Minggu, 14 Juli 2019

Virus Bahagia

*Virus Bahagia*
*By Noer*

 Jika bahagia membuat kita terhindar dari kata merana. Berbagi salah satu cara menuju surga. Mengapa masih duduk dengan mengiba.

Jam yang menggantung di dinding rumahku menunjukkan pukul 20.08 wib.  Gawaiku nampak mengedipkan matanya yang diiringi suara merdunya.

Ting
Tong

"Assalamualaikum sahabatku", sebuah sapaan yang sangat ditunggu-tunggu.

"Waalaikum salam, Coach"  aku langsung menjawab salam Coach yang langsung diikuti yang lain.

"Siapa yang telah kau bahagiakan hari ini?"

Aku tersenyum mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang membuat aku langsung menatap semua anggota keluargaku yang masih berkumpul di ruang tengah.

Kami baru saja selesai makan malam bersama. Dengan melihat mereka bahagia akupun ikut tersenyum.

"Anggota keluargaku. Dengan masakan yang super enak dan lezat. Sehigga makan malam begitu bergairah dan bersemangat", aku jawab pertanyaan Coach dengan apa yang barusan terjadi.

"Bagaimana caramu membahagiakan orang orang tercinta?"

"Dengan membuat ia tersenyum. Menghadapi hidup tanpa beban. Percaya sepenuhnya kepada ketentuan yang ditakdirkan tuhan. Insyaallah bisa menjalani hidup dengan penuh cinta dan bahagia."

Wow...

Aku terkesima dengan jawabanku. Sepertinya aku menasehati diri sendiri.

Ok
Ok

"Insyaallah mulai hari ini, aku akan menjalani hidup sesuai tuntunan nasehat tadi", ucapku dalam hati.

"Mengapa bahagia itu penting?"

Coach tak henti-hentinya mengorek informasi tentang diriku.

"Karena tanpa bahagia mustahil seseorang bisa menjalani hidupnya. Karena hidup tak mudah coy", aku sedikit menambah volume suara.

Eik...

Tampak Coach melirikku dengan sudut matanya. Lirikan penuh makna. Apa maknanya Cari aja ndiri, heee...

"Apa hubungan bahagia dengan pikiranmu?

Aku tertegun, memikirkan jawaban dari pertanyaan ini. Setelah beberapa detik, keluarlah jawaban apa adanya. Karena bahagianya seseorang sangat menentukan aktivitas yang dilakukannya.

"Jika bahagia, pikiran otomatis akan menjadi tenang. Dan aktivitas berjalan dengan lancar."

"Bagaimana caramu menebar bahagia lewat tulisan?"

Ini lho pertanyaan yang aku tunggu-tunggu dari tadi. Mengapa munculnya sekarang?

"Dengan cara menuliskan hal-hal yang positif yang mengandung virus-virus cinta tentunya."

Aku sekarang entah kenapa suka sekali dengan yang namanya virus. Kurelakan diri ini digerus virus. Orang dengan langkah seribu menghindari virus, aku malah mendekat seribu langkah.

Virus apa?

Vinta

Ada yang tau apa itu vinta?
Yuk main ke padepokan JeWe. Kamu tidak hanya sekedar tau tapi juga akan ketagihan dibuatnya.

"Sejujurnya, apa saja yg bisa membuatmu bahagia?" Coach melemparkan pertanyaan bertubi-tubi. Tanpa kenal lelah.

"Apa saja yang ada di sekitarku. Seperti halnya saat menulis dengan pola LDA."

Ahai...
Belum move on rupanya.

"Kapan anda pernah benar benar berniat menjadi magnet KEBAHAGIAAN?"

"Mulai saat ini dan selanjutnya. Insyaallah aku akan menjadi magnet kebahagiaan bagi orang lain melalui tulisanku."

Kembali aku beraffirmasi dengan suara lantang. Hingga Coach memberikan acungan jempol seksinya ke arahku.

"Yess", ucap Coach sambil menyunggingkan senyuman khasnya. Senyuman penebar vibah.

"Hei, Uni. Apaan itu vibah?", uni Maria menyapaku dengan sebuah pertanyaan.

"Uni mau tau, yuk ikuti aku", sombongnya.

"Yuk baca alfaatihah", ucap Coach mengakhiri pertanyaannya.


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ🤲

Aku mengambil nafas dan melepaskannya perlahan

Hufff
Hufff

Belum selesai mengatur nafas, Coach kembali bersuara.

"Silakan bertanya sambil nunggu yg lain".

Pertanyaan pertama diawali oleh mba Nursih.

"Kenapa kadang mood dan ide macet di tengah jalan dan apa solusinya?"

"Itu hal yang wajar.
Ini penyebab ide macet
1. konsentrasi buyar
2. banyak hal yang sedang mengganggu pikiran
3. takut dan cemas

Solusinya?
Agar macet ide kembali lancar:
1. senyum dan pejamkan mata
2. ambil nafas tetatur
3. tulis dengan ikhlas, cepat
4. mainkan imajinasi

Celok Darmanelly melempar pertanyaannya. Dengan sigap Coach langsung menangkap.

Hap

"Bolehkah tulisan melenceng dari yang sudah direncanakan?"

"Justru boleh. Karena ini wilayah kreatif. Ide awal hanyalah batu loncatan.

Mba helda juga tak mau kalah. Beliau berlari ke depan menyerbu Coach dengan pertanyaan jenialnya.

"Tentang agar tulisan tidak menggurui coach. Itu kadang bikin macet juga."

Agar tulisan tak menggurui
1. pakai pola bercerita
2. buatlah perumpamaan
3. bungkus dengan imajinasi secukupnya.

Aku memperhatikan kawan-kawan mèlemparkan beberapa pertanyaan.

Nah, aku?

Ini aku yang tak bisa. Tak bisa meramu pertanyaan. Rupanya bertanya tak semudah membuat adonan rempeyek. Semua pertanyaanku tumpul.

Sudah berulang kali disampaikan Coach. Bahwa salah satu cara bertanya yang cerdas adalah simple dan lugas. Namun, aku masih saja belum lihai dalam bertanya.

Walaupum demikian aku tak mau tinggal diam. Walau beberapa pertanyaanku tak ditanggapi, aku tetap bertanya. Dasar keras kepala.

Hik...

Sambil menunggu rentetan pertanyaan, Coach memberikan  sebuah penekanan,

"Mudah bagi saya untuk membiarkan anda tidak mengerjakan latihan. Namun saya tak rela anda rugi.
Dan sungguh saya tak rela tulisan anda hanya rangkaian kata kata tak berdaya.
Saya tak rela anda menjadi penulis biasa".

Aku tertegun. Ini benar-benar guru yang amazing sepanjang pendidikan kepenulisan yang aku ikuti. Biasanya kalau sudah bayar, peduli amat mereka, kita mau mengikuti atau ngg.

He...

"Yesss. Saya tak mau jadi penulis biasa. Maunya luar biasa", aku kembali beraffirmasi.

"Jadi next session tak boleh masuk jika tak tuntaskan latihan", Coach mengeluarkan ancamannya.

Semua yang ada dalam kelas saling pandang. Tak berani bersuara. Hanya berani bicara lewat kedipan mata.

Melihat siswanya pada bengong, Coach melemparkan sebuah sarang laba-laba kesukaan para gen JeWe. Berwarna orange yang ditengahnya dihiasi warna hitam. Sungguh cantik dan menawan.

Kuperhatukan gambar tersebut dengan seksama. Rupanya isinya ada tujuh syarat agar kalimat menjadi lezat,

Kalimat lezat:
1. Aktif
2. Irama dan rimanya enak
3. Visualize
4. Maksimal 11 kata
5. Efektif
6. Satu ide utuh
7.ada makna baru

"Yuk mulai fokus pada materi", Coach kembali menenangkan suasana kelas. Sepertinya beliau akan menjelaskan ketujuh poin yang ada di gambar tersebut.

"Kalimat adalah komponen utama dalam tulisan. Kalimat yang formal, monoton, dan panjang membuat pembaca bosan."

"Andi menelan ludah dan Indri mengunyak kentang goreng" Coach memberikan contoh.

"Ini berapa ide", tanya Coach.

"Dua"

"Andi menelan ludah dengan terpaksa."

"Berapa ide?"

"Satu"

Begitu seterusnya. Coach memberikan beberapa contoh dan mengupasnya menjadi beberapa bagian ide.

VISUALIZE, artinya bisa terbayang. Bisa ditergambarkan aksinya.

Contohnya?

1. cinta tak selalu menyehatkan karena sering menyakiti

2. cinta kadang mengguyurmu dg kebahagiaan. Namun cnta juga menyelimutimu dg beberapa kejecewaan

"Mana lebih visualize?", tanya Coach.

Semua siswa serius mengamati kedua kalimat di atas.

Kringgg
Kringgg

Suara Hp si Ayah menyentakkan konsentrasiku. Untunh si ayah cepat merespon. Walau ia jawab dengan mata terkantuk-kantuk.

"Assalamualaikum, si Ayah menjawab dengan suara paraunya.

Aku biarkan si Ayah dengan urusan teleponnya. Aku kembali serius menyimak penjelasan, Coach.

Yang lain sudah menjawab. Kalimat yang visualize adalah kalimat yang nomor dua. Setelah aku lerhatiakn lekat-lekat, ternyata benar. Kalimat nomor dua lebih tepat. Karena aksinya lebih terlihat.


"Formula kalimat lezat ini saya racik dari hasil observasi ratusan buku dan puluhan ribu kalimat", Coach kembali memberikan penjelasan.

Mendengar ada kata ratusan buku dan puluhan ribu kata, semja yang ada dalam kelas memberikan tepuk tangan yang gemuruh. Tampak. Coach tersenyum tanda bahagia. Bahagia telah bisa membahagiakan orang lain.

"Ingat menulus itu skill kreatif maka hanya praktiklah yang betul betul mampu membuatmu mahir", ucapku Coach dengam memainkan jari telunjuknya yang seksi.

"Maka mari kita latihan membuat simile, sekaligus menjawab pertanyaan dr. darmanelly."

Aku kembali mencari-cari pertanyaan Celokku.

Ssset...

Akhirnya kutemukan.
"Mungkin maksudnya tiap membuat irama dan rima yang enak itu seperti apa. Seperti puisi kah?"

"Pikiranku bagai...., yuk buat pola ini 3 kali", sorak Coach dari depan.

1.Pikiranku bagai pisau yang siap menyayat nyayat setiap ide lebih dalam.

2. Ideku bagai burung yang bisa terbang melayang kemana saja ia mau.

3. Pikiranku bagai pelangi. Penuh warna warni menghiasi bumi pertiwi.

"NOMOR 3 YESS BANGET" kembali jempol seksi Coach beraksi.

Senangnya...

"Lanjut ini KALIMATKU BAGAI....." pola kedua dari Coach.

1.Kalimatku bagai burung murai yang bernyanyi setiap ku bangun pagi.

2. Kalimatku bagai halilintar yang siap menghancurkan kemalasan dalam bernalar

3. Kalimatku bagai rembulan yang menerangi kegelapan malam.

"Lanjut dg ini, IDEKU LAKSANA.....", pola tiga.

1.Ideku laksana cahaya yang menembus kegelapan di hatimu.

2. Ideku laksana air yang tak kenal lelah untuk mengalir.

3. Ideku bak jenggot di dagu. Semakin dicukur semakin subur.

Ahai...

Nomor tiga membuatku tersenyum. "Bisa ya menulis seenaknya", dalam hatiku.

"Gimana rasanya kawan, latihan ber simile?", Coach kembali bertanya. Karen ia mulai melihat siswanya senyum-senyum sendiri.

"Bahagia Coach. Seperti seorang pujangga. Bisa melahirkan kalimat lezat dan enak di baca", jawabku spontan.

"Mau latihan simile level berikutnya?"

"Mau, Coach".

Aku semakin penasaran dengan tantangan yang diberikan. Mau lagi dan lagi.

Ketagihan ni ye....

"Tak rela kau anggap aku......  karena aku bukanlah.....", pola berikutnya.

Aku langsung ambil. Kemudian memadukannya menjadi sebuah simile ala Noer.

1. Tak rela kau anggap aku peminta-minta karena aku bukanlah pengemis vinta.

2. Tak rela kau anggap aku pecundang karena aku bukanlah seperti binatang jalang.

3. Tak rela kau anggap aku benalu  karena aku bukanlah seperti debu.

Nempel terus...

"Siapa yg ingin tulisannya menghanyutkan pembaca?"

Serempak yang ada di kelas menjawab iya. Tak terkecuali cicak di dinding juga ikit bersuara.

Cak
Cak

"Jika kalimatmu lezat dan paragrafmu memikat niscaya tulisanmu menghanyutkan pembaca".

"Tulisan terbaik adalah tulisan yang dibaca. Agar tulisanmu dibaca, maka harus menghanyutkan.

Berkali-kali Coach menyuntikkan virus bahagia kepada siswanya.

"Selanjutnya lakukan ini agar tulisanmu menghanyutkan!
1.  tulis 9 hormon dalam dirimu!

Aku langsung menghampiri mbah google. Karena aku benar-benar awam tentang istilah hormon.

2. tambahkan kata kerja aktif setelah hormon itu!

3. tambahkan nama alat transportasi setelah kata kerja!

Setelah kupastikan cukup sembilan nomor, aku beraksi dengan menambahkan kata kerja dan nama alat transportask di belakang kata hormon.

Taraaa...

1. Melatonin menyelamatkan motor
2. Serotonin menendang kereta
3. Tiroid memaafkan pesawat
4. Adrenalin melempar sepeda
5. Insulin mengontrol speed boot
6. Testoteron melukis pedati
7. Progesteron menulis delman
8. Gastrin memakan andong
9. Dopamin merapikan becak

Aku ketawa terpingkal-pingkal. Mendengarkan suaraku brisiknya mengalahkan brisiknya suara televisi, si Ayah terbangun.

"Ngapain ketawa sendiri. Lho waras?" Tanya si Ayaj dengan mata yang masih tertutup.

"Ngg. Ada yang lucu", jawabku sambil menahan tawa.

Aku menulis benar-benar tanpa beban. Yang paling membuat aku tertawa, aku tak mengerti dengan istilah yang aku tulis. Entah apa maksudnya.

Ha
Ha

"Sejujurnya sensasi apa yg kau rasakan setelah membuat idiom dengan tiga kata tadi?", tanya Coach sambil tersenyum juga.

"Ketawa2 sendiri Coach", jawabku sambil terkekeh.

Hik
Hik

"Nah ini yang saya maksud. Tulislah dengan enjoy dan riang gembira".

Seisi kelas tertawa lepas.tentunya enjoy dan tanpa beban.

"Okey, sudah 2 jam
kita cukupkan sekian sesi ketiga ini. Jumpa lagi tanggal 29 dengan 3 tugas.

1. resume kelas malam ini
2. upload 2 judul setiap hari minimal
3. ingatkan temanmu agar menuntaskan latihan

"Jka kau paham 9 hormon ini maka, tulisanmu makin hipnotik, rasa syukurmu meningkat, wawasan dan visimu makin dahsyat. Wassalam" ucap Coach sambil keluar dari pintu.

Jika rasa syukurmu bisa diungkap. Wawasan dan visimu bisa meningkat. Mengapa tak kunjung merapat. Ayo segera mendekat!

Kemana?

Ke Padepokan JeWe nan begitu memikat!

#JeWe45
#resumepart3
#bahagiadenganmenulis
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar