Minggu, 12 Januari 2020

Panggil Aku 'Tek Nun' (1)



"Ondeh, Tek Nun," sorak seseorang dari seberang.

Panggilan yang membuat jemariku langsung action. Ada apa dengan kata 'Tek Nun?'

Pembaca pengen tau ngg ya?
Atau mungkin mencemooh?
Kenapa ngg Noer?
Atau Nur?
Kenapa harus panggilan ndeso?

Mungkin salah satu pertanyaan di atas bisa saja terbersit dalam kelapa pembaca. Namun untuk bertanya langsung agak malu-malu meong.

Ngg usah malu. Tenang aja. Orang yang bersangkutan aja ngg malu dengan panggilan itu. Kenapa pembaca hars malu?

Jangan baper dulu dech...

Kalau berbicara masalah ndeso. Itu mah bukan agak lagi. Emang ndeso. Udah rahasia umum malah. Heeeee....

Tek Nun...
Ini panggilan bukan sembarang panggilan. Ada asal muasalnya, kenapa panggilan itu bisa launching.

Tak tanggung-tanggung. Kepala sekolah pun ikut memanggil Tek Nun. Aku mah ngg merasa ndeso atuhh...malah bangga dengan panggilan itu.

"Lha...dipanggil dengan panggilan ndeso kok bangga, lho waras?" Ucapmu sambil terus membaca cerita ini.

Ya bangga dong. Itu kan panggilan kepada wanita minang yang di tuakan. Yang dihormati.

Tapi....maksudnya bukan tua umur. Jujur, aku belom tua lo pembaca. Kalau ngg percaya coba tanya pada rumput yang bergoyang.

"Di sini ngg ada rumput. Ke rumput tetangga boleh ngg?", tanyamu.

Alamaaak...pertanyaan apa ini?

Aku ngg yakin, pembaca tak punya rumput di halaman rumahnya. Persoalannya, terkadang rumput tetangga memang lebih hijau dari rumput yang kita punya. Di sinilah keimanan kita sedikit diuji. Sampai dimana rasa syukur kita terhadap apa yang dimiliki. Akankah bertahan dengan yang sudah ada atau malah melipir ke halaman tetangga.

Hati-hati lo, ada guguk yang siap berjaga-jaga di pintu masuk. Pastikan aman dari pantauannya. Kalau belum aman, jangan coba-coba mendekat jika tak mau betismu sobek.

Eh...tunggu...Bagaimana dengan cerita Tek Nun tadi? Masih mau membaca kelanjutannya atau kita stop sampai di sini aja?

Tik
Tik
Tik

"Emang di luar hujan? Kok ada tik tik tiknya?" Tanyamu heran.

"Ngg"

"Trus?"

"Aku ambil nafas dulu lah...santuy aja. Bentar lagi juga bakalan aku kasih tau deh. Itu pun kalau belum ngantuk. Klw ngantuk besok kita lanjutkan. "Kan bukan UUD," begitu kata Coach Lutfi.

"Undang-undang bukan, cuma jangan php, dong," ucapmu sedikit merayu.

Lanjutkan ngg ya?

Ok. Aku coba jelaskan sedikit lagi. Mumpung mataku masih bisa di ajak kompromi. Soalnya udah pukul 22.53. Soalnya semalam kan begadang membaca sinopsis "Hilang di hutan ketemu di semak belukar."

"Maksudnya?" Tanyamu heran.

"Ya gitu. Semalam ada tugas dari Kelas Menulis Buku KPPl Bukittinggi. Peserta disuruh menulis sinopsis oleh pemateri. Kemudian panitia memilih tulisan yang memang layak untuk dibuatkan covernya.

Nah, ketemulah sebuah sinopsis buku yang begitu menyentil tawaku. Baru saja membaca paragraf pertama meledaklah tawa penghuni kamar 10. Tak tanggung-tanggung, bukan hanya tawa saja yang meledak, kasur pun ikut menjadi sasaran pukulan.

"Emang ada apa, Tek Nun?"

"Heee...kepo ya?"

Besok aja ceritanya dilanjutkan ya pembaca. Sudah pukul 23.02. Ngg baik begadang. Beresiko bagi kesehatan.

Pembaca ngg mau kan kalau Tek Nun sakit? Ntar kalau Tek Nun sakit, siapa coba yang akan ngasih tau kenapa aku di panggil Tek Nun. Kan rugi...ya kan?

Ok...deal ya pembaca. Ceritanya kita lanjutkan besok aja. Selamat beristirahat. Assalamualaikum...sampai jumpa pada cerita berikutmya.

#menulisitumenyehatkan
#menulisitumenggembirakan
#action
#tanpatapi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar