Jumat, 20 Desember 2019

Cahaya Akal




By Noer
Suasana kelas mulai ramai. Aku mengintip dari kejauhan. Kulihat beberapa masih nongkrong di luar. Sementara yang lain sudah siap2 menunggu kedatangan sang rajawali.

Tiba-tiba...

"Apa warna akalmu?"

Sebuah pertanyaan terdengar dari kejauhan. Aku yang masih dalam perjalanan mencoba menambah kecepatan laju motor. Namun semakin dicoba ngegas kok malah tambah ngadat.

Aduhhh...rupanya motor kekurangan minum. Rintik hujan mulai jatuh satu persatu. Adrenalin untuk segera sampai di kelas semakin menggebu. Tapi apalah daya...mau jalan masih jauh. Mundur apalagi.

"Mengapa Allah memberikan akal pada manusia?"

Agar manusia dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Mana yang pantas utuk dilakukan atau pun tidak.

Pertanyaan demi pertanyaan datang bertubi-tubi. Suara riang teman2 seakan menyeretku agar cepat sampai di kelas. Namun apalah daya, ingin hati memeluk gunung. Apalah daya tangan tak sampai.

"Upsss...dobrak mental blockmu, Uni," kerikil dijalanan meledekku.

"Bagaimana caramu menggunakan akalmu?"

Dengan mengajaknya melakukan hal-hal yang bermanfaat. Bermanfaat untuk orang lain. Apalagi diri sendiri.

Aku terus menuntun motor vario warna silverku. Tak mau menyerah dengan keadaan. Berani memulai dan juga harus bertanggung jawab untuk mengakhirinya.

"Berapa harga yang pantas untuk akalmu?"

Tiga Milyar. Angka inilah yang tak putus-putusnya aku ucapkan setiap hari. Entah apa makna angka tiga tersebut? Sampai hari ini aku belum bisa memaknainya. Yang jelas aku menghargai dengan angka tersebut. Biarkan waktu yang memberikan jawaban.

"Apa yang membuat akalmu berfungsi dengan baik?"

Waduhhh...kepalaku seakan dipukul pentongan. Tak pernah terpikirkan sebelumnya untuk hal seperti ini. Hingga aku kembali bertanya pada diri sendiri. Apakah selama ini sudah memanfaatkan akal sesuai yang perintahkanNya?

Hening ...

Maafkan aku Tuhan, telah mengabaikan nikmat yang telah kau berikan.

"Siapa yang bertanggung jawab terhadap akalmu?"

Tentunya diri sendiri. Karena apa yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkab nanti di hadapanNya. Tak satu pun yang aka membantu selain diri sendiri.

"Lalu apa yang membuat akalmu tak berfungsi dengan baik?"

Perbuatan yang jauh dari ketentuanNya. Tak mengindahkan apa yang sudah menjadi kewajiban.

"Kapan akalmu benar benar berfungsi?"

Saat bisa melaksakan sesuatu sesuai koridor yang telah ditetapkan. Baik untuk urusan dunia apalagi urusan akhirat.

"Apa nama terbaik untuk akalmu?

Kali ini aku harus menamainya dengan CAHAYA. Berharap agar bisa menerangi setiap langkah kehidupan. Serta orang-orang yang membutuhkan.

"Sejujurnya , dimana akan kau sedekahkan akalmu?"

Dimana bumi dipijak disitu akal akan aku sedekahkan. Tak pilih pilah siapun yang membutuhkan. Sekalipun seekor nyamuk. Bismillah...moga diridhoiNya.

"Lalu apa yang ingin kau katakan pada akalmu?"

Tetaplah membersamaiku akal. Agar aku bisa memampukan diri menjadi manusia pilhanNya. Moga setiap langkah ini selalu dalam naunganNya.

Alhamdulillah...tak terasa pintu gerbang kelas sudah mulai kelihatan. Perjalanan yang tadinya terasa berat, akhirya bisa dijalani dengan ikhlas. Tanpa merasa terbebani. Akhirnya dengan semangat aku sampai di depan kelas. Permisiiiiiiiii....

#jw60
#jeniuswriting
#virusbahagia
#menulisitusedekah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar