Coach. Bahwa salah satu cara bertanya yang cerdas adalah simple dan lugas. Namun, aku masih saja belum lihai dalam bertanya.

Walaupum demikian aku tak mau tinggal diam. Walau beberapa pertanyaanku tak ditanggapi, aku tetap bertanya. Dasar keras kepala.

Hik...

Sambil menunggu rentetan pertanyaan, Coach memberikan  sebuah penekanan,

"Mudah bagi saya untuk membiarkan anda tidak mengerjakan latihan. Namun saya tak rela anda rugi.
Dan sungguh saya tak rela tulisan anda hanya rangkaian kata kata tak berdaya.
Saya tak rela anda menjadi penulis biasa".

Aku tertegun. Ini benar-benar guru yang amazing sepanjang pendidikan kepenulisan yang aku ikuti. Biasanya kalau sudah bayar, peduli amat mereka, kita mau mengikuti atau ngg.

He...

"Yesss. Saya tak mau jadi penulis biasa. Maunya luar biasa", aku kembali beraffirmasi.

"Jadi next session tak boleh masuk jika tak tuntaskan latihan", Coach mengeluarkan ancamannya.

Semua yang ada dalam kelas saling pandang. Tak berani bersuara. Hanya berani bicara lewat kedipan mata.

Melihat siswanya pada bengong, Coach melemparkan sebuah sarang laba-laba kesukaan para gen JeWe. Berwarna orange yang ditengahnya dihiasi warna hitam. Sungguh cantik dan menawan.

Kuperhatukan gambar tersebut dengan seksama. Rupanya isinya ada tujuh syarat agar kalimat menjadi lezat,

Kalimat lezat:
1. Aktif
2. Irama dan rimanya enak
3. Visualize
4. Maksimal 11 kata
5. Efektif
6. Satu ide utuh
7.ada makna baru

"Yuk mulai fokus pada materi", Coach kembali menenangkan suasana kelas. Sepertinya beliau akan menjelaskan ketujuh poin yang ada di gambar tersebut.

"Kalimat adalah komponen utama dalam tulisan. Kalimat yang formal, monoton, dan panjang membuat pembaca bosan."

"Andi menelan ludah dan Indri mengunyak kentang goreng" Coach memberikan contoh.

"Ini berapa ide", tanya Coach.

"Dua"

"Andi menelan ludah dengan terpaksa."

"Berapa ide?"

"Satu"

Begitu seterusnya. Coach memberikan beberapa contoh dan mengupasnya menjadi beberapa bagian ide.

VISUALIZE, artinya bisa terbayang. Bisa ditergambarkan aksinya.

Contohnya?

1. cinta tak selalu menyehatkan karena sering menyakiti

2. cinta kadang mengguyurmu dg kebahagiaan. Namun cnta juga menyelimutimu dg beberapa kejecewaan

"Mana lebih visualize?", tanya Coach.

Semua siswa serius mengamati kedua kalimat di atas.

Kringgg
Kringgg

Suara Hp si Ayah menyentakkan konsentrasiku. Untunh si ayah cepat merespon. Walau ia jawab dengan mata terkantuk-kantuk.

"Assalamualaikum, si Ayah menjawab dengan suara paraunya.

Aku biarkan si Ayah dengan urusan teleponnya. Aku kembali serius menyimak penjelasan, Coach.

Yang lain sudah menjawab. Kalimat yang visualize adalah kalimat yang nomor dua. Setelah aku lerhatiakn lekat-lekat, ternyata benar. Kalimat nomor dua lebih tepat. Karena aksinya lebih terlihat.


"Formula kalimat lezat ini saya racik dari hasil observasi ratusan buku dan puluhan ribu kalimat", Coach kembali memberikan penjelasan.

Mendengar ada kata ratusan buku dan puluhan ribu kata, semja yang ada dalam kelas memberikan tepuk tangan yang gemuruh. Tampak. Coach tersenyum tanda bahagia. Bahagia telah bisa membahagiakan orang lain.

"Ingat menulus itu skill kreatif maka hanya praktiklah yang betul betul mampu membuatmu mahir", ucapku Coach dengam memainkan jari telunjuknya yang seksi.

"Maka mari kita latihan membuat simile, sekaligus menjawab pertanyaan dr. darmanelly."

Aku kembali mencari-cari pertanyaan Celokku.

Ssset...

Akhirnya kutemukan.
"Mungkin maksudnya tiap membuat irama dan rima yang enak itu seperti apa. Seperti puisi kah?"

"Pikiranku bagai...., yuk buat pola ini 3 kali", sorak Coach dari depan.

1.Pikiranku bagai pisau yang siap menyayat nyayat setiap ide lebih dalam.

2. Ideku bagai burung yang bisa terbang melayang kemana saja ia mau.

3. Pikiranku bagai pelangi. Penuh warna warni menghiasi bumi pertiwi.

"NOMOR 3 YESS BANGET" kembali jempol seksi Coach beraksi.

Senangnya...

"Lanjut ini KALIMATKU BAGAI....." pola kedua dari Coach.

1.Kalimatku bagai burung murai yang bernyanyi setiap ku bangun pagi.

2. Kalimatku bagai halilintar yang siap menghancurkan kemalasan dalam bernalar

3. Kalimatku bagai rembulan yang menerangi kegelapan malam.

"Lanjut dg ini, IDEKU LAKSANA.....", pola tiga.

1.Ideku laksana cahaya yang menembus kegelapan di hatimu.

2. Ideku laksana air yang tak kenal lelah untuk mengalir.

3. Ideku bak jenggot di dagu. Semakin dicukur semakin subur.

Ahai...

Nomor tiga membuatku tersenyum. "Bisa ya menulis seenaknya", dalam hatiku.

"Gimana rasanya kawan, latihan ber simile?", Coach kembali bertanya. Karen ia mulai melihat siswanya senyum-senyum sendiri.

"Bahagia Coach. Seperti seorang pujangga. Bisa melahirkan kalimat lezat dan enak di baca", jawabku spontan.

"Mau latihan simile level berikutnya?"

"Mau, Coach".

Aku semakin penasaran dengan tantangan yang diberikan. Mau lagi dan lagi.

Ketagihan ni ye....

"Tak rela kau anggap aku......  karena aku bukanlah.....", pola berikutnya.

Aku langsung ambil. Kemudian memadukannya menjadi sebuah simile ala Noer.

1. Tak rela kau anggap aku peminta-minta karena aku bukanlah pengemis vinta.

2. Tak rela kau anggap aku pecundang karena aku bukanlah seperti binatang jalang.

3. Tak rela kau anggap aku benalu  karena aku bukanlah seperti debu.

Nempel terus...

"Siapa yg ingin tulisannya menghanyutkan pembaca?"

Serempak yang ada di kelas menjawab iya. Tak terkecuali cicak di dinding juga ikit bersuara.

Cak
Cak

"Jika kalimatmu lezat dan paragrafmu memikat niscaya tulisanmu menghanyutkan pembaca".

"Tulisan terbaik adalah tulisan yang dibaca. Agar tulisanmu dibaca, maka harus menghanyutkan.

Berkali-kali Coach menyuntikkan virus bahagia kepada siswanya.

"Selanjutnya lakukan ini agar tulisanmu menghanyutkan!
1.  tulis 9 hormon dalam dirimu!

Aku langsung menghampiri mbah google. Karena aku benar-benar awam tentang istilah hormon.

2. tambahkan kata kerja aktif setelah hormon itu!

3. tambahkan nama alat transportasi setelah kata kerja!

Setelah kupastikan cukup sembilan nomor, aku beraksi dengan menambahkan kata kerja dan nama alat transportask di belakang kata hormon.

Taraaa...

1. Melatonin menyelamatkan motor
2. Serotonin menendang kereta
3. Tiroid memaafkan pesawat
4. Adrenalin melempar sepeda
5. Insulin mengontrol speed boot
6. Testoteron melukis pedati
7. Progesteron menulis delman
8. Gastrin memakan andong
9. Dopamin merapikan becak

Aku ketawa terpingkal-pingkal. Mendengarkan suaraku brisiknya mengalahkan brisiknya suara televisi, si Ayah terbangun.

"Ngapain ketawa sendiri. Lho waras?" Tanya si Ayaj dengan mata yang masih tertutup.

"Ngg. Ada yang lucu", jawabku sambil menahan tawa.

Aku menulis benar-benar tanpa beban. Yang paling membuat aku tertawa, aku tak mengerti dengan istilah yang aku tulis. Entah apa maksudnya.

Ha
Ha

"Sejujurnya sensasi apa yg kau rasakan setelah membuat idiom dengan tiga kata tadi?", tanya Coach sambil tersenyum juga.

"Ketawa2 sendiri Coach", jawabku sambil terkekeh.

Hik
Hik

"Nah ini yang saya maksud. Tulislah dengan enjoy dan riang gembira".

Seisi kelas tertawa lepas.tentunya enjoy dan tanpa beban.

"Okey, sudah 2 jam
kita cukupkan sekian sesi ketiga ini. Jumpa lagi tanggal 29 dengan 3 tugas.

1. resume kelas malam ini
2. upload 2 judul setiap hari minimal
3. ingatkan temanmu agar menuntaskan latihan

"Jka kau paham 9 hormon ini maka, tulisanmu makin hipnotik, rasa syukurmu meningkat, wawasan dan visimu makin dahsyat. Wassalam" ucap Coach sambil keluar dari pintu.

Jika rasa syukurmu bisa diungkap. Wawasan dan visimu bisa meningkat. Mengapa tak kunjung merapat. Ayo segera mendekat!

Kemana?

Ke Padepokan JeWe nan begitu memikat!

#JeWe45
#resumepart3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Jepitan Super Menyelamatkan

Tugas (18/2)

Jepitan Super Menyelamatkan
By Noer

Selesai makan siang, semua kembali ke aktivitas masing-masing kembali. Si Ayah kembali ke tempat kerja. Atuk kembali ke belakang membersihkan kandang piaraannya. Si Nenek kembali ke kedai tempat ia jualan. Tinggallah aku dan si Adek di rumah berdua.

"Bentar lagi tidur ya, Dek", ucapku memperingatkan.

"Iya, Buk. Adek main bentar", sambil ia membingkar kotak tempat mainanya.

Aku sibuk merapikan meja makan kembali. KemudiN lanjut ke dapur membersihkan piring kotor bekas makan siang.

Sssss...
Sssss...

Terdengar suara angin dari luar. Kebetulan pintu di belakang terbuka. Angin langsung menerpa.

Piring selesai di cuci. Dan tak lupa merapikannya langsung ke rak piring. Setelah itu kembali ke ruang tengah.

Upsss...

Si Adek udah terlelap aja diantara tumpukan mainannya. "Cepat banget tidurnya, Dek", ucapku dalam hati.

Kemudian aku selimitkan si adek di antara mainannya yang masih berserakan. Kebiasaan si Adek dari kecil. Jika kantuk sudah menyerang, ia akan tertidur di mana saja. Tak perlu nyanyian nina bobok segala.

Tiba-tiba hembusan angin semakin kencang. Padahal di luar cuaca cerah. Aku segera ke belakang menyelamatkan jemuran. Benar saja ada beberapa kain yang jatuh akibat tiupan angin.

Namun, mukena yang warnanya putih selamat. Itu berkat jepitan super. Jepitan yang pegangannya lumayan kuat. Sehingga mukena tak jatuh dan selamat dari amukan angin kencang.

Angin tak dapat ditangkap.
Asap tak dapat digenggam.

Maksudnya?

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Ketika Judul Sudah 17

*Ketika Judul Sudah 17*
*By Noer*

_"Coba pasangkan 17 kata berenergi tinggi tersebut dengan nama benda yang sering kamu pegang. Kemudian tambahkan kata kerja berenergi setelah kata sifat"._

Masih terngiang-ngiang ucapan Coach pertemuan sebelumnya. Saat Coach memerintahkan menulis, badan ini serasa dialiri aliran semangat yang bertegangan tinggi. Apa tidak kejang-kejang coba.

Semua benda yang ada di rumah berebutan mau ikut. Aku dengan terpaksa memilah-milah siapa saja yang bisa ikut.

Kenapa?

Karena aku ingin melakukan uji coba pada beberapa benda yang sering aku pegang untuk berpartisipasi. Berpartisipasi mengikuti ajang kompetisi berbicara di padepokan JeWe.

Aku coba pilih 17 benda dulu. Jika masuk kategori aku akan ikutkan lagi benda yang lainnya.

Taraaa...

1. Selimut wonderful mengasihi
2. Kèrtas amazing menginspirasi
3. Hp ikhlas melupakan
4. Panci mengagumkan mengasihi
5. Sendok ajaib memberi
6. Bendera ajaib mendamaikan
7. Setrikaan luar biasa memahami
8. Mukena dahsyat merestui
9. Hijab terhormat meneladani
10. Teko canggih menginspirasi
11. Asbak mutakhir mendermakan
12. Kipas angin elegan mewakafkan
13. Tivi terpercaya mengayomi
14. Handuk agung membela
15. Sendal jenius mengikhlaskan
16. Kulkas super melegakan
17. Termos istimewa menyehatkan

Untuk sementara itu dia kata-kata berenergi tinggi yang akan ikut berkompetisi.

Mari kita ikuti perjuangan mereka. Siapakah yang akan keluar jadi pemengnya?

Kay atau Fani?

"Hei hei... ini bukan master chef. Tapi lomba paduan suara", sorak  selimut.

"Bukan- bukan. Tapi lomba debat", protes sandal.

Ok
Ok

"Jangan ribut. Silakan budayakan antri", ucapku pada kata berenergi tinggi.

"Baik. Acara segera di mulai. Semua peserta disilakan menduduki tempat yang telah disediakan". Terdengar suara pembawa acara menggema di aula padepokan.

Semua peserta bergerak menuju tempat duduknya masing-masing. Sesuai dengan nomor punggung yang telah dibagikan panitia.

"Peserta pertama adalah pemegang lot sembilan. Dengan tema "Hijab Terhormat Meneladani"

Pembawa acara memanggil hijab. Yang langsung disambut tepuk tangan yang gemuruh oleh hadirin.

"Waduh, nomor sembilan. Mengapa tidak sesuai nomor urut?, ucap Hijab.

Ia deg-degan mendengar nomor punggungnya dipanggil. Keringat dinginnya langsung membasahi sekujur tubuhnya.

"Semangat, Hijab. Ayo, ucapkan bisa. Kamu pasti bisa", ucapku memberi semangat.

Ia menatapku sekejap. Kemudian berdiri dan berjalan menuju podium.

"Semangat, Hijab", sorakku dari belakang sambil mengacungkan jempol ke arahnya.

Hijab tampak semangat. Ia mulai tampak percaya diri.

Di atas panggung sudah menunggu kipas angin elegan. Mereka akan berdebat dengan kelihaian yang mereka miliki masing-masing.

Moderator siap memandu debat. Peserta sepertinya sudah siap mengikuti. Debat segera di mulai.

Aku sangat kagum melihat Hijab mempertahankan pendapatnya. Ia tak mau kalah. Sementara Kipas Angin juga demikian. Tak mau menerima begitu saja apa yang disampaikan Hijab.

Tepukan tangan semakin bergemuruh untuk menyemangati peserta.

Dag
Dig
Dug

...

_bersambung_

Colek mba @⁨Helda⁩