Jumat, 21 Februari 2020

Kodok Mencret



"Masih dalam balutan seragam sekolah. Zahra sudah berada di PT Elang Perkasa untuk menemui Darryl."

"Opoo iki"

Opening jadul yang kutulis membuat Suhu langsung mual. Hingga tampolan sakti pun menyerang pipi cabiku.

"Sakit?" Tanya kulit durian yang barusan disemblih.

"Sakit sih...cuma...ya gitu deh," ucapku sambil menjilat jari yang berlumumuran daging durian.

Krok
Krok
Krok

Suara kodok ikut meramaikan suasan pagi ini. Ibu-ibu perkasa sedang berusaha mengeluarkan tenaga dalamnya untuk menaklukkan sebuah durian. Tak ayal, pisau pun hampir jadi korban.

Ups

Tadi kena tampol, sekarang jadi korban? Apa hubungannya?

"Nah, anda mau tau atau mau tau bingit?" Tanyaku meyakinkan.

"Katanya mau laris novelnya. Mau jadi penulis laris yang menginspirasi. Opening aja belepotan. Malu woyy sama kodok mencret."

Ini dia. Gegara kalimat di atas penduduk padepokan jw pada mencret-mencret kena tampol. Suhu merararah tanpa perlu tebang pilih.

"Emang kenapa?"

"Bertanya mulu ach. Ini openingku ngg selesai-selesai. Apa aku kurang enjoy ya?"

Padahal jauh-jauh hari, Suhu telah memberikan aba-aba. Bahwa sebuah opening setidaknya memenuhi 7 syarat; premis atau asumsi dasar, ideal 3 kalimat, membuat penasaran, gunakan analogi atau pertanyaan, ada percikan konflik, imajinatif, dan jang mendayu-dayu atau bertele-tele.

"Ingat! Jangan membuka tulisan dengan kalimat bersayap atau beranak," suara Suhu menggema keseluruh antero.

Aku coba eksekusi lagi. Kemudian tekan enter dengan keberanian level tinggi. Siap menunggu tampolan yang lebih dahsyat.

"Zahra mengunyah coklat. Setetes air liur mengotori seragamnya. Lalu melangkah sambil menyibakkan rambut kribonya."

"Lumayan. Tapi belom kuat diksinya."

Volume tampolan mulai agak berkurang. Aku terus memperhatikan yang lain. Beberapa teman lainnya mengalami nasib yang sama denganku. Ada yang meringis kesakitan, lalu bangkit lagi. Namun, ada yang terlempar jauh ke sudut taman, tak kuat untuk berdiri.

"Kenapa?"

Ia terlempar tepat di atas berak kodok. Yang warnanya sudah tak karuan. Hingga membuat isi perut pengen segera keluar.

Prot
Prot

Rupanya di sebelah kiri seekor katak sedang memegang perutnya yang sakit. Ia mencret melihat penduduk padepokan ditimpa hujan tampolan. Maluuuuuu dong....sama kodok mencret!

#jeniuswriting
#virusbahagia
#menulisitusedekah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar