Kamis, 20 Juni 2019

Asbak Mutakhir Mendermakan

*Tugas (11/2)*

*Asbak Mutakhir Mendermakan*
*By Noer*

"Adek main bola lagi ya, Buk", sorak si Dedek setelah menghabiskan dua gelas air putih.

"Ya. Hati-hati", ucapku dari ruang dapur.

Semangatku untuk melanjutkan menyetrika pakaian sudah hilang. Padahal baru separohnya terselesaikan. Gara-gara vas bunga dipecahkan si Dedek, terpaksa menyetrikanya kuhentikan. 

Tit
Tit
Tit

Terdengar suara motor si Ayah baru datang. Ia membunyikan klakson agar bisa lewat dalam kerumunan anak-anak yang sedang bermain bola di halaman.

Aku melihat keluar melalui kaca rumah. Benar saja, si Ayah harus menjalankan motornya pelan-pelan agar tidak mengganggu anak-anak bermain.

"Stooop", pekik si Adek pada teman-temannya yang masih saja semangat mengarak bola kian kemari.

Mendengar si Adek bersorak, teman-temanya menghentikan gerakan sementara. Baru setelah itu si Ayah bisa melajukan motornya sampai ke teras rumah.

"Assalamualaikum", ucap si Ayah di depan pintu.

"Waalaikum salam", jawabku dengam senyum mengembang.

Ayah masuk ke rumah sambil membawa sesuatu dalam kantong kresek hitam. Dan langsung menuju dapur.

"Apaan tu, Yah", tanyaku kepo.

"Coba tebak", ucap si Ayah.

Aku mengikuti si Ayah di belakang. Tampak ada sesuatu yang bergerak-gerak dalam kresek.

Sampai di dapur, Si Ayah membuka ikatan kantong kresek tersebut. Kemudian mencurahkan isinya ke dalam ember berwana hitam. Ada tulisan 'Anti Pecah' di sisinya.

Taraaa...

Keluarlah beberapa ekor udang lobster seukuran jempol kaki.

Wadaw...

Mataku langsung melotot melihat udang lobster kesukaanku. Aku membayangkan warna kuning kecoklatan lobster goreng di atas piring.

Sadaaap...

Sambil merebus air untuk membuat kopi hangat, aku membersihkan udang lobster. Setelah semua bersih, aku mengganti wadah untuk di simpan di kulkas.

Air terdengar mendidih. Kemudian aku buatkan si Ayah kopi hitam kesukaannya. Dan meletakkan di meja kursi di ruang tengah dekat si Ayah duduk.

"Asbaknya mana, Buk?" Tanya si Ayah.

"O iya. Ibuk cuci tadi. Ntar ibuk jemput dulu".

Si Ayah susah sekali di ajak untuk berhenti ngerokok. Benar-benar sangat mengganggu sekali. Aku paling ngg suka sama orang merokok. Tapi bagaimana lagi. Terpaksa aku harus mencari-cari cara untuk menjaga jarak saat si Ayah merokok.

Asbak aku tarok di rak piring paling bawah. Walauun sudah dicuci bersih, tetap juga merasa risih jika diletakkan berdekatan dengan wadah tempat makanan lainnya.

Saat baru saja balik kanan dan akan kembali ke ruang tengah tiba-tiba...

Brukkk

Asbak yang ada ditanganku jatuh ke lantai seketika. Si Dedek yang berlarian masuk kedalam menabrakku dengan sekuat tenaga.

"Adeeek", teriakkku spontan.

Aku berteriak bukan marah karena ia berlari-lari lagi. Bukan itu, tetapi lebih ke arah ketakutan. Takut jika kakinya terkena beling pecahan asbak yang bahan dasarnya kaca.

Tapi, alhamdulillah. Asbak yang terlepas dari tanganku terpelanting jauh dekat kulkas. Aku lega sekali melihat asbak jauh dari posisi berdiri si Adek.

Namun asbak tak berbentuk lagi. Sudah menjadi barang pecah belah. Entah  menjadi berapa bagian, yang saya lihat buanyak.

"Jangan masuk dulu, Dek. Di lantai banyak beling", ucapku padanya.

Si Adek langsung keluar. Aku takut kakinya ketusuk beling.

Perihhh...

Melihat kejadian itu, si Ayah menghampiriku. Tangannya tak nampak memegang rokok lagi.

"Syukur. Mudah-mudahan ngg ngerokok lagi", dalam hatiku.

Asbak terbaru yang si Ayah miliki sudah hancur menjadi beberapa bagian. Aku membersihkan lantai dari pecahan beling. Dan dipastikan tidak ada yang tertinggal sedikitpun. Jika terinjak sangat berbahaya. Apalagi bagi anak-anak.

Yang mahal itu fashion bukan modal hidup. Lalu kenapa harus menyiksa diri denga banyak gaya!

#JeWe45
#polaLDA
#bahagiadenganmenulis
#menuisitusedekah
#virusbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar