Sabtu, 20 Februari 2021
Ingat- ingat Lupa
Rabu, 17 Februari 2021
Muara Cinta Terakhir
Muara Cinta Terakhir By Tek Nun
" Duh, pagi-pagi membahas cinta, makan dulu napa," ucap Upiak Banun dari dapur.
"Jangan sok alergi gitu deh. Emang situ nggak butuh cinta."
"Cintaku sudah lama mati, Tek."
Jlep
Tek Nun tak mau melanjutkan ocehannya. Kalau dilanjutkan bisa-bisa patuih-patuih hari. Karena lima huruf ini bisa mengubah suasana hati seseorang.
"Jangan berlarut-larut. Kumbang indak sa ikua, bungo indak satangkai."
"Tau aku, Tek, kumbang indak sa ikua. Tapi kalau bunga tak mau lah."
"E alahhh, selama musim pandemi ini malah orang pada hobi menanam bunga."
"Kalau itu mah paham. Maksudnya yang bunga pertama tadi. Masa jeruk makan jeruk. Aseeemmmmπ£
Ha ha ha ...
Kembali ke cerita di atas.
Sepanjang aliran cinta yang kita tempuh, tentu akan sampai jua ke muaranya. Yang menjadi pertanyaan, sudahkah kita menentukan kemana cinta kita akan bermuara?
"Tek Nun?"
"Iya."
Mata Upiak Banun mulai tampak berkaca-kaca. Entah apa yang membuat dirinya rapuh seperti ini. Padahal pembicaraan Tek Nun biasa-biasa saja. Tak terlalu menghentak. Tak biasanya ia seperti ini.
"Napa lo melow begitu?"
"Litak."
"Eiii, karambie cukia. Molah makan wak lu, Tek Nun iyo lo."π
Tapi sebelum Tek Nun lanjut makan, sedikit pesan yang ingin disampaikan. Mencintai apa pun dan siapa pun itu boleh-boleh saja. Itu hak setiap manusia.
Namun, ingat. Jangan sampai cintamu pada yang lain mengalahkan cinta kepada empunya Sang Pemberi Cinta. Karena muara dari semua rasa cinta yang kita miliki adalah kepadaNya.
Tak ada satu pun yang dapat menandingi cintaNya. Sekali pun terkadang kita mengabaikan perintahNya. Namun, tak pernah ia mengabaikan cintaNya kepada umatNya. Karena muara cinta yang sesungguhnya hanyalah kepadaNya.
#menulisituasyik
#menulisituekspresidiri
#menulisitumenyembuhkan
Selasa, 16 Februari 2021
Tumbuak Tanak Dek Awak
Tumbuak Tanak Dek Awak
By Tek Nun
"Tumbuak dek awak, tanak dek awak, makan dek awak." Ucap Tek Nun berulang-ulang.
"Manga baturo-turo, Tek Nun? Alah makan bagai?" Tanyo Upiak Banun dari dapua.
"Rasok tapi kain," ucap Tek Nun tanpa menghiraukan yang bertanya.
Penasaran dengan apa yang barusan ditura-turakan Tek Nun, Upiak Banun meninggalkan pekerjaannya sejenak. Kemudian menghampiri Tek Nun untuk minta penjelasan terkaitan ucapannya barusan.
"Lah makan, Tek Nun?"
"Duo kali baru," jawabnya singkat.
"Kan alah tu. Beko lo malam lai."
"Kok bisa tigo kali manga harus duo kali."
"Baa ndak ka sagadang dorom minyak tanah diantak an badan, pukua 12 hari baru lah mintak 3 kali pulo makan," dalam hati Upiak Banun.
Kalau langsuang ma ka talok, kanai sarambua buliah. π
"Nyo manga tadi tu Tek Nun?" tanyo Upiak Banun.
"Emang manga?"
"Tubaturo-turo, apo nan tajadi?"
"Owh, itu...mulai kini tumbuak tanak dek awak lai."
"Kan salamo ko emang mode itu mah."
"Kecek sia?"
"Kecek sia pulo. Kecek nan sadang mangecek lah.
Ha ha ha...
Jan paneh sakali eee. Mantang-mantang kok iyo musim paneh kini, saketek saketek naik tensi. Mako e jan acok-acok bana bali sate kambiang. π€£
Babaliak awah panabangan. Kini Upiak Banun pulo nan baturo-turo lai. Nan Tek Nun lah mulai dingin kapalonyo.
Ndak usah dipapanjang carito. Sato pulo nan lain naiak tensi beko ndak takameh dek Tek Nun do.
Kini mode ko sajolah, mulai dari kini kamehi padok surang-surang. Ndak usah engong suok engong kida juo lai. Pikie an sajo dima paruik nan kakanyang.
"Paruik juo baru."
"Tantu lah iyes nyo "
"Kudok tu paruik."
Ha ha ha....
#menulisituhiburan
#menulisitumenyembuhkan
#menulisituekspresidiri
Menggulung Kecemasan
Menggulung Kecemasan By Tek Nun
"Udah dapat berapa gulung, Tek Nun?"
"Apanya?"
"Kecemasan lah, kau kira apa?"
"Duit."
"Dasar, emak-emak mata duitan.
"Biarin, emang situ yang nggak doyan duit tapi tapi matian-matian cari duit."
Ha ha ha ... satu kosongπ
Pagi-pagi terjadi pergulatan kata antara emak-emak lawan emak-emak. Kalau lawan bapak-bapak itu lain cerita.
"Emang bapak-bapak kuat lawan emak-emak, Tek Nun?"
"Huuuu, jangan salah-salah ya, Mak. Bapak-bapak juga ada yang jago gulat kata-kata lho."
"Serius, Tek Nun?"
"Duh, Emak kurang gaul deh."
Lagi-lagi pergulatan kata semakin sengit. Sampai-sampai membawa-bawa nama bapak-bapak.
Mendengar suara Emak-emak yang volumenya semakin tak terkendali, ada seorang bapak-bapak merasa terusik. Tampak ia meriang hingga mengeluarkan keringat dinginnya.
"Kalau nggak ribut di sini bisa nggak?" Ucapnya dengan nada kesal.
"Emang kenapa?"
"Beranak telinga gue."
"Gaek lebay."πππ
Mau tidak mau, Tek Nun dan Upiak Banun terpaksa berpindah tempat. Bukan karena takut tapi malas membuat keributan. Setelah dipastikan aman kemudian tampak mereka berunding.
"Ini dia orangnya yang kemaren panas dingin liat loe jualan." Bisik Tek Nun kepada Upiak Banun.
"Yang benar aja loe. Masa iya. Secara nama dia kan lebih terkenal dari kita. Sudah punya toko yang megah dan banyak pelanggan. Masa' masih cemas dengan kita kita yang hanya pedagang kaki lima?" Sambil menggernyitkan dahi lebarnya.
"Nah, itu dia yang membuatku tak mengerti sampai saat ini."
"Kenapa?"
"Karena gulungan kecemasannya lebih besar dari ukuran badannya?"
πππ
#menulisituhiburan
#menulisitumenyembuhkan
#menulisituekspresidiri
Muara Kata
Muara Kata
By Tek Nun
"Terjebak, terjebak, terjebak. Uhhh, sebel, sebel, sebel," ucap Tek Nun sambil memukul-mukulkan tangannya ke meja.
"Napa, Tek Nun?" sapa Upiak Banun.
"Sebellll."
"Sebel kenapa?"
"Aku terjebak."
"Terjebak dimana?"
Tek Nun tak langsung menjawab pertanyaan Upiak Banun. Ia masih terus merungut. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Dari raut wajahnya ia tampak sangat kesal sekali.
Melihat ekspresi wajahnya, Upiak Banun menahan nafsu keponya untuk sememtara waktu. Jika ia pepet terus dengan pertanyaan bisa-bisa ia yang akan menjadi pelampiasan kekesalannya. Dan Upiak Banun tak mau hal ini terjadi.
"Desak ajalah, ngapain juga takut," ucap suara dari arah kiri Upiak Banun.
"Jangan. Loe mau jadi sasaran amuk kekesalannya?" suara dari sebelah kanan ikut menimbrung.
Upiak Banun terus melanjutkan pekerjaannya. Konektor rajut pesanan tetangganya tinggal beberapa buah lagi. Sambil terus memperhatikan Tek Nun dengan sudut matanya.
Tak mau menunggu lama, akhirnya Tek Nun berinisiatif ke dapur untuk membuat dua gelas kopi hangat. Kemudian ia suguhkan kepada Tek Nun. Berharap agar suasana yang membeku ini bisa sedikit mencair.
"Minum dulu, Tek," ucap Upiak Banun dengan suara selembut mungkin.
"Duh, kenapa nggak dari tadi sih."
"Apanya?"
"Ya, kopinya."
"Tek Nun nggak ngomong, sih."
"Owh iya," jawabnya sambil tangannya memegang gelas.
Setelah minum beberapa teguk, ekspresi Tek Nun mulai agak tenang. Upiak Banun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia tinggalkan rajutannya kemudian berpindah posisi duduk di dekat Tek Nun. Namun, sebelumnya ia minum terlebih dahulu.
"Tek," sapa Upiak Banun lembut.
"Ya," jawabnya singkat.
"Ada masalah ya, Tek?"
"Bukan sekadar masalah lagi, tapi ini sudah membuat pertahanann diriku jebol."
"Maksudnya?" jawab Upiak Banun agak terkejut dan membuat rasa keponya naik seketika.
Berkat keliahaian Upiak Banun mengorek-ngorek.
"Bukan memgorek-ngorek tong sampah ya. Ingat, bukan memgorek tong sampah."
"Iya iya. Nyinyir banget sih."
Oke. Akhirnya, berkat kenyiyiran Upiak Banun, maka didapat juga apa yang menjadi incarannya. Tek Nun, membeberkan apa yang membuat keningnya kerut seribu. Ternyata ...
"Menunggu ya?" π
#menulisituekspresidiri
#menulisituhiburan
#menukisituluapanperasaan
Senin, 01 Februari 2021
Alarm Pikiran
Alarm Pikiran
By Tek Nun
Kring...kring...kring...
Alarm absen pagi mengalihkan perhatian Tek Nun yang sedang bergelut dengan mesin cuci. Semenjak si corona menjajah negeri ini, absen kehadiran tepaksa dilakukan secara online. Hal ini dilakukan agar dapat menekan penyebaran virus tersebut.
"Absen, Buk," PakSu ikutan bersorak dari depan tv.
"Iya, bentar, nanggung nih," ucap Tek Nun sambil terus memasukkan beberapa helai kain ke tabung pengeringan.
Lalu, memutar tombol spin timer, kemudian meninggalkan mesin cuci untuk menghampiri hp yang terus memanggil-manggilnya. Karena Tek Nun yakin ia akan bekerja dengan ikhlas. Dilihat atau tidak ia akan tetap melakukan tugasnya tanpa perlu pengawasan.
"Patut ditiru ini, Tek Nun." Ucap Bros Kain dari kamar mandi.
"Iya dong. Bukan sepertimu, kerja bila disuruh dan ada yang liat."
"Nyindir ni ye..."
"Ha ha ha..."
"Tapi mesin cuci matre. Ia bekerja kalau ada uang aja. Kalau nggak mana mau dia bekerja."
Tek Nun tertegun mendengar omongan Bros Kain.
"Matre gimana maksudmu?"
"Ihaaa...mak mak kepo," ucap Bros Kain sambil mengibas-ngibaskan bulunya yang tidak utuh lagi.
Suara mesin cuci terdengar berhenti. Tek Nun meletakkan hp yang sedang dimainkannya di atas meja. Kemudian mengeluarkan kain ke keranjang dan membawanya keluar untuk mempertemukannya dengan cahaya matahari pagi ini.
Dug...
Baru dua helai pakaian yang digantung, Tek Nun dikejutkan lagi oleh alarm pikirannya.
"Paksuuuuuu..." sorak Tek Nun sambil berlari masuk dan langsung mengambil hp.
"Apaaaan?" PakSu tampak melongo.
"Lupa ngisi absen."
π€§π€§π€§
#sepeleisme
#JeniusWriting
#seleksiuntukantologi
#menulisitusedekah