Kamis, 26 Desember 2019

Panci Gosong Naik Daun


By Noer Cakrawala
Tempat persembunyian luka yang paling nyaman adalah di balik sebuah senyuman.

"Kenapa senyum-senyum, Uni?" Tanya Rigo kucing piaraanku.

"Gimana ngg senyum coba. Panci gosongku naik daun."

"Lho, kok bisa?"

"Itu dia yang aneh. Selain naik daun juga banyak yang minat. Tapi maaf, aku ngg bakalan jual itu panci."

Dari semalam, pintu gawaiku tak henti-hentinya diketuk para penggemar panci. Yang anehnya mereka memburu panci gosongku. Padahal yang baru ada beberapa. Namun tetap saja pilihan mereka jatuh pada panci gosong.

"Apa warna senyummu?"

Sebuah pertanyaan jenial menyadarkanku dari lamunan. Rupanya mba Raddya masih saja ngotot untuk memviralkan panci gosongku. Padahal aku udah menyembunyikan itu panci. Tapi dasar panci sukanya emang sama emak-emak. Semakin aku sembunyikan semakin ia berusaha untuk mendekat.

"Dasar panci gatel," celetukku sambil mengaduk2 minuman dalam gelas.

"Salah siapa. Emang gue nyuruh Uni untuk menjadikan aku gosong?" Jawabnya menantang.

Aku diam. Tak memedulikan itu panci. Tapi jujur aku khawatir jika ia akan lebih dulu viral dari aku. Kan bikin ngiri aja. Dan tentunya juga bikin sesak di dada.

"Tenang, Uni. Aku ngg bakalan tinggalin Uni kok. Percaya deh sama aku," ucapnya sambil tersenyum.

"Yakin?"

"Yakin dong. Aku bakal menarik uni ke jenjang kesuksesan melalui antologi panci gosong," ucapnya bersemangat.

Aku terharu. Kejadian yang aku anggap sebuah bencana, rupanya mengandung hikmah. Nikmat tuhan mana lagi yang akan didustai. Kesalahan saja bisa menjadikan sebuah kebenaran, apalagi kebenaran.

Jika merasakan ujian sebesar kapal, maka yakinlah nikmat Allah sebesar lautan.

#JeWe60
#jeniuswriting
#menulisitusedekah
#virusbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar