Minggu, 26 Mei 2019

Testimoni JeWe

Entah kenapa aku tak bisa menjauh darinya. Membuat aku seperti orang mabok. Ketagihan dan ketergantungan. Eitsss... jangan suuzhon dulu ya. Ha...

Muncul pertanyaan?
Kenapa bisa begitu?

Tik
Tik
Tik

Bila seseorang telah berada di titik aman, maka sulit baginya untuk berpaling ke lain hati. Kira-kira begitu yang kurasakaan sekarang ini. Belajar di Padepokan JeWe merupakan tempat teramanku saat ini.

Lalu? Belai dulu dong si Meong. Semenjak tadi ia sudah menggesek-gesekkan bulunya yang lembut itu ke kakimu. Atau lirik dulu berita berpulangnya ustad Arifin Ilham di Tipi tuh.


BRAKKK!
Terdengar suara pintu dibanting dari belakang. Rupanya si Uda di kejar panggilan  alam karena dari semalam diare 😁.

Ketekunan mampu melampoi kemampuan kita. Makanya tidak salah Albert Einstein mengatakan, bahwa bakat hanyalah 1 persen dan ketekunan 99 persen

Kadang juga mampu meningkatkan kepercayaan diri. Inilah yang telah dibuktikan JeWe hari ini. Sudah banyak insan yang telah terjangkit virusnya. Dan akhir cerita mereka bahagia setelah itu. Bahagia yang tak bisa didapatkan dimanapun.

Sejujurnya ini sebenarnya masih tentang JeWe yang membuatku belum bisa move on.

Si Coach

Pertama kali  kulihat fotonya di fb ia terlihat begitu sedikit angker.  "Ini orang sepertinya senyumnnya mahal sekali" kataku dalam hati. Maaf suuzhon dikit😂😅

Namun, setiap kelas akan dimulai ia selalu menyapa murid-muridnya dengan sapaan yang menyejukkan hati. "Assalamulaikim sahabatku, penulis laris yang bahagia dan dirindukan pembaca. Kemudian diikuti dengan membaca Alfatihah.

Kalimat yang sangat indah dan sejuk di jiwa.

Terkadang membuat muridnya ciut.

Kadang melambung ke langit tinggi. Murid-murid JeWe paling tau apa yang membuat mereka terbang ke angkasa😁😅

Kadang ia diam seribu bahasa seperti orang yang lagi bertapa dalam nestapa😁

Ssstttt...!
Jangan bilang siapa-siapa kecuali kalau mau kena tabok. Tak main-main karena sudah banyak yang bahagia dan tak bisa move on lho.

Menjadi seorang penulis hebat yang dirindukan pembaca, bagi jeWe tak butuh gelar. Siapun bisa mewujudkan impiannya. Dan itu hanya ada di JeWe. Mau tau apa mau tau bingit?

Tunggu dulu🖐
Berapa harga impianmu?

Ha ha!
Ini salah satu pertanyaan yang bikin kamu mabok kalau berada di Padepokan JeWe. Tak sembarangan. Pertanyaan ini juga yang akan membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.

Belajar di padepokan JeWe tak pernah ada kata puas. Karena selain Coachnya yang kece badai, murid-muridnya juga tak kalah keren. Kita akan menemukan orang-orang hebat yang tulisannya dirindukan pembaca. Ketika itu waktu akan berputar dengan cepat. Dan tak mau keluar dari padepokan walau sudah diusir.

Sebagai seorang pendidik, dunia tulis menulis tentu tidak bisa aku lepaskan begitu saja. Mau tidak mau, suka atau tidak suka aku harus menyimplung ke dalamnya.

Sebelum kenal JeWe sebenarnya aku sudah menyukai yang namanya dunia tulis menulis. Tapi ya itu tadi masalahnya. Tak pernah melahirkan sebuah tulisan. Apalagi tulisan yang dirindukan pembaca. Tulis hapus lagi, tulis hapus lagi.

Namun, semenjak berada di Padepokan JeWe (Jenius writing) semua berubah. Menulis menjadi sehuah kebutuhan bagi saya. Serasa ada yang kurang jika dalam sehari tidak menulis. Walau hanya berupa pertanyaan dewa mabok atau ngawurisme.

Sejujurnya aku sudah lama ngiri terhadap tulisannya para gen JeWe, tetapi tidak berani masuk. Karena berdasarkan pengalaman mengikuti kelas online hasilnya sama saja. Sekali dua kali tugas setelah itu terserah Anda.

Namun, semakin diperhatikan tulisan mereka semakin lezat dan gurih. Hingga aku semakin penasaran.

Singkat cerita, akhirnya aku beranikan diri untuk chatt Sang Guru JeWe COACH LUTFI namanya.

Dengan bermodalkan  kepercayaan diri tingkat dewa, aku langsung menyampaikan niat hati untuk menjadi murid JeWe. Sang Guru pun dengan senyum merekahnya menyetujuinya. Entah ia senyum entah tidak saya mah tak peduli. Ha ha...

Kalau ditanya betul hati kecil ini, jujur aku tak PeDe. Tetapi karena rasa penasaran lebih tinggi dari rasa PeDe maka jadilah aku salah satu murid gen JeWe.

Belajar di Padepokan JeWe tak serumit yang dibayangkan. Belajar dengan rasa bahagia. Belajar tanpa beban. Hingga aku lupa bahwa aku adalah gen JeWe yang baru kemaren sore lahir. Masih bau orok. Dan rasa tidak PeDe hilang seketika. Hilang entah kemana.

Belajar di JeWe membuat aku bebas berekspresi, bebas berimajinasi. Boleh ngawurisme dan juga mewarnai lika liku kehidupanku.

Semenjak meleburkan diri di JeWe, hidupku semakin indah dan berwarna. Seperti indahnya warna pelangi.

Masih nggak percaya? Ayooo buktikan sendiri. Betapa dahsyat bila sudah tergerus virusnya.

Mulai dari detik ini dan selanjutnya,

💐Aku rela se rela relanya, setiap hari tulisanku semakin lezat memikat dan menginspirasi pembaca atas ijin Mu ya Allah.

💐Dan aku ikhlas seikhlasnya ikhlasnya jika tulisanku menjadi sedekah  dan membuat jiwaku merekah. Aamiin.

Ini janjiku. Mana janjimu?

Nggak akan rugi jika kalian yang ada di luar Padepokan JeWe sana ikut merasakan kebahagiaan yang aku rasakan. Mari merapat. Semakin cepat lebih baik.

Karena belajar di Padepokan JeWe dipastikan kalian akan sehat dan bahagia. Stres dan galau hilang, bahagiapun datang.

Ayuuuk jemput bahagiamu sekarang juga!

#tugastestimoniJeWe43
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar