Minggu, 14 Juli 2019

Ketika Judul Sudah 17

*Ketika Judul Sudah 17*
*By Noer*

_"Coba pasangkan 17 kata berenergi tinggi tersebut dengan nama benda yang sering kamu pegang. Kemudian tambahkan kata kerja berenergi setelah kata sifat"._

Masih terngiang-ngiang ucapan Coach pertemuan sebelumnya. Saat Coach memerintahkan menulis, badan ini serasa dialiri aliran semangat yang bertegangan tinggi. Apa tidak kejang-kejang coba.

Semua benda yang ada di rumah berebutan mau ikut. Aku dengan terpaksa memilah-milah siapa saja yang bisa ikut.

Kenapa?

Karena aku ingin melakukan uji coba pada beberapa benda yang sering aku pegang untuk berpartisipasi. Berpartisipasi mengikuti ajang kompetisi berbicara di padepokan JeWe.

Aku coba pilih 17 benda dulu. Jika masuk kategori aku akan ikutkan lagi benda yang lainnya.

Taraaa...

1. Selimut wonderful mengasihi
2. Kèrtas amazing menginspirasi
3. Hp ikhlas melupakan
4. Panci mengagumkan mengasihi
5. Sendok ajaib memberi
6. Bendera ajaib mendamaikan
7. Setrikaan luar biasa memahami
8. Mukena dahsyat merestui
9. Hijab terhormat meneladani
10. Teko canggih menginspirasi
11. Asbak mutakhir mendermakan
12. Kipas angin elegan mewakafkan
13. Tivi terpercaya mengayomi
14. Handuk agung membela
15. Sendal jenius mengikhlaskan
16. Kulkas super melegakan
17. Termos istimewa menyehatkan

Untuk sementara itu dia kata-kata berenergi tinggi yang akan ikut berkompetisi.

Mari kita ikuti perjuangan mereka. Siapakah yang akan keluar jadi pemengnya?

Kay atau Fani?

"Hei hei... ini bukan master chef. Tapi lomba paduan suara", sorak  selimut.

"Bukan- bukan. Tapi lomba debat", protes sandal.

Ok
Ok

"Jangan ribut. Silakan budayakan antri", ucapku pada kata berenergi tinggi.

"Baik. Acara segera di mulai. Semua peserta disilakan menduduki tempat yang telah disediakan". Terdengar suara pembawa acara menggema di aula padepokan.

Semua peserta bergerak menuju tempat duduknya masing-masing. Sesuai dengan nomor punggung yang telah dibagikan panitia.

"Peserta pertama adalah pemegang lot sembilan. Dengan tema "Hijab Terhormat Meneladani"

Pembawa acara memanggil hijab. Yang langsung disambut tepuk tangan yang gemuruh oleh hadirin.

"Waduh, nomor sembilan. Mengapa tidak sesuai nomor urut?, ucap Hijab.

Ia deg-degan mendengar nomor punggungnya dipanggil. Keringat dinginnya langsung membasahi sekujur tubuhnya.

"Semangat, Hijab. Ayo, ucapkan bisa. Kamu pasti bisa", ucapku memberi semangat.

Ia menatapku sekejap. Kemudian berdiri dan berjalan menuju podium.

"Semangat, Hijab", sorakku dari belakang sambil mengacungkan jempol ke arahnya.

Hijab tampak semangat. Ia mulai tampak percaya diri.

Di atas panggung sudah menunggu kipas angin elegan. Mereka akan berdebat dengan kelihaian yang mereka miliki masing-masing.

Moderator siap memandu debat. Peserta sepertinya sudah siap mengikuti. Debat segera di mulai.

Aku sangat kagum melihat Hijab mempertahankan pendapatnya. Ia tak mau kalah. Sementara Kipas Angin juga demikian. Tak mau menerima begitu saja apa yang disampaikan Hijab.

Tepukan tangan semakin bergemuruh untuk menyemangati peserta.

Dag
Dig
Dug

...

_bersambung_

Colek mba @⁨Helda⁩

Tidak ada komentar:

Posting Komentar