Menurut
KBBI, hawa nafsu adalah desakan hati dan keinginan keras (untuk menurutkan
hati, melepaskan marah, dan sebagainya). Berdasarkan pengertian tersebut, jika
seseorang yang sudah terbelenggu hawa nafsu, rentan terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan perbuatan yang kurang baik. Karena perbuatan yang dilakukannya
atas dasar desakan hati dan keinginan yang kuat, tanpa memikirkan akibat dari
perbuatan tersebut.
Pada
zaman modern sekarang, manusia sudah mengalami kemajuan. Salah satunya kemajuan
bidang teknologi. Dengan teknologi segala informasi bisa diakses dengan mudah.
Seperti konten-konten tidak senonoh misalnya. Sehingga dengan kemajuan tersebut
banyak diantara manusia yang kurang dapat mengendalikan hawa nafsunya.
Namun,
jika diperhatikan setidaknya kita akan menemukan dua kelompok manusia. Pertama,
manusia yang berada pada kelompok taat
menjalankan perintah-Nya. Kedua,
manusia yang merupakan budak hawa nafsunya sendiri.
Manusia yang menjadi budak hawa nafsu
Manusia yang merupakan budak
hawa nafsunya sendiri termasuk orang yang berada pada jalan yang tidak benar. Karena
ia telah dibutakan oleh hawa nafsunya sendiri, meskipun kedua matanya terbuka
lebar. Dan ditulikan oleh hawa nafsunya sendiri, sekalipun kedua telinganya
terbuka lebar. Dibisukan oleh hawa nafsunya walaupun berkata benar dan jujur.
Allah berfirman : “…dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (QS.
Al Kahfi : 28).
Artinya, tertutupnya
hati seseorang dari mengingat Allah, maka juga menutup panca inderanya dari
segala kebenaran. Mereka yang menjadi budak hawa nafsu akan menjadi orang yang
paling kekeh menentang kebenaran. Serta
susah untuk menerima kebenaran yang
datang dari Allah.
Hawa nafsu mempunyai
kecenderungan di setiap perkataan dan perbuatannya tidak dipikirkan dahulu,
sehingga dia lebih mencintai hawa nafsu daripada Allah dan Rasul-Nya. Jadi,
hawa nafsu adalah keimanannya, syahwat pemimpinnya, kebodohan adalah sopirnya,
dan kelalaian adalah kendaraannya.
Jika seseorang tidak
lagi mempunyai keinginan untuk mendapat surga-Nya dan tidak takut siksa neraka
maka dia telah menciptakan semua itu dengan hawa nafsunya.
Sebagaimana firman Allah:
”… adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya, dan adapun orang – orang yang
takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An.Nazi’at : 37-41).
Menurut mubhar
dalam wordpress.com, orang yang senantiasa mengikuti hawa nafsunya
akan terbenam ke dalam 10 jenis kegelapan, yaitu:
1.
Kagelapan tabi’at
2.
Kegelapan kebodohan
3.
Kegelapan nafsu
4.
Kegelapan perkataan
5.
Kegelapaan amal
6.
Kegelapan jalan masuk
7.
Kegelapan jalan keluar
8.
Kegelapan alam barzah (kubur)
9.
Kegelapan hari kiamat karena telah menzalimi
diri sendiri
10. Kegelapan tempat kembali
(neraka)
Oleh karena itu, kita
harus mengendalikan hawa nafsu agar mendapat Rahmat Allah. Kita harus mampu memalingkannya
dari kejahatan. Mengarahkannya agar senantiasa patuh dan taat terhadap apa yang
diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Sehingga hawa nafsu tersebut dapat kita
belenggu, bukan malah kita yang terbelenggu hawa nafsu, Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar