Minggu, 14 Juli 2019

Rindu Tak Berpintu

*Rindu Tak Berpintu*
*By Noer*

Rindu itu berat. Kamu takkan kuat. Biar aku saja yang melarat. Asalkan yang disayang datang mendekat.

Selepas bertengkar sama Titin, aku sengaja menghilang dari peredaran. Bukan karena tak sudi melihat wajahnya. Namun keikhlasan jua yang belum sempurna.

Kucoba merenungi apa yang telah kuperbuat. Sehari dua hari. Sampai hari ketiga terasa begitu mengikat.

Sejauh mata memandang. Yang kulihat hanya hamparan sawah dan ladang. Akhirnya pandanganku tertumbuk pada hamparan berlian merah.

Apa itu?

Butiran mutiara merah menyala mengusik penglihatanku.

Apa warna rindumu?

Sebatang cabe merah menginterogasiku. Aku terpana dan memcoba memerhatikan gerak geriknya.

Kalau dia tahu apa warna rinduku, mungkin dia tak akan tega bertanya. Karena warna rinduku sudah merah kehitam-hitaman.

Seperti warna bisul menunggu meletus. Hitam, merah dan ada nanah di puncaknya.

Aku dekati pohon cabe yang buahnya sudah ranum. Kupetik dengan penuh rasa. Kemudian kutarik agar ia tak terepas dari genggaman.

"Kemana aja, Uni. Apa yang membuatmu mengurung diri?"

Pohon cabe yang berada di depanku tak puas-puasnya bertanya. Sepertinya ia khawatir dengan kondisi jiwaku.

Aku bukan tak mau curhat. Namun ini sulit. Karena berkaitan dengan pilihan hati.

Jika pilihan membuat otakmu buntu. Mengapa tak mengadu pada yang Satu.

#JeWe45
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#vintavibah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar