Minggu, 26 Mei 2019

Ketika Hawa Nafsu Membelenggu Diri


Menurut KBBI, hawa nafsu adalah desakan hati dan keinginan keras (untuk menurutkan hati, melepaskan marah, dan sebagainya). Berdasarkan pengertian tersebut, jika seseorang yang sudah terbelenggu hawa nafsu, rentan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan yang kurang baik. Karena perbuatan yang dilakukannya atas dasar desakan hati dan keinginan yang kuat, tanpa memikirkan akibat dari perbuatan tersebut.

Pada zaman modern sekarang, manusia sudah mengalami kemajuan. Salah satunya kemajuan bidang teknologi. Dengan teknologi segala informasi bisa diakses dengan mudah. Seperti konten-konten tidak senonoh misalnya. Sehingga dengan kemajuan tersebut banyak diantara manusia yang kurang dapat mengendalikan hawa nafsunya.

Namun, jika diperhatikan setidaknya kita akan menemukan dua kelompok manusia. Pertama, manusia yang berada pada kelompok  taat menjalankan perintah-Nya. Kedua, manusia yang merupakan budak hawa nafsunya sendiri.

Manusia yang menjadi budak hawa nafsu
Manusia yang merupakan budak hawa nafsunya sendiri termasuk orang yang berada pada jalan yang tidak benar. Karena ia telah dibutakan oleh hawa nafsunya sendiri, meskipun kedua matanya terbuka lebar. Dan ditulikan oleh hawa nafsunya sendiri, sekalipun kedua telinganya terbuka lebar. Dibisukan oleh hawa nafsunya walaupun  berkata benar dan jujur.

Allah berfirman : “…dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (QS. Al Kahfi : 28).

Artinya, tertutupnya hati seseorang dari mengingat Allah, maka juga menutup panca inderanya dari segala kebenaran. Mereka yang menjadi budak hawa nafsu akan menjadi orang yang paling kekeh menentang kebenaran. Serta  susah untuk menerima kebenaran yang datang dari Allah.
Hawa nafsu mempunyai kecenderungan di setiap perkataan dan perbuatannya tidak dipikirkan dahulu, sehingga dia lebih mencintai hawa nafsu daripada Allah dan Rasul-Nya. Jadi, hawa nafsu adalah keimanannya, syahwat pemimpinnya, kebodohan adalah sopirnya, dan kelalaian adalah kendaraannya.

Jika seseorang tidak lagi mempunyai keinginan untuk mendapat surga-Nya dan tidak takut siksa neraka maka dia telah menciptakan semua itu dengan hawa nafsunya.

Sebagaimana firman Allah: ”… adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya, dan adapun orang – orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An.Nazi’at : 37-41).

Menurut mubhar dalam wordpress.com, orang yang senantiasa mengikuti hawa nafsunya akan terbenam ke dalam 10 jenis kegelapan, yaitu:
1.      Kagelapan tabi’at
2.      Kegelapan kebodohan
3.      Kegelapan nafsu
4.      Kegelapan perkataan
5.      Kegelapaan amal
6.      Kegelapan jalan masuk
7.      Kegelapan jalan keluar
8.      Kegelapan alam barzah (kubur)
9.      Kegelapan hari kiamat karena telah menzalimi diri sendiri
10.  Kegelapan tempat kembali (neraka)  
Oleh karena itu, kita harus mengendalikan hawa nafsu agar mendapat Rahmat Allah. Kita harus mampu memalingkannya dari kejahatan. Mengarahkannya agar senantiasa patuh dan taat terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Sehingga hawa nafsu tersebut dapat kita belenggu, bukan malah kita yang terbelenggu hawa nafsu, Wallahu A’lam.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar