Selasa, 18 Februari 2020

Tek Nun Juragan Karupuak


"Kalau malas berlatih menulis, malas membaca, sering menunda, dan selalu alasan sibuk, maka berhentilah bermimpi menulis buku. Jualan kerupuk saja!"
(Febry Suprapto)

Pagi-pagi Tek Nun sudah berteriak kesakitan. Sebuah tampolan menyadarkan ketidaksadaranya. Apa itu? Sering menunda-nunda pekerjaan dan membuat alasan untuk menghindar.

Namun tampolan kali ini dilempar oleh seseorang dari jarak jauh. Tapi sakitnya sampai ke ulu hati.

"Cup-cup...mana yang sakit?" Tanya Butet yang sedari tadi duduk di kursi rotan bolong tengah e.

Bolong tengah e. Emang donat? Mungkin begitu dalam pikiran pembaca.

Hobi menulis memang sudah Tek Nun gandrungi semenjak menjadi mahasiswa. Pernah ikut meramaikan halaman opini di salah satu koran lokal. Sampai hari ini, Tek Nun masih ingat judul artikel perdana yag terbit di koran tersebut.

"Bahasa Minang antara Hidup dan Mati."

Salah satu judul yang selalu mengingatkan Tek Nun pada kegiatan tulis menulis. Sempat vakum berpuluh-puluh tahun lamanya. Untung Butet datang untuk mengingatkan kembali. Bahwasanya Tek Nun pernah menjadi seoran penulis bayaran. Bukan pembunuh bayaran.

Nah, mulai hari ini Tek Nun insyaallah akan terus menulis. Ada atau tidak adanya tantangan, menulis tetap nomor satu (1). Agar tak dinobatkan sebagai pedagang kerupuk keliling.

Puak karupuaaaakkkk...
Karupuaaaaakkkkkkkk...
Bali lah da, bali lah ni. Iko bukan karupuak sumbarang karupuak. Tapi karupuak nan badaruakkk.....karupuakkkk....!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar